Nama Saya Tahanan PBB

Lukman Polimengo
Penulis Lukman Polimengo



MANADO, ZONAUTARA.com – Bocah berseragam Sekolah Menengah Pertama (SMP) yang berlarian di halaman Rumah Detensi Imigrasi (Rudenim) Manado itu bernama Tahanan PBB. Demikian anak itu dinamai oleh kedua orang tuanya, Muhammad Yaqub dan Aqilah, kala lahir tahun 2003 saat keluarga mereka masih berada di Rudenim Sumbawa.

Tahanan, begitu bocah itu senang disapa, hafal betul kalau keluarganya yang berasal dari Afganistan sudah 17 tahun berada di Indonesia. Sejak dipindahkan dari Rudenim Sumbawa ke Rudenim Manado tahun 2010, Tahanan baru berusia tujuh tahun.

“Adik saya bernama Tahanan PBB Nomor Dua. Dia lahir di dalam penjara ini. Hingga sekarang kami tinggal bersama 139 imigran lainnya,” tutur Tahanan sambil memperlihatkan Ijazah dan Akta Kelahiran yang memampang namanya, Tahanan PBB, demi membuktikan kepada wartawan Zona Utara bila dia sedang tidak bercanda.

Tahanan sadar, meski lahir di Indonesia, dirinya tidak bisa mengaku orang Indonesia. Malah karena dirinya lahir di dalam penjara, kedua orang tuanya menamai dirinya Tahanan PBB. Sedang adiknya yang juga lahir di dalam penjara Rudenim Manado diberi nama oleh orang tuanya Tahanan PBB Nomor Dua.

“Saya ingin belajar lebih giat. Ingin jadi tentara, meskipun sampai saat ini saya belum tahu apa mau jadi Warga Negara Indonesia atau tidak. Secara jujur, sampai saat ini kami yang ada di sini bisa dibilang adalah tahanan PBB. Kami menuntut keadilan untuk ini,” kata Tahanan sambil melempar tatapan nanar.

Zonautara.com
Tahanan PBB (baju putih) bersama adiknya Tahanan PBB Nomor Dua, saat di Rudenim Manado.(Foto: zonautara.com/Lukman Polimengo)

Tahanan kini duduk di bangku kelas 2 SMP Negeri 2 Manado. Dia lulusan Sekolah Dasar Negeri 54 Manado. Selain adiknya Tahanan PBB Nomor Dua, Tahanan PBB  memiliki seorang kakak. Yahya namanya. Kakaknya sedang mengenyam pendidikan di Sekolah Menengah Atas Negeri 4 Manado.

Tahanan yang fasih berbahasa Manado tak menemui kesulitan selama mengenyam pendidikan di sekolah selama ini. Guru dan teman-temannya juga tak pernah diskriminatif kepadanya ketika belajar di dalam kelas. Untuk kebutuhan dan keperluan sekolah, dia banyak mendapat bantuan dari teman-teman sekolah dan juga dari rekan-rekan ayahnya.

Dalam kepolosannya, Tahanan mengajukan protes kejadian di mana dia sempat dikeluarkan saat sedang belajar di sekolah gara-gara masalah tidak membayar uang sekolah. Saat masih di Sumbawa juga keluarganya yang sedang bersekolah sempat dikeluarkan akibat masalah yang sama.

“Aturan dari mana sampai anak-anak bisa dikeluarkan dari sekolah dan tidak bisa mengenyam pendidikan karena masalah biaya? Aturan dari mana? Itu yang ingin saya cari tahu,” serunya.

 

Editor: Rahadih Gedoan

 



Jika anda merasa konten ini bermanfaat, anda dapat berkontribusi melalui DONASI. Klik banner di bawah ini untuk menyalurkan donasi, agar kami dapat terus memproduksi konten yang bermanfaat



Share This Article
4 Comments
WP2Social Auto Publish Powered By : XYZScripts.com