Warga dipaksa terbiasa dengan banjir

Ronny Adolof Buol
Penulis Ronny Adolof Buol
Ilustrasi banjir di Manado. (Foto: Ronny A. Buol)



MANADO, ZONAUTARA.com – Selama berjam-jam, wilayah Manado diguyur hujan, Minggu (28/4/2019). Dan seperti yang sudah-sudah, banjir menjadi tamu langganan saat hujan turun dengan intensitas tinggi dan dalam durasi yang lama.

Setidaknya 19 lingkungan di 11 kelurahan di 5 kecamatan di Kota Manado terdampak banjir dengan jumlah rumah yang terdampak sebanyak 674 rumah. Sebanyak 3.594 orang terdampak, dan banyak warga yang harus keluar dari rumah untuk mengungsi.

Luapan air dari beberapa sungai di Manado sangat terasa setidaknya di Ternate Baru, Ternate Tanjung dan Mahawu. Air mengenangi pemukiman dan rumah warga setinggi 1 meter hingga 2 meter.

Selain banjir, longsor terjadi di lingkungan 6 dan 7, Kelurahan Paal Dua serta di lingkungan 5, Kelurahan Tikala Baru. Kali ini tidak ada korban jiwa.

Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG) Sulut, mencatat curah hujan di wilayah Sulut memang sedang tinggi, mencapai 200-500 milimeter. Sementara di Manado sebesar 200-300 mm.

Curah hujan yang tinggi juga terjadi di wilayah Minahasa. Akibatnya debit air sungai Tondano yang membelah Kota Manado meningkat dan meluap ke pemukiman warga.

Banyak warga yang tidak sempat memindahkan perabotan rumah mereka ke tempat yang lebih aman. Kondisi ini sudah menjadi langganan warga Manado yang tinggal di dekat bantaran sungai dan di wilayah yang rendah.

Warga Kota Manado dipaksa harus terus menerima kenyataan bahwa banjir tak lagi bisa dielak, jika hujan dengan intensitas tinggi turun selama berjam-jam.

Februari lalu, banjir juga menerjang sebagian besar wilayah Manado dan menjebak ratusan warga. Tim SAR gabungan harus mengevakuasi warga yang terjebak dengan melawan arus banjir yang kuat.

Pembangunan jalan lingkar luar Manado yang memotong daerah perbukitan di wilayah tenggara Manado, dianggap warga menjadi salah satu penyebab banjir sering terjadi.

Kepada Kompas.id, Harsono, pengurus Masjid di Ternate Baru mengungkapkan hal itu. ”Selain itu, pembangunan tanggul sungai dan Waduk Kuwil (di Minahasa Utara) untuk menampung air belum selesai,” kata Harsono.

Drainase di pemukiman warga yang buruk juga menjadi penyebab air cepat sekali meninggi. Warga di lorong Soputan, Tuminting, berkelakar negara air (mengutip serial film Avatar) akan segera menyerang jika hujan turun berjam-jam. Bagi warga di sana, sudah pasrah jika air masuk ke dalam rumah.

Warga yang masih bertahan di pemukiman yang seharusnya sudah terbebas dari bangunan rumah, pasca banjir bandang tahun 2014 juga menjadi persoalan lainnya.

Seharusnya mereka yang sudah mendapat kompensasi relokasi dan ganti rugi tidak lagi tinggal di bantaran sungai yang beresiko banjir. Revitalisasi dan normalisasi DAS Tondano dengan membangun tanggul di sepanjang aliran sungai Tondano yang melewati Manado belum juga rampung.

Ditambah dengan Waduk Kuwil yang seharusnya dapat memarkir air lebih banyak juga belum mampu membebaskan warga Manado dari banjir langganan.

Kota Manado juga belum memiliki pompa air yang dapat memompa air dari pemukiman warga saat banjir terjadi. Kebiasaan warga yang masih membuang sampah sembarangan di aliran sungai juga menjadi penyebab air cepat sekali naik.

BMKG Sulut memprediksi, hujan masih akan terus turun hingga akhir April nanti. Kepala Seksi Data dan Observasi BMKG Sulut Charizh Kainama menjelaskan ada siklon tropis di bagian bumi selatan yang menyebabkan pembentukan awan kumulonimbus di daerah Sulut.

“Di samping itu, wilayah Sulut yang berbukit-bukit turut berkontribusi menyebabkan hujan,” kata Charizh.

Editor: Ronny Adolof Buol



Jika anda merasa konten ini bermanfaat, anda dapat berkontribusi melalui DONASI. Klik banner di bawah ini untuk menyalurkan donasi, agar kami dapat terus memproduksi konten yang bermanfaat



Share This Article
Follow:
Pemulung informasi dan penyuka fotografi
Leave a comment
WP2Social Auto Publish Powered By : XYZScripts.com