ZONAUTARA.com – Pernah dengar istilah Lady death? Lady death adalah sebuah istilah yang disematkan pers pada seorang wanita pada periode Perang Dunia II.
Pada masa perang dunia II, Nazi terhadap Blok Timur diketahui memiliki ketakutan pada satu orang wanita. Lyudmila Pavlichenko. Atau lebih dikenal dengan sebutan Lady Death atau Deadliest Female Sniper oleh pers.
Wanita dengan bidikan paling mematikan. Salah satu penembak militer papan atas sepanjang masa dan penembak perempuan tersukses dalam sejarah.
Semua bermula ketika Nazi mengebom universitas tempat ia belajar. Setelah pengeboman, Lyudmila mengajukan diri ke dunia militer.
Meskipun tidak mudah untuk diterima sebagai tentara tapi Lyudmila berhasil lolos. Berkat piagam penghargaan sebagai warga sipil tingkat tinggi sebagai penembak jitu di Uni Soviet. Ia juga memiliki berbagai dokumentasi mengikuti berbagai kegiatan menembak sebagai hobby pribadi.
Ditunjang dengan dokumen-dokumen ini Lyudmila akhirnya diterima sebagai tentara.
Setelah direkrut, ia masuk sebagai pasukan garis depan. Tidak mudah baginya untuk menembak manusia untuk pertama kali. Secara teori memang mudah saja untuk membidik dan menembak, tapi realitanya berbeda. Perasaan wanita menguasainya dan ia takut menembak.
Semua berubah ketika rekannya tertembak tepat di sebelahnya pada pertempuran pertamanya. Dia menjadi lebih berani dan berhasil menembak sasaran.
Lama-lama ia semakin handal sebagai shooter. Menerbangkan sebuah kain untuk mengganggu konsentrasi musuhnya, menggunakan mannequin sebagai umpan, berburu di tengah hujan untuk meredam suara tembakan, semua adalah strategi-strateginya.
Semakin dikenal dan bahkan mendapat julukan ghost who killed – hantu yang membunuh. Dia mulai mendapatkan berbagai promosi kenaikan jabatan.
Pada sebuah pertempuran, musuh berhasil membunuh semua komandan senior pada pasukannya sehingga dialah yang harus mengambil alih. Melihat Lyudmila yang berlumuran darah berteriak dan memberi komando membuat kemampuannya seakin diakui dan disegani.
Dia juga sempat bekerja dalam sebuah misi pengintaian. Disitulah ia menemui suaminya pertama kali. Tidak terlalu terkenal, suaminya adalah seorang sersan mayor, yaitu Leonid Kitsenko.
Semakin lama reputasi Lyudmila terus berkembang dan membawa musuh yang lebih mematikan.
Pada sebuah pertempuran, Lyudmila sempat terkepung. Ada banyak musuh yang menghujaninya dengan tembakan-tembakan. Sebuah peluru bahkan melesat hampir mengenai tubuhnya.
Serangan bertubi-tubi membuatnya terpaksa harus terus bersembunyi bahkan ditengah musim dingin yang menusuk. Ia juga kehabisan stok makan dan minum.
Seharian Lyudmila menunggu keadaan reda. Tapi musuh terus menyerang. Sampai akhirnya Lyudmila keluar melawan dan berhasil membunuh 36 prajurit pada pertempuran ini.
Pengepungan Sevastopol dari Nazi bahkan membuat namanya semakin dikenal. Tentara Jerman mulai mengenalnya dengan nama asli. Dia diberi julukan the Russian bitch from hell.
Suatu hari, dia sedang memanjat pohon mengintai daerah musuh. Saat itu musuh berhasil membidiknya. Ia tertembak dan terjatuh dari ketinggian 4 meter tergeletak di tanah.
Selama berjam-jam Lyudmila berpura-pura mati. Terbakar terik matahari, sampai malam tiba. Ketika dunia mulai gelap, barulah ia bangun dan merangkak pergi.
Semakin terlarut dalam dunia perang yang tiap harinya terus merenggut sesuatu yang lebih berharga darinya. Lyudmila kehilangan kesehatan, masa muda, kawan-kawan, bahkan suaminya dalam pertempuran-pertempurannya.
Setelah kehilangan suami tercinta, Lyudmila semakin tenggelam dalam dunia gelapnya. Kemampuan menembaknya pun semakin berkembang.
Menargetkan pergelangan kaki untuk membuat korbannya menangis memohon pertolongan. Dan penolong akan menjadi target berikutnya.
Lyudmila terus membunuh semakin banyak orang. Saat terkepung dia membunuh, dihujani tembakan pun dia masih berhasil membunuh, bahkan ketika langit terbuka dan hujan Lyudmila terus membunuh.
Akhirnya dia kalah dalam sebuah pertempuran. Tubuhnya dipenuhi peluru tembakan, dan mengharuskannya untuk dievakuasi dari lokasi perang.
Tercatat bahwa Lyudmila berhasil membunuh 309 orang dalam perjalanan perangnya.
Setelah dirawat selama beberapa bulan, ia mendapatkan sebuah misi baru. Bukan untuk kembali ke medan perang. Ketenarannya lebih berharga dibanding misi di medan perang. Ia mendapat misi untuk pergi ke luar negeri dan membangun dukungan internasional.
Ia dikirim ke Amerika
Di sana ia merasakan dunia yang berbeda. Amerika menjadi dunia yang baru baginya. Orang-orang hidup tanpa perang, tanpa kelaparan, tanpa kekhawatiran dan rasa takut.
Hal yang baru dan aneh baginya. Dalam misinya ini ia tidak sendiri. Lyudmila didukung oleh seorang wanita terenal Eleanor Roosevelt. Mereka bertemu dalam sebuah perjalanan. Mendengar kisah hidup Lyudmila, wanita ini akhirnya memutuskan untuk membantunya.
Wanita ini membawa Lyudmila semakin dikenal publik. Bersamanya, Lyudmila menempuh perjalanan mengelilingi 43 kota di Amerika. Dalam perjalanan ini, dengan bantuan dari nyonya Eleanor, Lyudmila dibantu mencapai tujuannya. Lyudmila menemukan suaranya di depan publik dan semakin dikenal.
Pidato-pidatonya lebih sering berisi kebencian membara yang mewarnai hari-harinya. Tapi lama kelamaan Lyudmila semakin luluh dari sisi kerasnya. Pada beberapa potret dalam perjalanannya ini, Lyudmila bahkan tampak mulai tersenyum. Sampai akhirnya perjalannya ini selesai, dan ia harus kembali ke Russia.
Bertahun-tahun telah berlalu, perang pun akhirnya berlalu. Begitupun kabar tentang Lyudmila yang semakin tenggelam.
Beberapa tulisan menunjukkan setelah bertahun-tahun berlalu Lyudmila kembali bertemu dengan Eleanor Rooselvelt dan akhirnya meninggalkan kehidupan politik dan pemerintahan.