ZONAUTARA.com – Sudadi Hirawan merupakan seorang dokter senior yang harus gugur setelah melawan covid-19 yang menginfeksi tubuhnya.
Semasa hidupnya sebagai dokter senior, beliau juga adalah seorang dosen di Program Pendidikan Dokter Spesialis Okupasi dan juga Magister Kedokteran Kerja di Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia (FKUI).
Perlawanan panjang selama 10 hari terhadap covid-19 pun harus berakhir, almarhum harus pergi selamanya pada 12 April 2020 setelah dirawat di Rumah Sakit Umum Pusat Persahabatan, Jakrta Timur.
Kepergian beliau sebagai seorang dokter senior meninggalkan berbagai kisah pembelajaran dan teladan yang terus diingat.
Melalui laporcovid19, seorang murid sekaligus rekan sesama dokter yaitu dokter Herlina, menggambarkan bagaimana sosok beliau di matanya yang penuh kesederhanaan, penuh keceriaan dan dikenal suka bercanda terhadap rekan-rekannya.
“Saya mengenal beliau sebagai sosok guru yang ramah, sederhana, rendah hati, ceria tapi juga usil dan jahil,” tulis Herliana.
Kenangan tentang dokter Sudadi pun tak sampai di situ, Herlina menuliskan betapa sederhananya almarhum karena begitu menyukai gado-gado Cikini dan tak lupa juga sering menunjuknya untuk mencoba makanan di tiap acara.
“Setiap bertemu beliau di salah satu acara, saya selalu menjadi orang yg ditunjuk sebagai food tester, hanya untuk memastikan bahwa makanan tersebut tidak mengandung ikan. Terkenang pula gado-gado Cikini yang selalu kami makan bila beliau bertemu dengan murid-muridnya. Sederhana memang, tapi itulah beliau. Dengan kesederhanaannya mampu menyenangkan banyak orang dan dengan keramahannya mampu merangkul semua kalangan,” tambah Herlina.
Herlinapun mengenang tentang janji dari dokter Sudadi untuk bertemu dengannya nanti dan berdiskusi bersama, tapi apa yang dijanjikan ternyata tidak bisa lagi diwujudkan.
“Dokter, seharusnya saat ini kita bertemu, berdiskusi layaknya senior-senior yang sedang menjalani stase informal, mentraktir kami gado-gado kembali seperti yang dokter pernah janjikan. Namun, takdir berkata lain. Rencana Tuhan siapa yang tahu. Kehilangan seorang guru adalah duka bagi muridnya. Terima kasih dokter. Jasamu, keramahanmu, kebaikanmu akan selalu kami kenang. Maafkan kami karena belum dapat sepenuhnya menerapkan ilmu yang engkau berikan. Sampai kita berjumpa lagi,” tulis Herlina.