Tunisia pada Kamis (3/8) menolak tuduhan Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) dan laporan di media bahwa pihaknya telah mengusir migran sub-Sahara ke perbatasannya dengan Libya dan Aljazair.
“Apa yang diterbitkan oleh organisasi internasional tertentu, dan terutama pernyataan juru bicara PBB, ditandai dengan ketidakakuratan dan bahkan ketidakbenaran,” kata kantor berita TAP mengutip pernyataan Menteri Dalam Negeri Kamel Fekih.
Pada Selasa (1/8), juru bicara Sekretaris Jenderal PBB Antonio Guterres menyerukan agar Tunisia berhenti mengusir migran ke daerah perbatasan gurun, dan menuntut agar mereka yang sudah terlantar di lingkungan yang keras itu dipindahkan.
“Kami sangat prihatin dengan pengusiran migran, pengungsi, dan pencari suaka dari Tunisia ke perbatasan dengan Libya dan juga Aljazair,” kata wakil juru bicara PBB Farhan Haq.
Haq memperingatkan bahwa “beberapa orang telah meninggal” di perbatasan Tunisia dengan Libya, sementara “ratusan, termasuk wanita hamil dan anak-anak, dilaporkan tetap terlantar dalam kondisi yang sangat mengenaskan dengan hanya sedikit akses ke makanan dan air.”
Sumber-sumber kemanusiaan di Tripoli mengatakan 24 jenazah, termasuk wanita dan anak-anak, telah ditemukan dari gurun Libya sejak awal Juli.
“Tuduhan tentang operasi pengusiran itu tidak berdasar,” kata menteri Tunisia itu pada Kamis (3/8).
Fekih mengatakan pasukan keamanan “tidak menyia-nyiakan upaya untuk menolong dan menyelamatkan migran, baik di darat maupun di laut.” [lt/em]
Jika anda merasa konten ini bermanfaat, anda dapat berkontribusi melalui DONASI. Klik banner di bawah ini untuk menyalurkan donasi, agar kami dapat terus memproduksi konten yang bermanfaat
Artikel ini terbit atas kerjasama afiliasi Zonautara.com dengan Voice of America (VOA) Indonesia