Biarkan mereka bermain di luar

Permainan anak tradisional di Sulawesi Utara

Pesatnya kemajuan teknologi terutama di bidang digital dan informasi mempengaruhi segala bidang. Perkembangan dan perubahan tak hanya memengaruhi masyarakat perkotaan tetapi hingga ke pelosok pedesaan.

 

Kemajuan teknologi melahirkan berbagai peralatan yang canggih termasuk di bidang hiburan. Kecanggihan yang ditawarkan, memudahkan pengguna memainkan berbagai permainan elektronik sekaligus membawa fantasi ke hal yang tak diduga sebelumnya.

 

Apalagi kecanggihan peralatan itu ditunjang dengan penetrasi akses internet yang semakin hari semakin cepat dan menjangkau berbagai aspek lapisan masyarakat. Bermain dengan lawan dari belahan duniapun cukup lewat genggaman tangan.

 

Alhasil, kehadiran teknologi ini telah merubah kebiasaan masyarakat terlebih anak-anak dalam pergaulan keseharian mereka.

Advertisment:

 

Saat ini anak-anak lebih memilih untuk bermain atau menikmati hiburan dengan menggunakan alat-alat elektronik yang modern seperti PlayStation, gadget, personal computer, laptop dan lain sebagainya yang bisa mereka lakukan dan nikmati seorang diri tanpa harus mengikutsertakan kawan-kawan atau teman bermain.

 

Saat ini, permainan anak zaman dahulu di era tahun ‘50-an hingga ’90-an yang dilakukan beramai-ramai dengan beberapa orang teman (berkelompok) sudah jarang lagi ditemui. Anak-anak sekarang lebih memilih tinggal di rumah bermalas-malasan sambil bermain game elektronik tanpa bersosialisasi dengan teman sebayanya.

 

Padahal permainan anak-anak tradisional memberikan banyak manfaat bagi tumbuh kembang anak, misalnya dalam pertumbuhan kesehatan dan motorik anak. Belum lagi keseruan permainan yang bisa dinikmati bersama teman-teman sebaya yang secara emosi memberikan efek kesenangan dan kenangan bagi setiap anak.

 

Dalam edisi liputan khusus ini, kami mencoba merangkum 9 permainan anak-anak tradisional yang masih bisa dijumpai di Sulawesi Utara. Walaupun sudah jarang dimainkan, namun permainan ini masih sesekali dimainkan oleh anak-anak, terutama di kampung-kampung.

 

Semoga koleksi video yang kami miliki ini bisa menambah khazanah pengetahuan, serta memicu para pelestari nilai budaya dan kearifan lokal untuk melestarikan permainan anak tradisional.

Dodorobe

Dodorobe atau tembak-tembakan adalah permainan anak laki-laki. Permainan ini lebih ke seni fisik dalam bermain perang-perangan.

 

Senjata atau alat tembak yang dipakai dalam permainan ini adalah bambu cina atau bulu tui (bahasa lokal Sulut). Sedangkan untuk peluru dipakai kertas atau buah jambu air yang masih kecil.

 

Cara bermain dodorobe ini adalah anak-anak dibagi menjadi dua kelompok. Kelompok ini akan saling tembak seperti dalam perang. Kelompok yang paling banyak kena tembakan dialah yang kalah.

Tali Tanah / Tali Koko

Tali tanah atau tali koko adalah permainan yang bisa dimainkan oleh anak perempuan ataupun anak laki-laki.

 

Tali Tanah dikenal juga dengan nama permainan gobak sodor, sodoran atau galah asin. Permainan tradisional ini dimainkan dalam dua kelompok atau tim.

 

Cara bermainnya, satu tim menjadi tim penjaga garis batas dan satu tim lagi sebagai tim penembus benteng/pemain. Permainan ini terdiri dari empat sampai enam orang anak.

 

Setiap anggota dari tim pemain akan berusaha menembus garis belakang penjaga arena. Tim penjaga garis akan mencegah agar tim pemain tidak bisa melewatinya.

 

Tim penembus benteng/pemain harus melewati penjaga garis jangan sampai badannya tersentuh tangan tim lawan. Bila badannya tersentuh tim penjaga garis batas maka permainan berganti.

 

Tim penjaga garis menjadi tim penembus benteng, begitu seterusnya sampai ada tim yang bisa melewati garis batas tanpa tersentuh tangan penjaga garis dan merebut benteng, tim itulah yang menjadi pemenang.

Tumbu – Tumbu Blanga

Permainan tumbu-tumbu blanga biasanya dimainkan oleh anak-anak perempuan. Permainan ini dimainkan berkempok terdiri dari 5-6 orang. Mereka akan bermain di teras rumah sambil duduk bersila dan melingkar.

 

Cara bermain tumbu-tumbu blanga adalah jari setiap anak dikepalkan dan  disilangkan di tengah lingkaran. Kepalan tangan diurutkan bertingkat, dari bawah ke atas.

 

Setelah semua kepalan tangan sudah menyatu di tengah lingkaran, maka anak-anak akan mulai bernyanyi lagu tumbu tumbu blanga. Berturut-turut dari kepalan yang paling bawah akan membuka telapak tangan mereka sampai kepalan yang paling atas.   

Ceklen / Bekel

Permainan ceklen atau bekel biasa dimainkan oleh anak-anak perempuan. Di hampir semua wilayah Indonesia mengenal permainan ini. Permainan ini biasanya dimainkan oleh 2-5 orang anak perempuan.

 

Permainan ini menggunakan biji bia (kerang laut) sebanyak 4, 6 atau 8 biji bia sesuai dengan kesepakatan bersama.

 

Anak-anak akan duduk di lantai sambil bersila memainkan bola dan bia. Sebelum bermain, anak-anak harus melakukan hum-pim-pah atau suten untuk mencari siapa yang akan memulai permainan, berturut-turut sebanyak jumlah yang ikut bermain.

Slepdur (Ular Naga)

Slepdur atau lebih dikenal dengan permainan ular naga biasanya dimainkan oleh anak perempuan dan anak laki-laki secara bersama-sama. Di beberapa daerah permainan ini dimainkan di sore hari dan malam hari.

 

Di zaman dulu anak-anak sering bermain slepdur di malam hari saat bulan purnama. Jumlah pemain dari slepdur harus banyak, selain agar menjadi panjang ekor naganya juga permainan akan lebih seru.

 

Permainan ini biasanya dimainkan di lapangan yang luas. Anak-anak berbaris bergandeng (tangan ditaruh di bahu teman) dibuat layaknya ekor ular naga yang panjang.

 

Biasanya anak yang tinggi yang menjadi kepala naga atau yang paling depan untuk dijadikan induk yang memimpin jalannya ular.

 

Selain ekor ular ada dua anak yang akan menjadi gerbang. Kedua tangan dua anak tersebut akan disambungakan ke atas dan mereka akan memilih salah satu anak untuk dijadikan tumbal (pengganti gerbang).

 

Disaat ular sedang berjalan anak-anak akan menyanyikan lagu slepdur untuk menentukan ketukan berhentinya ular naga.

Tuan Dosep

Permainan tuan dosep termasuk permainan anak-anak yang sudah ada sejak zaman Belanda masuk ke Indonesia. Permainan ini dimainkan oleh anak perempuan dan anak laki-laki.

 

Permainan ini terdiri dari satu orang anak yang menjadi si miskin yang meminta anak kepada kelompok anak yang banyak jumlahnya.

 

Si miskin akan memilih anak dari si kaya sambil berjalan maju dan menyebut nama anak yang akan dimintanya. Begitu seterusnya sampai kelompok anak yang banyak jumlahnya habis.

Cenge-Cenge

Permainan yang populer di tahun ’50-an hingga ’90-an ini begitu diminati anak-anak. Permainan ini bisa dijumpai hampir di seluruh wilayah Indonesia dengan nama atau sebutan yang berbeda-beda.

 

Di Sulawesi Utara permianan ini dikenal dengan sebutan permainan cenge-cenge, sedangkan di Jawa dikenal dengan permainan engklek, dan di daerah lain dikenal dengan permainan teklek, jlong-jling, dampu atau lempeng.

 

Biasanya permainan ini dimainkan oleh anak perempuan walaupun anak laki-laki juga sering ikut bermain. Cara bermain dengan cara melompat menggunakan satu kaki dan tidak boleh menginjak garis.

 

Garis itu digambar seperti petak-petak di atas tanah. Jika garisnya terinjak maka dianggap gugur atau kalah.

Baka – Baka Sambunyi

Permainan baka-baka sambunyi adalah permainan mencari musuh atau lawan. Permainan ini di daerah lain, seperti di daerah Jawa dan Sumatera lebih dikenal dengan nama petak umpet.

 

Sebelum bermain anak-anak melakukan hum-pim-pah atau hum-alaihum-gambreng sebanyak anak yang ikut bermain.

 

Setelah tinggal dua anak barulah melakukan suten atau suit sampe tiga kali. Yang kalah harus jaga sambil menutup mata sampai hitungan yang disepakati bersama (biasanya sampe hitungan kesepuluh).

 

Anak yang ditutup matanya harus mencari teman-teman yang menjadi musuh atau lawan.

Lompat Tali

Lompat tali biasanya dimainkan oleh anak perempuan karena memiliki kelenturan badan ketimbang anak laki-laki. Tapi anak laki-laki sering ikut serta bermain.

 

Mereka menggunakan tali untuk bermain. Tali bisa terbuat dari karet maupun akar pohon. Permainan ini dimulai dengan mencari pemenang dengan cara hum-pim-pah untuk menentukan siapa yang akan pegang tali dan meloncat tali.

 

Dua orang yang kalah diharuskan untuk memegang ujung tali dan pemenangnya melompatinya sampai tidak menyentuh tali itu. Jika dalam lompatan terkena atau menyentuh tali maka akan di ganti oleh pemegang tali hingga bergantian terus menerus.

Penulis:

Ronny Adolof Buol

 

Videografer:

Hermondo Kasiadi

Ronny Buol

Ridwan Katampuge



Jika anda merasa konten ini bermanfaat, anda dapat berkontribusi melalui DONASI. Klik banner di bawah ini untuk menyalurkan donasi, agar kami dapat terus memproduksi konten yang bermanfaat