Bernard Wilhelm Lapian

Bernard Wilhelm Lapian lahir di Kawangkoan 30 Juni 1892. Ia wafat di Jakarta pada 5 April 1977 dalam usia 84 tahun. Lapian punya banyak julukan mulai dari pahlawan tiga zaman hingga sang nasionalis religius.
Jelang perang dunia 2, nasionalisme di Minahasa menurun. Mereka termakan propaganda Belanda untuk memasukkan Minahasa sebagai provinsi ke 12 Belanda. Ia mendirikan surat kabar Semangat Hidup untuk melawan propaganda Belanda itu.
Menurut Turambi, pengalaman berorganisasi serta di dunia pers menumbuhkan sikap demokratis pada Lapian. Hal itu tampak saat ia menjadi anggota Volksraaad Minahasa tahun 1930. Umumnya anggota Volksraad menampilkan sikap feodalistik.
Puncak perjuangan Lapian adalah peristiwa merah putih di Manado. Dikisahkan pada 7 Januari 1946, Lapian yang waktu itu menjabat sebagai Wali kota Manado didatangi para nasionalis antaranya Tumbelaka, Taulu serta Wuisan.
Mereka memberitahu Lapian rencana mengadakan perebutan kekuasaan. Lapian setuju namun menyuruh keduanya bergerak diam – diam. Diputuskan hari H pada 14 Februari. Namun rencana itu tercium Belanda.
Buktinya Ch Taulu serta Wuisan ditangkap oleh tentara Belanda sehari sebelum hari h. Meski demikian rencana perebutan kekuasaan terus berlanjut.
Dimulai pukul 01.00 dinihari, dua jam kemudian bendera merah putih sudah berkibar di tangsi Belanda di Teling. Peristiwa bersejarah itu menjadi headline sejumlah pers barat antaranya Radio Australia, BBC London serta surat kabar dari Amerika.
Radio Australia bahkan menyiarkan pidato Presiden Sukarno tentang peristiwa itu.
“Minahasa walaupun terkecil dan terpencil di wilayah republik Indonesia, namun putra putrinya telah memperlihatkan kesatriaan terhadap panggilan ibu pertiwi, laksanakan tugasmu dengan seksama dan penuh tanggung jawab,” kata Sukarno.
Surat kabar terbesar waktu itu di Indonesia Merdeka menulis peristiwa itu dengan judul “Pemberontakan besar di Minahasa”.
Dua hari setelah penyerbuan yang berani itu, CH Taulu yang menjadi pimpinan tertinggi tentara republik indonesia Sulawesi utara menggelar rapat di kantor Dewan Minahasa di Manado.
Rapat dihadiri pembesar militer sipil, hukum tua di Minahasa, raja Bolmong serta kepala daerah Gorontalo. Disepakati pembentukan Dewan musyawarah masyarakat Sulut dengan Lapian menjadi kepala pemerintahan sipil Sulut.
Setelah diangkat, Lapian langsung melakukan sejumlah langkah progresif. Pada 21 Februari, Lapian mengumumkan wilayah Sulut serta tengah, bekas residen Manado adalah bagian dari pemerintah republik Indonesia. Pada 11 Maret 1946, Lapian ditangkap lalu dipenjara di tangsi Teling. Setahun kemudian ia dipenjara di Cipinang. Pada 1948, Lapian dibawa ke penjara Sukamiskin.
Setahun kemudian ia dibebaskan bersamaan dengan penyerahan kedaulatan. Oleh pemerintahan Sukarno, ia diangkat sebagai Gubernur Sulawesi. Tugasnya tak ringan. Membereskan Kahar Muzakar. Lapian bersama seorang anaknya melakukan langkah berani dengan menemui Kahar Muzakar di tempat persembunyian.
Ia berangkat tengah malam. Kembali ke rumah Gubernur tiga hari kemudian. Lapian juga berhasil merintis pemilu di Minahasa.
BW Lapian bersama tokoh-tokoh lainnya kemudian mendeklarasikan berdikarinya Kerapatan Gereja Protestan Minahasa (KGPM) tahun 1933, yaitu suatu gereja mandiri hasil bentukan putra-putri bangsa sendiri yang tidak bernaung di dalam Indische Kerk.
***



Jika anda merasa konten ini bermanfaat, anda dapat berkontribusi melalui DONASI. Klik banner di bawah ini untuk menyalurkan donasi, agar kami dapat terus memproduksi konten yang bermanfaat



Share This Article

Pendidikan Yang Pernah Ditempuh:

Karir :

Pengalaman Kerja :

Kemampuan :

Prestasi :

Biodata

Beri penilaian