Militer Israel, pada Kamis (26/10), mengatakan pihaknya telah melakukan operasi darat di Jalur Gaza, di mana selama hampir tiga minggu pasukan Israel telah melakukan serangan udara yang menarget militan Hamas.
Pasukan Pertahanan Israel (IDF) mengatakan tank-tank dan infanteri mereka “menghantam sejumlah sel teroris, infrastruktur dan pos-pos peluncuran rudal anti-tank” sebelum kembali ke wilayah Israel.
IDF menambahkan bahwa operasi itu dilakukan untuk mempersiapkan “tahap-tahap pertempuran berikutnya.”
Para pejabat Israel telah berjanji untuk memastikan Hamas tidak dapat lagi melakukan serangan yang mengancam Israel setelah pembantaian terhadap sekitar 1.400 orang pada tanggal 7 Oktober lalu, di mana sebagian besar di antaranya adalah warga sipil.
Sementara itu, jumlah korban tewas akibat serangan udara Israel di Gaza telah mencapai setidaknya 6.546 jiwa, dan banyak di antaranya adalah perempuan dan anak-anak, ungkap kementerian kesehatan Palestina.
Militer Israel telah memanggil 300.000 tentara cadangan dan menempatkan pasukan di dekat perbatasan Gaza.
Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu, dalam sebuah pernyataan yang disiarkan di televisi pada hari Rabu (25/10), mengatakan Israel “sedang mempersiapkan invasi darat. Saya tidak akan menjelaskan lebih lanjut mengenai kapan, bagaimana, atau berapa banyak.”
Benny Gantz, seorang pensiunan jenderal dan anggota kabinet perang Netanyahu, mengatakan setiap serangan darat hanya akan menjadi “satu tahap dalam proses jangka panjang yang mencakup aspek keamanan, politik dan sosial yang akan memakan waktu bertahun-tahun.”
“Kampanye ini akan segera meningkat dengan kekuatan yang lebih besar,” tegasnya.
Sementara Menteri Pertahanan Yoav Gallant mengatakan Israel tidak tertarik untuk memperluas front perang di luar wilayah Gaza, meskipun mereka siap untuk memerangi para pejuang Hizbullah – yang didukung Iran – yang berbasis di Lebanon.
“Kami berperang di front selatan melawan Hamas, dan siap untuk setiap perkembangan di utara. Hizbullah menderita banyak kerugian,” kata Gallant kepada wartawan.
Sementara itu badan bantuan kemanusiaan PBB mengatakan sejak Sabtu lalu (21/10) hingga Selasa (24/10), 62 truk yang membawa air bersih, makanan dan pasokan medis telah melewati penyebrangan Rafah, satu-satunya pintu perbatasan antara Mesir dan Gaza. Namun jumlah itu masih jauh dari rata-rata harian 500 truk yang diizinkan masuk ke Gaza sebelum terjadinya pertempuran baru-baru ini.
Pihak berwenang Israel tetap melarang pengangkutan bahan bakar ke Gaza karena khawatir akan diambil kelompok militan Hamas untuk keperluan mereka sendiri. Badan Bantuan dan Pekerjaan PBB untuk Pengungsi Palestina (UNRWA) mengatakan cadangan bahan bakar mereka hampir habis dan mulai mengurangi operasinya secara signifikan.
Sekitar 1,4 juta orang di Gaza menjadi pengungsi internal setelah wilayah kantung itu mengalami pemblokiran akses, penggusuran, pembongkaran rumah dan kondisi lingkungan lain yang memaksa mereka meninggalkan rumah. Sementara 629.000 orang tinggal di 150 tempat penampungan darurat yang dikelola UNRWA. Para petugas di UNRWA khawatir dengan kepadatan yang berlebihan di mana rata-rata jumlah pengungsi per tempat penampungan kini naik 2,7 kali lipat dari kapasitas yang seharusnya. [em/lt]
Sejumlah informasi dalam laporan ini diambil dari The Associated Press, Agence France-Presse dan Reuters.
Jika anda merasa konten ini bermanfaat, anda dapat berkontribusi melalui DONASI. Klik banner di bawah ini untuk menyalurkan donasi, agar kami dapat terus memproduksi konten yang bermanfaat
Artikel ini terbit atas kerjasama afiliasi Zonautara.com dengan Voice of America (VOA) Indonesia