bar-merah

Salman Rushdie Akui Sempat Dihantui Bayangan Pelaku Penikaman

Penulis buku kontroversial Salman Rushdie, yang menjadi target pembunuhan sejak 1989 karena tulisannya, selama ini bertanya-tanya siapa yang akan membunuhnya. Ketika suatu waktu dia ditikam hampir meninggal, pemikiran pertamanya adalah, “Jadi, (pembunuh) itu kamu.”

Novelis tersebut menceritakan apa yang terlintas dalam pikirannya saat dia hampir saja mati pada 2022 dalam sebuah buku, “Knife: Meditations After an Attempted Murder,” yang akan diterbitkan pada Selasa (16/4).

Dalam cuplikan tullisan dari buku itu yang dibacanya untuk acara berita CBS News “60 Minutes,” Rushdie menggambarkan “hal terakhir yang akan pernah dilihat oleh mata kanan saya” — seorang pria berpakaian hitam “datang dengan cepat dan rendah” seperti “misil siap meluncur.”

“Saya akui, saya kadang-kadang membayangkan pembunuh saya muncul di suatu forum publik atau lainnya, dan mendatangi saya dengan cara seperti ini. Jadi pikiran pertama saya ketika saya melihat sosok pembunuh ini bergegas ke arah saya adalah, ‘Jadi itu kamu. Di sini lah kamu.”

Novelis yang lahir di Mumbai menjadi populer karena novelnya berjudul “Midnight’s Children,” yang menggambarkan secara realis pembagian sub-kontinen India. Pada 1988, ia menghadapi badai kritik dari dunia Muslim ketika dia merilis “The Satanic Verses,” yang menggambarkan soal Islam dan Nabi Muhammad.

Pemimpin revolusioner Iran Ayatollah Ruhollah Khomeini pada 1989 mengeluarkan fatwa yang menyerukan umat Islam untuk membunuh Rushdie, yang bersembunyi di Inggris. Sejak itu dia menjadi warga negara Amerika Serikat (AS) melalui proses naturalisasi.

Penulis Salman Rushdie saat berpidato di Gereja St. Paul di Frankfurt, Jerman, pada 22 Oktober 2023. (Foto: Reuters)

Rushdie, 76 tahun, dalam beberapa tahun terakhir telah hidup dengan lebih terbuka dan bergaul di dalam lingkungan sosial New York. Dia diserang oleh penyerang yang membawa pisau pada Agustus 2022 saat dia sedang bersiap untuk berbicara di sebuah pertemuan seni di negara bagian New York.

Berbicara kepada acara gelar wicara “60 Minutes,” Rushdie mengatakan bahwa salah satu ahli bedah yang menyelamatkannya mengatakan kepadanya, “‘Pertama, Anda benar-benar tidak beruntung dan kemudian Anda benar-benar beruntung.'”

“Saya bertanya, ‘Apa untungnya?’ Dan dia berkata ‘Yah, untungnya orang yang menyerangmu tidak tahu cara membunuh orang dengan pisau.'” [ah/ft]

Selengkapnya baca di VOA



Jika anda merasa konten ini bermanfaat, anda dapat berkontribusi melalui DONASI. Klik banner di bawah ini untuk menyalurkan donasi, agar kami dapat terus memproduksi konten yang bermanfaat




Artikel ini terbit atas kerjasama afiliasi Zonautara.com dengan Voice of America (VOA) Indonesia
TAGGED:
Share This Article
WP2Social Auto Publish Powered By : XYZScripts.com