bar-merah

Badan-badan PBB Bersiap Hadapi Serangan Rafah, Peringatkan Kemungkinan ‘Pembantaian’

Kantor kemanusiaan PBB mengatakan pada Jumat (3/5), serangan Israel di Rafah berpotensi mengancam nyawa ratusan ribu warga Gaza dan akan menghambat operasi bantuan di wilayah tersebut. Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) juga mengumumkan rencana darurat untuk menghadapi serangan tersebut.

Israel berulang kali memperingatkan akan melakukan operasi melawan Hamas di Kota Rafah di Gaza selatan. Wilayah itu merupakan tempat sekitar satu juta pengungsi berkumpul, setelah melarikan diri dari pengeboman Israel selama berbulan-bulan yang dipicu oleh serangan Hamas terhadap Israel pada 7 Oktober.

“Ini bisa menjadi pembantaian warga sipil dan pukulan luar biasa terhadap operasi kemanusiaan di seluruh wilayah tersebut karena operasi tersebut terutama dilakukan di Rafah,” kata Jens Laerke, juru bicara kantor kemanusiaan PBB (OCHA), pada konferensi pers di Jenewa.

Badan-badan PBB Bersiap Hadapi Serangan Rafah, Peringatkan Kemungkinan ‘Pembantaian’

Israel menyatakan komitmennya untuk memastikan evakuasi warga sipil yang aman dari Rafah. Amerika Serikat (AS) telah lama menyatakan bahwa mereka tidak akan mendukung serangan terhadap Rafah yang dilakukan oleh sekutunya, Israel, kecuali jika ada rencana komprehensif untuk melindungi warga sipil.

Warga Palestina mengantre makan di Rafah, Jalur Gaza, 21 Desember 2023. (Foto: AFP)

Israel telah menyampaikan beberapa informasi awal kepada Washington, ungkap seorang pejabat AS yang tidak ingin disebutkan Namanya. Namun “kami belum menerima rencana lengkapnya, yang membuat kami belum yakin,” ujarnya.

Seorang pejabat AS lainnya, yang tidak ingin disebutkan namanya, menyatakan bahwa usulan Israel yang menguraikan penyediaan tempat berlindung, makanan, dan rute evakuasi “membutuhkan lebih banyak upaya.”

Operasi bantuan di Rafah mencakup klinik medis, gudang yang berisi pasokan kemanusiaan, titik distribusi makanan dan 50 pusat untuk anak-anak yang menderita kekurangan gizi akut, kata Laerke.

OCHA berkomitmen untuk memastikan kelangsungan operasi bantuan, bahkan dalam situasi serangan, dan sedang mengevaluasi cara untuk mencapai hal tersebut, tambahnya.

Seorang pejabat WHO menyampaikan pihaknya menyiapkan sebuah rencana darurat tuntuk Rafah, yang mencakup pembangunan rumah sakit lapangan baru. Namun, ia mengungkapkan bahwa langkah tersebut tidak akan cukup mencegah peningkatan besar dalam jumlah korban tewas.

Saat ini, lebih dari 34.000 warga Palestina telah terbunuh dalam hampir tujuh bulan konflik, menurut kementerian kesehatan Gaza.

“Saya benar-benar ingin mengatakan bahwa rencana darurat ini hanya sekedar bantuan belaka,” kata Rik Peeperkorn, perwakilan WHO untuk wilayah pendudukan Palestina melalui tautan video. “Ini sama sekali tidak akan mencegah tambahan angka kematian dan kesakitan yang diperkirakan disebabkan oleh operasi militer.”

Persiapan lainnya termasuk penempatan pasokan medis di rumah sakit di utara jika tiga rumah sakit di Rafah tidak berfungsi, seperti yang telah terjadi berulang kali dalam konflik tujuh bulan akibat serangan dan pemboman Israel.

Seorang anak laki-laki Palestina yang terluka di Rafah, di selatan Jalur Gaza, 1 Mei 2024. (Foto: Reuters)

Seorang anak laki-laki Palestina yang terluka di Rafah, di selatan Jalur Gaza, 1 Mei 2024. (Foto: Reuters)

Data WHO menunjukkan bahwa hanya sepertiga dari 36 rumah sakit sebelum perang di wilayah tersebut yang masih beroperasi sebagian. Israel menuduh Hamas menggunakan rumah sakit untuk tujuan militer dan melakukan pembenaran terhadap operasinya karena keberadaan Hamas. Hamas dan staf medis membantah tuduhan tersebut.

Peeperkorn menambahkan bahwa dia “sangat khawatir” bahwa serangan apa pun akan menutup penyeberangan Rafah antara Gaza dan Mesir yang saat ini digunakan untuk mengimpor pasokan medis.

“Kami mendorong dan melobi agar, apapun yang terjadi, agar tetap terbuka,” tambahnya, sambil mengatakan bahwa WHO telah mengangkat masalah ini kepada pihak berwenang Israel. [ah/ft]

Selengkapnya baca di VOA



Jika anda merasa konten ini bermanfaat, anda dapat berkontribusi melalui DONASI. Klik banner di bawah ini untuk menyalurkan donasi, agar kami dapat terus memproduksi konten yang bermanfaat




Artikel ini terbit atas kerjasama afiliasi Zonautara.com dengan Voice of America (VOA) Indonesia
TAGGED:
Share This Article

Kantor kemanusiaan PBB mengatakan pada Jumat (3/5), serangan Israel di Rafah berpotensi mengancam nyawa ratusan ribu warga Gaza dan akan menghambat operasi bantuan di wilayah tersebut. Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) juga mengumumkan rencana darurat untuk menghadapi serangan tersebut.

Israel berulang kali memperingatkan akan melakukan operasi melawan Hamas di Kota Rafah di Gaza selatan. Wilayah itu merupakan tempat sekitar satu juta pengungsi berkumpul, setelah melarikan diri dari pengeboman Israel selama berbulan-bulan yang dipicu oleh serangan Hamas terhadap Israel pada 7 Oktober.

“Ini bisa menjadi pembantaian warga sipil dan pukulan luar biasa terhadap operasi kemanusiaan di seluruh wilayah tersebut karena operasi tersebut terutama dilakukan di Rafah,” kata Jens Laerke, juru bicara kantor kemanusiaan PBB (OCHA), pada konferensi pers di Jenewa.

Badan-badan PBB Bersiap Hadapi Serangan Rafah, Peringatkan Kemungkinan ‘Pembantaian’

Israel menyatakan komitmennya untuk memastikan evakuasi warga sipil yang aman dari Rafah. Amerika Serikat (AS) telah lama menyatakan bahwa mereka tidak akan mendukung serangan terhadap Rafah yang dilakukan oleh sekutunya, Israel, kecuali jika ada rencana komprehensif untuk melindungi warga sipil.

Warga Palestina mengantre makan di Rafah, Jalur Gaza, 21 Desember 2023. (Foto: AFP)

Israel telah menyampaikan beberapa informasi awal kepada Washington, ungkap seorang pejabat AS yang tidak ingin disebutkan Namanya. Namun “kami belum menerima rencana lengkapnya, yang membuat kami belum yakin,” ujarnya.

Seorang pejabat AS lainnya, yang tidak ingin disebutkan namanya, menyatakan bahwa usulan Israel yang menguraikan penyediaan tempat berlindung, makanan, dan rute evakuasi “membutuhkan lebih banyak upaya.”

Operasi bantuan di Rafah mencakup klinik medis, gudang yang berisi pasokan kemanusiaan, titik distribusi makanan dan 50 pusat untuk anak-anak yang menderita kekurangan gizi akut, kata Laerke.

OCHA berkomitmen untuk memastikan kelangsungan operasi bantuan, bahkan dalam situasi serangan, dan sedang mengevaluasi cara untuk mencapai hal tersebut, tambahnya.

Seorang pejabat WHO menyampaikan pihaknya menyiapkan sebuah rencana darurat tuntuk Rafah, yang mencakup pembangunan rumah sakit lapangan baru. Namun, ia mengungkapkan bahwa langkah tersebut tidak akan cukup mencegah peningkatan besar dalam jumlah korban tewas.

Saat ini, lebih dari 34.000 warga Palestina telah terbunuh dalam hampir tujuh bulan konflik, menurut kementerian kesehatan Gaza.

“Saya benar-benar ingin mengatakan bahwa rencana darurat ini hanya sekedar bantuan belaka,” kata Rik Peeperkorn, perwakilan WHO untuk wilayah pendudukan Palestina melalui tautan video. “Ini sama sekali tidak akan mencegah tambahan angka kematian dan kesakitan yang diperkirakan disebabkan oleh operasi militer.”

Persiapan lainnya termasuk penempatan pasokan medis di rumah sakit di utara jika tiga rumah sakit di Rafah tidak berfungsi, seperti yang telah terjadi berulang kali dalam konflik tujuh bulan akibat serangan dan pemboman Israel.

Seorang anak laki-laki Palestina yang terluka di Rafah, di selatan Jalur Gaza, 1 Mei 2024. (Foto: Reuters)

Seorang anak laki-laki Palestina yang terluka di Rafah, di selatan Jalur Gaza, 1 Mei 2024. (Foto: Reuters)

Data WHO menunjukkan bahwa hanya sepertiga dari 36 rumah sakit sebelum perang di wilayah tersebut yang masih beroperasi sebagian. Israel menuduh Hamas menggunakan rumah sakit untuk tujuan militer dan melakukan pembenaran terhadap operasinya karena keberadaan Hamas. Hamas dan staf medis membantah tuduhan tersebut.

Peeperkorn menambahkan bahwa dia “sangat khawatir” bahwa serangan apa pun akan menutup penyeberangan Rafah antara Gaza dan Mesir yang saat ini digunakan untuk mengimpor pasokan medis.

“Kami mendorong dan melobi agar, apapun yang terjadi, agar tetap terbuka,” tambahnya, sambil mengatakan bahwa WHO telah mengangkat masalah ini kepada pihak berwenang Israel. [ah/ft]

Selengkapnya baca di VOA



Jika anda merasa konten ini bermanfaat, anda dapat berkontribusi melalui DONASI. Klik banner di bawah ini untuk menyalurkan donasi, agar kami dapat terus memproduksi konten yang bermanfaat




Artikel ini terbit atas kerjasama afiliasi Zonautara.com dengan Voice of America (VOA) Indonesia
TAGGED:
Share This Article
WP2Social Auto Publish Powered By : XYZScripts.com