bar-merah

Video Pelajar Jember Fasih Lagu Mandarin Viral, Keberhasilan Akulturasi?

Lantunan suara merdu tujuh siswa-siswi dan seorang guru SMK 1 Pancasila, Ambulu, Jember, Jawa Timur, menyebar luas dengan cepat di media sosial. Suara merdu mereka dan kefasihan menyanyikan lagu Mandarin, layaknya penyanyi asli dari China, dipuji banyak kalangan.

Guru mata pelajaran bahasa Mandarin, Sufa’ati, mengatakan anak didiknya tidak membutuhkan waktu lama untuk belajar bahasa Mandarin, termasuk mempelajari lagu-lagunya.

Video Pelajar Jember Fasih Lagu Mandarin Viral, Keberhasilan Akulturasi?

“Saya mengajarnya kelas 1, 2, 3 itu bersambung, jadi yang kelas 3 itu sudah mahir. Terus untuk menyanyi itu hanya butuh 2 jam. Kan anak-anak sudah pintar nyanyi, coba nyanyi lagu Mandarin, judulnya apa laoshi, saya beri kasih lagu ini lho, judulnya kamu cari di You Tube, coba dipelajari. Kemudian syairnya itu saya tulis, kemudian ini dihafalin, itu kira-kira 2 hari, setelah itu waktu take hanya 2 jam, jadi,” paparnya.

Laoshi adalah bahasa Mandarin yang berarti guru.

Siswa-siswi SMK 1 Pancasila, Ambulu berfoto bersama dalam suatu kegiatan di sekolah. (Foto: Courtesy/SMK 1 Pancasila, Ambulu, Jember)

Video Sufa’ati itu viral hingga ke China dan membuat murid-muridnya ditawari beasiswa untuk kuliah di Negara Tirai Bambu itu. Tawaran beasiswa pendidikan itu telah melalui pembicaraan dengan pihak Yayasan, kata Sufa’ati.

“Kemarin setelah viral ini kita dapat tawaran dari universitas di Guangzou sama di Guangxi, itu ada tawaran S-1 ke China gratis. Jadi, anak-anak tambah semangat. Jadi, siapa yang minat itu saya kasih ekstra. Jadi, misalkan sore hari atau hari Minggu itu, saya suruh ke rumah saya, saya kasih ekstra, jadi untuk memantapkan,” katanya.

Belajar bahasa Mandarin bukan menjadi hal yang sulit bagi anak didik Sufa’ati, atau akrab dipanggil laoshi Atika, yang pernah tinggal dan bekerja di China. Melihat keseriusan siswanya, Sufa’ati tidak hanya mengajar mereka membaca, menulis atau bernyanyi dalam bahasa Mandarin, tetapi juga nilai dan budaya bangsa China. Menurutnya kefasihan menggunakan bahasa asing merupakan syarat penting bersaing di dunia kerja, yang saat ini banyak didominasi oleh investor dari China.

“Untuk dunia perdagangan, ini kan kita sudah dipenuhi oleh produk-produk asing utamanya dari China. Kemudian kalau misalnya kita bekerja di perusahaan besar, itu investor asingnya juga kebanyakan dari China, dan mereka mengharapkan saat interview kerja itu kan harus bisa bahasa Mandarin, sedangkan untuk lowongan bahasa Mandarin itu sangat banyak. Intinya bahwa kalau bisa bahasa Mandarin itu ada tawaran gaji yang lebih dari yang tidak bisa bahasa mandarin,” kata Sufa’ati.

Diana Nita Arleni, siswi kelas 12 SMK 1 Pancasila, Ambulu, Jember, mengatakan suka belajar bahasa Mandarin karena terpengaruh menonton drama China di televisi.

“Saya belajar bahasa Mandarin itu tertarik karena saya kan penyuka drama dari berbagai negara ya, kayak drama China, drama Korea, dan sebagainya. Nah, kebetulan kan di SMK 2 Pancasila Ambulu ada kursus bahasa Mandarin, saya tertarik. Jadi, ya ini mungkin kesempatan saya untuk bisa belajar bahasa asing dengan mudah lewat sekolah, kan biasanya kalau kursus-kursus di luar kan belum tentu bisa,” kata Diana.

Selain SMK 1 Pancasila di Ambulu, ada beberapa sekolah menengah atas lain di Jember yang juga mengajar bahasa Mandarin. Sementara SMKN 1 Kota Batu memilih bahasa Jepang sebagai bahasa tambahan buat siswa mereka. Sejumlah sekolah menengah atas di Surabaya menawarkan alternatif beberapa bahasa asing lain, seperti Mandarin, Korea, Jepang, Jerman, Prancis dan Inggris, untuk memjadi pilihan bahasa yang dapat dipelajari siswa.

Sosiolog di Universitas Airlangga, Surabaya, Dr. Pinky Saptandari, mengatakan kemampuan berbahasa asing bagi pelajar di tingkat sekolah menengah menjadi kunci keberhasilan ke depan. Menurut Pinky, keahlian bahasa asing, terutama Inggris, Mandarin, Korea, Jepang, serta berbagai bahasa lainnya di sekolah-sekolah di Indonesia, sudah berlangsung lama dan menjadi suatu kebutuhan, yang berkaitan dengan tuntutan ekonomi

“Pola pelajaran bahasa di SMK, atau di tingkat-tingkat yang mungkin lebih bawah itu juga perlu dipikirkan sebagai satu kurikulum penting. Karena, bagaimana kita bisa berkomunikasi, bagaimana kita bisa bargaining, bagaimana kita bisa menjual kemampuan kita, kalau bahasa tidak kita kuasai,” katanya.

Lebih jauh Pinky mengatakan tidak khawatir dengan masuknya pengaruh asing – dalam bentuk bahasa dan seni budaya – ke Indonesia karena sudah merupakan suatu keniscayaan. Masuknya budaya asing perlu diimbangi upaya pemerintah dalam memajukan budaya lokal di tingkat nasional maupun internasional, ujarnya. [pr/em]

Selengkapnya baca di VOA



Jika anda merasa konten ini bermanfaat, anda dapat berkontribusi melalui DONASI. Klik banner di bawah ini untuk menyalurkan donasi, agar kami dapat terus memproduksi konten yang bermanfaat




Artikel ini terbit atas kerjasama afiliasi Zonautara.com dengan Voice of America (VOA) Indonesia
TAGGED:
Share This Article
WP2Social Auto Publish Powered By : XYZScripts.com