bar-merah

3.156 siswa di Tagulandang belum bersekolah pasca erupsi Gunungapi Ruang

gunungapi ruang
Kondisi rumah warga serta gedung-gedung pemerintah yang rusak lantaran terkena hantaman lontaran batu pijar dan abu vulkanik erupsi Gunung api Ruang. (Foto: Zonautara.com/Yegar Sahaduta)

SITARO, ZONAUTARA.com – Hingga saat ini, sebanyak 3.156 pelajar di Tagulandang, Kabupaten Kepulauan Siau Tagulandang Biaro (Sitaro) belum bersekolah. Padahal, pekan ini pemerintah mulai menggelar Ujian Akhir Sekolah (UAS) untuk kelulusan siswa Sekolah Dasar (SD) dan Sekolah Menengah Pertama (SMP).

Hal itu disebabkan gedung sekolah yang rusak akibat erupsi Gunungapi Ruang beberapa waktu lalu. Kondisi itu memaksa pemerintah setempat meliburkan sekolah khususnya yang berada di Pulau Tagulandang dan Pulau Ruang.

Pemerintah Kabupaten Kepualuan Sitaro melalui Dinas Pendidikan mencatat, setidaknya ada 3.156 siswa dan 460 orang guru yang terdampak. Dari 37 bangunan Sekolah dasar dan Menengah pertama, 25 sekolah terdampak erupsi, lima diantaranya rusak berat di Pulau Ruang sementara satu rusak sedang di Pulau Tagulandang dan lainnya rusak ringan, sementara yang tidak terdampak juga ikut diliburkan.

Untuk jumlah siswa yang masuk kelas ujian baik di tingkat SD dan SMP di Pulau Ruang dan Tagulandang diketahui berjumlah 1.075 siswa.

gunungapi ruang
Kondisi rumah warga serta gedung-gedung pemerintah yang rusak lantaran terkena hantaman lontaran batu pijar dan abu vulkanik erupsi Gunung api Ruang. (Foto: Zonautara.com/Yegar Sahaduta)

Meski begitu Kepala Dinas Pendidikan Kabupaten Kepulauan Sitaro, Budianto Mukau, menjelaskan untuk siswa yang terdampak bencana Gunungapi Ruang akan mendapat perhatian khusus.

Untuk proses belajar mengajar maupun standar kelulusan siswa kelas VI untuk SD dan Kelas XI untuk SMP, kata Budianto, Pemerintah akan mengacu pada Permendikbud nomor 33 tahun 2019 tentang Penyelenggaraan Program Pendidikan Aman Bencana serta Permendikbud Nomor 23 tahun 2016 tentang standar penilaian pendidikan pada pendidikan anak usia dini, jenjang pendidikan dasar, dan jenjang pendidikan menengah.

“Untuk kelulusan maupun kenaikan kelas itu akan diatur satuan pendidikan berdasarkan aturan yang ada. Misalnya seperti nilai tugas, portofolio, proses belajar mengajar setiap hari atau lainnya dan sudah dipahami para guru,” kata Budianto, saat ditemui di ruang kerja, Senin, 13 Mei 2024.

Budianto pun menyampaikan para siswa juga disarankan untuk ikut belajar di sekolah yang dekat dengan lokasi pengungsian, meskipun tidak wajib harus mengikuti ujian.

“Kami mempersilakan di sekolah terdekat untuk ikut belajar saja, tapi tidak untuk ujian,” jelas dia.

Diketahui mulai Senin 13 Mei hingga 17 Mei 2024, Sekolah Dasar dan Sekolah Menengah pertama di Kabupaten Kepulauan Sitaro secara serentak menggelar Ujian Akhir Sekolah.

Sementara itu untuk sekolah yang rusak, Budianto menegaskan belum ada perbaikan. Pihaknya masih akan berusaha memasukan di APBD Perubahan tahun 2024 ini.

“Kalau saat ini belum ada perbaikan dari Dinas. Kami akan memasukan di anggaran perubahan. Terkait dengan kerugian kami juga tidak menghitung. Itu nanti datanya ada di BPBD Sitaro,” kata Budianto.

Zonautara.com juga sempat mengunjungi salah satu sekolah terdampak yakni SD Inpres Mahangiang di Pulau Tagulandang pasca letusan pertama 17 April 2024.

Terpantau, sebagian besar atap sekolah rusak dan sudah menembus plafon sekolah, beberapa kursi juga tampak berlubang terkena lontaran lava pijar.

Salah satu guru yang berhasil ditemui menyampaikan bahwa saat ini beberapa guru dan siswa sedang berusaha membersihkan sisa meterial erupsi. Ia juga mengutarakan kerinduannya untuk segera kembali berkegiatan belajar mengajar.

“Berharap sekolah kami bisa segera di perbaiki dan kami bisa belajar lagi,” ungkap Emi Sahbandar, ditemui 23 April 2024.

Sedangkan Frederik dan Rafael dua siswa SD Inpres Mahangiang yang terpantau sejak pagi mengangkat material abu vulkanik Gunungapi Ruang mengaku rindu bertemu guru dan belajar bersama teman – teman.

“Harapan boleh belajar seperti dulu bersama semua teman – teman,” kata Frederik.

Sementara itu pasca letusan kedua 30 April 2024 kondisi SD Inpres Mahangiang dipastikan memprihatinkan. Sekolah ini masuk radius kawasan rawan bencana kurang dari Tujuh kilometer, di pesisir pantai dan tepat di depan Pulau Ruang.

Hingga kini belum ada kabar lagi dari guru Emi Sahbandar dan dua siswa Frederik dan Rafael pasca letusan kedua.



Jika anda merasa konten ini bermanfaat, anda dapat berkontribusi melalui DONASI. Klik banner di bawah ini untuk menyalurkan donasi, agar kami dapat terus memproduksi konten yang bermanfaat



Share This Article
WP2Social Auto Publish Powered By : XYZScripts.com