bar-merah

Temuan Flu Burung di Sapi Perah AS Tak Goyahkan Tingkat Konsumsi Susu Mentah

Penjualan susu mentah di Amerika Serikat tampaknya terus meningkat, meskipun wabah flu burung tengah melanda sapi perah di negara tersebut.

Para pejabat federal AS memperingatkan tentang risiko kesehatan akibat meminum susu mentah setiap saat, terutama selama merebaknya wabah. Tetapi data riset pasar ritel menunjukkan penjualan mingguan susu sapi mentah justru melonjak dibandingkan dengan periode yang sama pada tahun lalu.

Lembaga riset NielsenIQ mengatakan sejak tanggal 25 Maret lalu, ketika virus flu burung untuk pertama kalinya dikonfirmasi pada sapi di AS, penjualan mingguan susu sapi mentah justru meningkat 21% hingga 65% dibandingkan dengan periode yang sama setahun yang lalu.

Temuan Flu Burung di Sapi Perah AS Tak Goyahkan Tingkat Konsumsi Susu Mentah

Kondisi tersebut bertentangan dengan saran Badan Pengawas Obat dan Makanan AS (FDA) dan Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit (CDC), yang menyebut susu mentah sebagai salah satu makanan “paling berisiko” yang dapat dikonsumsi oleh manusia.

“Susu mentah dapat terkontaminasi dengan kuman berbahaya yang dapat membuat Anda sakit parah,” tulis CDC di situsnya.

Hingga hari Senin (13/5), setidaknya 42 peternakan di sembilan negara bagian di AS memiliki sapi yang terinfeksi virus yang dikenal sebagai H5N1 tipe A.

Virus tersebut telah ditemukan dalam kadar yang tinggi pada susu mentah dari sapi-sapi yang terinfeksi. Sisa-sisa virus juga telah ditemukan dalam sampel susu yang dijual di toko-toko eceran, tetapi FDA mengatakan produk-produk tersebut aman dikonsumsi karena pasteurisasi dipastikan telah membunuh virus.

Belum diketahui apakah virus hidup dapat ditularkan kepada orang yang mengonsumsi susu yang belum dipanaskan.

Namun para pejabat CDC pada pekan lalu memperingatkan orang yang minum susu mentah, secara teoritis dapat terinfeksi jika virus flu burung bersentuhan dengan reseptor di hidung, mulut, dan tenggorokan atau dengan menghirup virus.

Ada juga kekhawatiran bahwa jika semakin banyak orang yang terpapar oleh virus itu, maka virus dapat bermutasi dan menyebar dengan lebih mudah pada manusia.

Masing-masing negara bagian di AS memiliki peraturan yang sangat beragam mengenai susu mentah, di mana sebagian di antaranya mengizinkan penjualan eceran di toko-toko, sementara lainnya hanya mengizinkan penjualan di peternakan. Beberapa negara bagian mengizinkan apa yang disebut cowshares, di mana orang membayar susu dari hewan-hewan tertentu, dan peraturan lainnya mengizinkan konsumsi hanya terbatas pada pemilik peternakan, karyawan, atau “tamu yang tidak membayar.”

Angka-angka NielsenIQ menunjukkan bahwa produk susu mentah hanya menyumbang sebagian kecil dari keseluruhan penjualan produk susu. Sekitar 4.100 unit susu sapi mentah dan sekitar 43.000 unit keju susu mentah terjual pada tanggal 5 Mei lalu menurut lembaga tersebut. Sementara penjualan susu sapi yang telah dipasteurisasi mencapai 66,5 juta unit. Sementara keju yang dipasteurisasi mencapai sekitar 62 juta unit.

Meskipun demikian kesaksian tentang susu mentah masih menjadi tren di situs-situs media sosial. Dan Mark McAfee, pemilik Raw Farm USA di Fresno, California, mengatakan bahwa ia tidak dapat menyimpan banyak produknya yang belum dipasteurisasi.

“Orang-orang mencari susu mentah seperti orang gila,” katanya, seraya menambahkan bahwa tidak ada flu burung yang terdeteksi pada ternaknya atau di California.

“Apa pun yang dikatakan FDA kepada pelanggan kami, mereka melakukan yang sebaliknya.”

Lonjakan tersebut juga mengejutkan Donald Schaffner, seorang profesor ilmu pangan dari Universitas Rutgers yang menyebut tren ini “benar-benar menakjubkan.”

“Pakar keamanan pangan seperti saya hanya bisa geleng-geleng kepala,” katanya.

Dari tahun 1998 hingga 2018, CDC mendokumentasikan lebih dari 200 wabah penyakit yang saat ditelusuri berasal dari susu mentah. Ketika itu lebih dari 2.600 orang sakit dan lebih dari 225 orang dirawat di rumah sakit.

Hasil penelitian itu juga menunjukkan susu mentah jauh lebih mungkin menyebabkan penyakit dan rawat inap di rumah sakit dibandingkan susu yang dipasteurisasi; karena terkait dengan bakteri berbahaya seperti campylobacter, listeria, salmonela, dan E. coli. [em/rs]

Selengkapnya baca di VOA



Jika anda merasa konten ini bermanfaat, anda dapat berkontribusi melalui DONASI. Klik banner di bawah ini untuk menyalurkan donasi, agar kami dapat terus memproduksi konten yang bermanfaat




Artikel ini terbit atas kerjasama afiliasi Zonautara.com dengan Voice of America (VOA) Indonesia
TAGGED:
Share This Article
WP2Social Auto Publish Powered By : XYZScripts.com