bar-merah

Bomba talu: memori orang Besusu tentang tsunami (bagian 2)

zonautara.com
Foto: Kabar Sulteng Bangkit

PALU — Di kawasan Enjere dulunya terdapat tiga buah pohon kelapa. Masyarakat sekitar meyakini itu sebagai lokasi yang angker dan dilarang untuk berenang.

Mengacu pada data yang diterbitkan BMKG Palu, kedalaman di sekitar kawasan Enjere sekitar 175 meter. Kedalaman tersebut cukup ideal untuk lalu lintas kapal dan perahu kecil di kawasan tersebut.

Patung kuda putih yang menjadi ikon kawasan ini, usianya baru sekitar belasan tahun. Sebelum patung kuda, lebih dulu berdiri tugu Pancasila dan tugu jam kota.

Kawasan pantai Besusu berpasir putih. Bahkan menurut Wilman pasir di kawasan Karampe lebih tebal. Jika menginjak pasir di pantai tersebut, kaki akan terbenam dalam.

Kawasan Karampe ini sendiri dalam ingatan masyarakat sekitar dikenal sebagai lokasi berlabuhnya penyebar Islam asal Minangkabau, Abdullah Raqie bergelar Dato Karama.

Baca: Pantai Besusu, Saksi Bisu Tiga Tsunami (Bagian 1)

Phai mengidentifikasikan kawasan ini dulunya di sekitaran kawasan Enjere. Namun kini dipindahkan ke sekitar Jalan Cut Meutia hingga ujung utara Jalan Sam Ratulangi.

Karampe sendiri berasal dari kata Nirampe atau Rarampe, yang artinya disebut-sebut atau selalu diingat.

Masyarakat di sekitar Pantai Besusu mengenal tsunami sejak 1927. Mereka menyebutnya dengan istilah Bomba Tau atau gelombang tiga.

Moh Herianto dalam tulisan berjudul ‘Bomba Talu: Kisah Migrasi Pue Nggari dari Buvu Rasede ke Besusu’, menjelaskan, istilah Bomba Talu sendiri berkembang dari cerita turun temurun masyarakat Besusu.

Seorang tokoh perempuan Besusu, Iriatul Zahra Hasan, menjelaskan, orang tuanya di Besusu menyebut tsunami dengan sebutan Bomba Talu. Itu berdasarkan pengalaman warga setelah kawasan Besusu pernah diterjang Bomba Talu.

Tsunami pula yang menurut perkiraan Moh Herianto, menyebabkan Magau (Raja) pertama Palu, Pue Nggari, beberapa kali memindahkan pusat kerajaan dari kawasan pesisir pantai ke arah pedalaman.

Awalnya, saat turun ke Lembah Palu, Pue Nggari mendiami kawasan penggaraman Talise. Kemudian ia pindah ke kawasan Enjere dan terakhir pindah ratusan meter ke arah selatan pantai.

Saat ini kawasan tersebut berada di belakang Kantor Kelurahan Besusu Barat. Pada bencana tsunami 28 September lalu, kawasan tersebut terbukti tidak dijangkau tsunami.(Habis)

Penulis: Jefrianto
Editor: Ika Ningtyas



Jika anda merasa konten ini bermanfaat, anda dapat berkontribusi melalui DONASI. Klik banner di bawah ini untuk menyalurkan donasi, agar kami dapat terus memproduksi konten yang bermanfaat



Share This Article
WP2Social Auto Publish Powered By : XYZScripts.com