Khotbah keagamaan perlu memasukkan mitigasi bencana

Ronny Adolof Buol
Penulis Ronny Adolof Buol
Foto: Kabar Sulteng Bangkit



PALU – Pemuka agama Kristen di Kota Palu, Richard Siwy, mengatakan, materi mitigasi atau pengurangan risiko bencana bisa disampaikan melalui khotbah-khotbah keagamaan di Sulawesi Tengah. Itu adalah salah satu cara untuk mengubah cara pandang manusia agar lebih siap siaga menghadapi bencana.

Richard Siwy telah memulai cara itu dalam Gereja Protestan Indonesia Donggala (GPID). Kebetulan, Richard adalah salah satu penyunting naskah khotbah yang dipakai pendeta-pendeta GPID dalam ibadah hari Minggu maupun ibadah rumah tangga.

“Kami telah memasukkan mindset kebencanaan ke dalam khotbah ibadah Minggu dan ibadah rumah tangga,” jelas Richard dalam diskusi Forum Warga Membaca Bencana yant berlangsung di Rumah Peduli SKP-HAM Sulawesi Tengah, pada Senin (14/1).

Dalam seri diskusi Forum Warga Membaca Bencana yant berlangsung pada Senin (14/1) di Rumah Peduli SKP-HAM Sulawesi Tengah, beberapa orang pemuka agama turut menyampaikan pandangan secara teologis berkaitan dengan bencana yang terjadi dan upaya penanggulangan bencana kedepannya.

Menurutnya, dengan memasukkan mitigasi bencana ke dalam khotbah, akan membuat manusia bisa mempersiapkan diri menghadapi bencana. Cara itu bukan untuk menimbulkan rasa trauma kepada umat. Sebaliknya, merupakan bentuk penyadaran agar manusia dapat memahami hakekat dan posisinya saat terjadi bencana.

“Mengubah cara pandang kita terhadap bencana itu dapat mengubah diri kita ke arah yang lebih baik,” katanya meyakinkan.

Richard menjelaskan, dalam agar Kristen, seluruh manusia telah dimandatkan oleh Tuhan untuk menyampaikan kabar baik kepada segala makhluk, baik dengan sesama manusia maupun dengan alam.

Setiap manusia harus bertanggung jawab membawa kebaikan di alam semesta. Berkaitan dengan itu, maka segala tindakan yang merusak maupun mengekspolitasi alam merupakan perilaku yang bertentangan dengan ajaran Alkitab atau Kekristenan.

Bencana alam yang menimpa, kata dia, juga bisa sebagai momentum merefleksikan diri sendiri. Sehingga manusia menjadi pribadi yang lebih menghormati alam semesta.
“Refleksi ini bukan untuk menjatuhkan, tetapi justru membuat kita maju, membuat kita bangkit, membuat diri kita berubah,” kata Richard.

Seorang tokoh agama Islam di Kota Palu, Tjatjo Tuan Sjaichu, mengatakan, bahwa dalam konteks agama, seluruh manusia harus lebih mendekatkan diri kepada Allah. Bencana alam juga menjadi kesempatan manusia untuk mengintrospeksi diri.

“Bencana yang terjadi menjadi pengingat penting bagi masyarakat agar lebih meningkatkan ibadah kepada sang pencipta,” kata dia.[]

Reporter : Zulrafli Aditya
Penulis: Ika Ningtyas



Jika anda merasa konten ini bermanfaat, anda dapat berkontribusi melalui DONASI. Klik banner di bawah ini untuk menyalurkan donasi, agar kami dapat terus memproduksi konten yang bermanfaat



Share This Article
Follow:
Pemulung informasi dan penyuka fotografi
Leave a comment
WP2Social Auto Publish Powered By : XYZScripts.com