bar-merah

Selamat tinggal KM Sabuk Nusantara 39

zonautara.com
Foto: Kabar Sulteng Bangkit

“Alhamdulilah….” 
Pekik sejumlah warga saat KM Sabuk Nusantara 39 meluncur dengan mulus ke laut. Ada yang bertepuk tangan, ada pula yang langsung menyalami tim peluncuran kapal untuk memberi selamat.

Agus Salim, adalah salah satu warga yang lega menyaksikan kapal itu telah mengapung kembali di lautan. Namun, rasa kehilangan langsung menyergapnya.

Bagi Agus, kapal seberat 500 ton itu, tak hanya saksi bisu kedahsyatan tsunami yang meluluhlantakkan daerahnya. Melainkan juga telah menjadi magnet baru yang menarik banyak orang datang.

Berkah pun turut menyertai. Warung makanan dan toko kelontong kian ramai oleh pembeli. Ekonomi warga yang masih lumpuh setelah bencana, sedikit pulih dengan wisata baru itu.

“Sebenarnya kami tidak ingin kapal itu dikembalikan ke laut karena pasti di sini jadi sepi,” katanya, Selasa malam.

Sejak Selasa sore, 5 Februari 2019, ratusan warga Desa Wani memadati pelabuhan setempat, demi menyaksikan momen bersejarah itu. KM Sabuk Nusantara menjadi kenangan penting setelah dihempas tsunami 28 September 2018.

Demi keselamatan warga, para pekerja memasang pita pembatas. Warga dilarang mendekat hingga jarak sekitar 100-200 meter.

KM Sabuk Nusantara 39 merupakan kapal milik PT Pelni yang melayani angkutan penumpang rute pelayaran tol laut dari sejumlah pelabuhan di Indonesia.

Naas, saat bersandar di Pelabuhan Wani di Kabupaten Donggala, 28 September 2018, kapal tersebut dihantam gelombang tsunami hingga terhempas ke daratan sejauh 70 meter. Beruntung, 20 kru kapal selamat.

Kementerian Perhubungan memutuskan menarik kapal itu dengan menggandeng PT Samudera Rezeki Teknindo (Smart). Manager Proyek PT Samudera Rezeki Teknido, Ahmad Yani, mengatakan, proses persiapan membutuhkan waktu selama 20 hari.

Total pekerja yang menangani penurunan kapal Sabuk Nusantara 39 sebanyak 21 orang, 16 diantaranya warga Wani ditambah 5 Teknisi PT Smart Salvage.

Kepala teknisi PT Smart, Sarman, mengatakan, proses awal telah dimulai dengan memasukkan ganjalan dari batang kelapa. Batang kelapa ini berfungsi mengangkat badan kapal setinggi 50 cm sebelum memasukkan air bag.

“Air bag berfungsi sebagai pengganti rel,” kata dia.

Untuk meluncurkan kapal dengan tonase 1202 ke permukaan laut, tim membutuhkan 14 buah kantong udara (air bag) yang terbuat dari karet. Butuh waktu 3 hingga 5 hari untuk memasukkan kantong udara di bawah lambung kapal yang dibuat pada tahun 2014 itu.

Agar kapal kembali ke permukaan laut, perusahaan mengerahkan eskavator untuk mendorong di bagian depan, dan tugboat untuk menarik badan kapal.

Dan, kurang dari satu menit, kapal telah mengapung di laut. Tersisa pedaran cahaya kapal terlihat dari daratan.

Yani mengutarakan pihaknya merasa diuntungkan dengan posisi kapal yang berdekatan dengan “buritan?” batas sandaran kapal, yang membantu kapal dengan cepat turun kembali ke laut.

“Kami sangat berterima kasih kepada seluruh warga Wani khususnya, karena sudah memberikan yang terbaik untuk membantu selamatkan aset negara hari ini.” ungkapnya.

Ahmad Yani mengatakan kondisi Kapal Sabuk Nusantara 39 secara keseluruhan dalam keadaan aman dan siap berlayar, “cuma dia (kapal) hanya perlu mengecek mesin di Pelabuhan Pantoloan.[]

Reporter : Muhammad Faiz
Editor: Ika Ningttyas



Jika anda merasa konten ini bermanfaat, anda dapat berkontribusi melalui DONASI. Klik banner di bawah ini untuk menyalurkan donasi, agar kami dapat terus memproduksi konten yang bermanfaat



Share This Article
WP2Social Auto Publish Powered By : XYZScripts.com