Pengertian TB Paru
Tuberkulosis (TB) Paru merupakan penyakit paru yang penyebabnya barasal dari infeksi bakteri Mycobacterium tuberculosis. Bakteri ini sangat menyukai tempat yang sejuk, lembab, dan gelap.
Penyakit ini tidak hanya menginfeksi paru, tetapi dapat masuk lewat pembuluh darah dan menyebar ke bagian tubuh lainnya seperti, sendi, tulang, kelenjar getah bening, selaput otak, saluran pencernaan, dan lain-lain.
Pertumbuhan Bakteri TB Paru
Oksigen merupakan makanan dari bakteri TB Paru, karena ia memerlukan oksigen untuk tumbuh dan berkembang. Selain oksigen, karbondioksida juga dapat merangsang pertumbuhan bakteri TB Paru dengan suhu 30-40°C dan suhu optimum 37-38°C. Karena memiliki sifat hidrofobik pada permukaan selnya maka bakteri TB memiliki daya tahan yang lebih besar dibanding dengan bakteri lain. Bakteri TB Paru ini kebal terhadap alkali, asam, dan zat warna lainnya.
Penularan TB Paru
TB Paru dapat ditularkan melalui aerosol akibat percikan batuk atau bersin (droplet nuclei) yang masuk ke saluran pernafasan. Selain saluran pernafasan, kuman TB Paru juga dapat masuk lewat saluran pencernaan dan luka terbuka pada kulit.
Bagi sebagian orang yang memiliki sistem kekebalan tubuh yang kuat maka kuman TB Paru yang ada di dalam tubuh tidak aktif atau dalam keadaan tidur (dormant). Hal ini disebut dengan infeksi laten sehingga saat dilakukan pemeriksaan tidak ditemukan gejala apapun.
Namun, jika penderitan ini mengalami penurunan daya tahan tubuh maka tidak menutup kemungkinan kuman TB Paru di dalam tubuh menjadi aktif.
Bagaimana dokter mendiagnosa penyakit TB Paru
Secara umum untuk menegakkan diagnosa penyakit TB Paru dapat dipengaruhi dengan usia karena pada orang dewasa dan anak-anak tidak sama (berbeda). Pada anak- anak dokter biasanya menggunakan metode sistem skongking TB Paru anak (pembobotan terhadap gejala atau tanda klinis yang dijumpai).
Kriterianya antara lain:
- Ada atau tidak riwayat kontak dengan penderita TB Paru
- Uji tuberculin
- Terjadi penurunan berat badan
- Mengalami demam tanpa sebab
- Batuk kronik
- Terjadi pembengkakan/pembesaran kelenjar limfa di area leher, lipatan paha atau sekitar ketiak
- Terjadi pembengkakan pada tulang/sendi panggul, jari, dan lutut
- Foto toraks
Pada orang dewasa pemeriksaan TB Paru dapat dilakukan dengan melakukan tes dahak/sputum, pemeriksaan darah, dan foto toraks. Tes dahak dilakukan dua kali dengan metode Sewaktu-Pagi atau Pagi-Sewaktu.
Jika salah satu tes hasilnya positif maka dapat dinyatakan adanya infeksi TB Paru. Selain itu, terdapat pemeriksaan penunjang seperti PCR (Polymerase Chain Reaction), histopatologi jaringan, pengambilan cairan pleura, dan pemeriksaan lainnya.
Gejala Penyakit TB Paru
Secara umum gejala penyakit TB Paru yaitu:
- Batuk
- Demam
- Badan terasa lemah dan lesuh
- Terjadi penurunan berat badan
- Keringat malam
Pengobatan TB Paru
Pengobatan TB Paru kasus baru diperkirakan memakan waktu sekitar enam bulan. Jika kasus berulang akibat pemakaian obat dihentikan (putus obat) atau ada faktor penyulit lainnya maka dapat memakan waktu lebih lama.
Pada pengobatan untuk kasus baru terdapat dua fase pengobatan yaitu fase intensif dan fase lanjutan. Pada fase intensif biasanya membutuhkan waktu sekitar dua bulan.
Obat yang dikonsumsi juga lebih banyak. Di akhir fase akan dilakukan evaluasi untuk melihat bagaimana perkembangan pengobatan dengan dilakukan tes sputum, dan foto toraks.
Setelah dilakukan tes maka dilihat apakah pengobatan akan dilanjutkan ke fase lanjutan atau tetap meneruskan fase intensif (ditambah satu bulan).
Bentuk obat TB Paru dibedakan menjadi dua, yaitu:
- Kombinasi Dosis Tetap (KDT). Obat yang diberikan dikombinasikan agar penderita tidak mengonsumsi obat terlalu banyak.
- Kombipak. Obat-obat antituberkulosis disediakan secara terpisah.
Obat-obat Anti-TB Paru
Beberapa contoh obat anti-TB Paru, di antaranya:
- Rifampicin
- Etambutol
- Isoniazid
- Pirazinamid
- Streptomisin (injeksi)
Jika obat-obat di atas sudah menjadi kebal (resisten), maka pengobatan akan dilakukan kembali dari awal dengan regimen lini kedua. Contohnya yaitu capreomycin, ethionamid, amikacin, kanamycin (golongan aminoglikosida), ofloxacin (golongan fluoroquionolon), prothionamid (golongan thionamide), levofloxacin, ciprofloxacin, cycloserine, dsb.
Penderita dianjurkan berkonsultasi kembali ke dokter jika terjadi efek samping.
DAFTAR PUSTAKA
- Tim Program TB St Carolus. 2017. Tuberkulosis Bisa Disembuhkan!. Jakarta: Kepustakaan Populer Gramedia.
- Sembiring, Samuel Pola Karta. 2019. Indonesia Bebas Tuberkulosis. Jawa Barat: CV Jejak.
- H, Handayani. 2019. Metode Deteksi Tuberkulosis. Sidoarjo: Uwais Inspirasi Indonesia.
Penulis: Feiby Najoan
- Penulis adalah mahasiswa Fakultas Keperawatan Universitas Katolik Dela Salle Manado.