bar-merah

Keanekaragaman hayati di hutan reklamasi

kebun raya megawati
Keanekaragaman hayati di Kebun Raya Megawati Soekarnoputri. (Foto: Ronny A. Buol)

Reklamasi lahan bekas tambang PT Newmont Minahasa Raya (PT NMR) yang kini menjadi kebun raya memberikan dampak yang besar terhadap keanekaragaman hayati di lahan seluas 221 hektar yang berlokasi di Bukit Mesel, Ratatotok, Minahasa Tenggara, Sulawesi Utara.

Keanekaragaman hayati di hutan reklamasi ini tergolong tinggi dengan 83 jenis tumbuhan bawah, 53 jenis tumbuhan tingkat tiang, dan 55 jenis tumbuhan tingkat pohon. Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) menyebut ada 66 jenis tumbuhan hasil revegetasi di Kebun Megawati Soekarnoputri.

Jenis-jenis tumbuhan utama yang menutupi lahan-lahan yang telah direklamasi adalah jati (Tectona grandis L.f.), nantu (Palaquium obtusifolium Burck), kayu manis (Cinnamomum burmanni (Nees & T.Nees) Blume), sengon (Paraserianthes falcataria (L.) I.C.Nielsen), mahoni (Swietenia macrophylla King), jabon merah (Neolamarckia macrophylla (Roxb.)Bosser), linggua (Pterocarpus indicus Willd.), ketapang air (Terminalia catappa L.), serta berbagai jenis tumbuhan perdu dan rerumputan.

Berdasarkan hasil survei lapangan, selain jenis-jenis pohon reklamasi seperti yang disebutkan di atas, ditemukan juga jenis-jenis pohon yang merupakan tumbuhan asli di kawasan kebun raya itu, seperti kenanga (Cananga odorata (Lam.) Hook.f. &Thomson), kenari (Canarium asperum Benth. dan C. hirsutum Willd.), rao (Dracontomelon dao (Blanco) Merr. & Rolfe), kayu hitam (Diospyros korthalsiana Hiern), dan kayu telor (Alstonia scholaris (L.) R. Br.).

Kegiatan reklamasi yang dilakukan sejak tahun 1996 telah berjalan sangat baik, terlihat dari tegakan-tegakan pohon yang sudah mulai membentuk kawasan hutan kembali.

Selain tumbuhan, di kebun raya ini juga memiliki 74 jenis burung yang menetap dan mengunjungi kawasan tersebut, seperti burung kacamata dahi hitam, kutilang, uncal ambon, cerek, kepondang kuduk hitam, cabai panggul hitam, kadalan Sulawesi, tiong lampu, dan srigunting jambul rambut. Sejumlah satwa penting berstatus terancam kepunahan pun bisa juga ditemukan di kawasan kebun raya ini. Sebut saja tarsius dan kera hitam. Beberapa jenis serangga unikpun ada di kebun raya ini.

LIPI menyebut sebagian besar kawasan Kebun Raya Megawati Soekarnoputri merupakan hasil reklamasi, namun demikian ada beberapa kawasan yang termasuk hutan sekunder. Jenis-jenis tumbuhan asli dan tumbuhan introduksi yang telah beradaptasi dengan baik pada beberapa spot hutan sekunder diberi label dan ditetapkan menjadi koleksi spontan. Tumbuhan yang ditetapkan sebagai koleksi spontan berjumlah 130 nomor yang termasuk dalam 32 suku, 60 marga, dan 89 jenis.

Beberapa contoh koleksi spontan di Kebun Raya Megawati Soekarnoputri adalah Dracontomelon dao (Blanco) Merr.& Rolfe (Anacardiaceae), Alstonia spectabilis R.Br. (Apocynaceae), Trema orientale (L.) Blume (Cannabaceae), Garuga floribunda Decne., Canarium hirsutum Willd. (Burseraceae), Peltophorum pterocarpum (DC.)Backer ex K.Heyne, Intsia bijuga (Colebr.) Kuntze (Fabaceae), Ficus celebensis Corner, Ficus sp. (Moraceae), Gynochthodes jackiana (Korth.) Razafim.& B.Bremer, Uncaria sinensis (Oliv.). LIPI menyebut pemberian label koleksi spontan dilakukan bersamaan dengan survei lapangan dalam penyusunan masterplan.

Kebun Raya Megawati
Tegakan pohon di Kebun Raya Megawati Soekarnoputri. (Foto: Finneke Wolajan)

Pengembangan koleksi dilakukan melalui kegiatan eksplorasi tumbuhan di dalam maupun di sekitar kawasan Kebun Raya Megawati Soekarnoputri yang memiliki karakteristik habitat yang sama. Hingga kini, eksplorasi telah dilakukan sebanyak dua kali yakni pada tahun 2017. Koleksi tumbuhan hasil eksplorasi tersebut masih dipelihara di pembibitan sementara yang berlokasi di kompleks perkantoran Kecamatan Ratatotok. Koleksi tersebut akan segera dipindahkan ke lokasi pembibitan setelah fasilitas pembibitan yang dibangun oleh Kementerian PUPR dapat difungsikan secara optimal dan memiliki SDM pengelola yang memadai.

Sulawesi merupakan kawasan Wallacea yang memiliki jenis-jenis tumbuhan dan satwa yang sangat berbeda dengan daerah lainnya. Sebagai contoh hutan pamah yang dominan di Sulawesi hanya memiliki enam jenis pohon dari suku Dipterocarpaceae, sangat berbeda jika dibandingkan dengan Sumatera yang berjumlah 267 jenis dan Kalimantan 106 jenis. Jenis endemik Sulawesi dari suku Dipterocarpaceae adalah Hopea celebica Burck dan Vatica flavovirens Slooten. Jenis pohon yang terkenal dan melimpah di Sulawesi adalah Diospyros spp.

Sementara itu, keragaman satwa terutama hewan menyusui di Sulawesi juga tercatat paling khas di Indonesia (Whitten et al., 1987). Sebanyak 127 hewan menyusui ada di Sulawesi, 67 persen di antaranya adalah jenis endemik. Prosentase keragaman jenis burung Sulawesi (31 persen) hanya kalah dari Papua (52 persen) dan Maluku (33 persen) dari total jenis yang ada di seluruh Indonesia. (Bersambung)

Baca Bagian 3 atau kembali ke Halaman Utama

Editor: Ronny A. Buol



Jika anda merasa konten ini bermanfaat, anda dapat berkontribusi melalui DONASI. Klik banner di bawah ini untuk menyalurkan donasi, agar kami dapat terus memproduksi konten yang bermanfaat



Share This Article
WP2Social Auto Publish Powered By : XYZScripts.com