ZONAUTARA.com – Perusahaan financial technology (fintech) di Asia Tenggara termasuk di Indonesia akan mendapat kompetitor baru. Tiga unicorn fintech dari India telah menyatakan akan memperluas pasarnya mereka ke Indonesia.
Ketiga unicorn fintech dari India itu adalah Pine Labs, Zeta Services dan Razorpay. Ketiga perusahaan fintech ini sudah menjadi unicorn asal India dengan nilai valuasi diatas AS$1 miliar atau setara Rp 14,1 triliun.
Ekpansi ketiganya akan meramaikan serta berebutan pasar terutama di Thailand, Filipina, Singapura dan Indonesia. Di kawasan ini sudah ada pemain unicorn seperti Grab, Gojek dan Sea yang dalam beberapa tahun terakhir melakukan ekspansi investasi cukup agesif.
Unicorn di India memang berkembang sangat pesat, bahkan di tengah melambatnya perekonomian saat Covid-19 menghantam India dengan parah. Populasi India yang sangat besar menjadi modal utama para pemain startup di negara itu. Setidaknya ada 500 juta juta pengguna smartphone di India, yang merupakan angka terbesar kedua di dunia setelah Cina.
Pemerintah India telah melarang uang kertas denominasi tinggi pada 2016, yang langsung memicu lonjakan transaksi non-tunai.
Pandemi korona bahkan semakin mendorong permintaan untuk belanja daring dengan pembayaran non-tunai. Akibatnya, jumlah terminal point-of-sale yang terpasang meningkat dua kali lipat dari 2,5 juta pada 2017 menjadi 5,1 juta pada Maret 2020, menurut laporan Sanford C. Bernstein.
Menurut laporan NASSCOM, yang dikutip IBS Intelligence, India diprediksi akan memiliki 50 unicorn pada akhir tahun 2021. Bahkan, di tengah pandemi yang mengerikan ini, 13 startup telah masuk ke daftar unicorn selama empat bulan pertama 2021. Diyakini, bakal lebih banyak lagi unicorn di India, yang akan mengumpulkan AS$13,7 miliar tahun ini.
Pada Mei, India telah melihat masuknya dua startup yaitu Moglix dan Zeta di klub unicorn, menjadikan jumlah total startup teknologi India yang telah masuk klub menjadi 55. India diperkirakan akan memiliki lebih dari 100 unicorn pada 2023, seperti dilaporkan Inc42 Plus.
3 unicorn
Unicorn fintech pertama India yang akan mengincar Asia Tenggara adalah Pine Labs, penyedia terminal point-of-sale untuk pengecer, mengklaim telah mencapai valuasi sebesar AS$3 miliar (Rp 42,5 triliun) dalam putaran pendanaan bulan lalu. Definisi industri unicorn adalah startup dengan valuasi AS$1 miliar (Rp 14,1 triliun) atau lebih.
Pine Labs baru-baru ini mulai menawarkan layanan “beli sekarang, bayar nanti (pay later)” kepada pengecer di Malaysia. Layanan ini memungkinkan pelanggan membayar dengan mencicil tanpa bunga menggunakan kartu kredit mereka. Pine Labs mengambil potongan dari pembayaran, serta biaya dari bank yang mengeluarkan kartu untuk menggunakan perangkat lunaknya dalam memproses transaksi.
“Sebagian besar pasar Asia Tenggara adalah tempat India berada sekitar dua setengah tahun yang lalu,” kata CEO Pine Labs, Amrish Rau, dalam sebuah wawancara dengan Deal Street Asia, Kamis (10/6/2021).
April lalu Pine Labs telah mengakuisisi Fave, sebuah startup Malaysia yang menawarkan promosi untuk pembelian daring. Menurut Rau, perusahaan berencana untuk meluncurkan layanan pay later ini di Thailand, Singapura, Indonesia, dan Filipina melalui kemitraan dengan bank lokal.
Meskipun penguncian Malaysia membuat transaksi merosot, Pine Labs masih tetap optimis dalam jangka panjang. “Konsumen akan meminta lebih banyak transaksi pembayaran digital daripada sebelumnya,” ujarnya optimistis.
Selain Pine, fintech India lain, Zeta Services, juga mengincar ekspansi ke kawasan Asia Tenggara. Startup bervaluasi AS$1,45 miliar, yang menawarkan produk jasa keuangan kepada bank dan perusahaan lain ini, mendapat suntikan AS$250 juta oleh Vision Fund 2 SoftBank Group.
Zeta berencana menggunakan 70 persen dana segar itu untuk meningkatkan penjualan, pemasaran, dan pengembangan bisnis di Asia Tenggara. “Kami bahkan sudah punya tim dan klien di AS,” kata CEO Zeta, Bhavin Turakhia dalam sebuah wawancara dengan Nikkei Asia.
Satu lagi, Razorpay, yang memproses pembayaran untuk layanan online seperti pengiriman makanan dan e-commerce, juga berekspansi ke Asia Tenggara. “Jadi Anda melihat pasar seperti Indonesia, Malaysia, Vietnam, dan Filipina. Kami akan meluncurkan setidaknya satu atau dua pasar sebelum akhir tahun keuangan ini,” kata Harshil Mathur, salah satu pendiri dan CEO Razorpay.
Perusahaan berencana menambah jumlah karyawannya sebesar 50 persen dari 1.400 orang yang sudah ada saat ini. Dengan tambahan modal dari GIC Singapura, Razorpay April lalu juga telah meningkatkan valuasi menjadi sebesar AS$3 miliar.
Sumber: Lokadata.id