ZONAUTARA.COM – Klaim capaian kekebalan kelompok atau herd immunity tidak dapat hanya berdasarkan menggunakan capaian vaksinasi Covid-19 dosis pertama.
Hal tersebut disampaikan oleh Ketua Dewan Pakar Ikatan Ahli Kesehatan Masyarakat Indonesia (IAKMI) Hermawan Saputra.
Hermawan juga menambahkan, untuk mencapai kekebalan kelompok, berdasarkan Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), setidaknya harus mencapai standar vaksin sebanyak 70 persen dari populasi.
Hermawan menegaskan, vaksinasi dikatakan rampung jika telah melewati suntikan kedua.
“Untuk vaksin Sinovac dan AstraZeneca,” jelasnya, Jumat (13/8).
Karenanya ia mengatakan menjadi keliru apabila capaian vaksinasi dosis pertama digunakan sebagai dasar terwujudnya herd immunity.
“Jadi kalau baru vaksin pertama tentu belum tuntas. Baru tuntas apabila sudah menjalani suntikan kedua dengan catatan tepat waktu,” ujarnya.
Persoalannya, lanjut Hermawan, meskipun seluruh masyarakat sudah menjalani vaksinasi dosis kedua, faktor efikasi vaksin juga berpengaruh terhadap pembentukan herd immunity.
Sementara berdasarkan perkembangan terbaru, ia mengatakan tingkat efikasi untuk vaksin Sinovac telah turun menjadi 50-55 persen. Karenanya, sulit untuk dapat mengklaim tercapainya herd immunity walaupun capaian vaksinnya menyeluruh.
“Sebab dikatakan efektif kalau efikasi vaksin itu mempunyai proteksi lebih dari 90 atau bahkan 100 persen. Jadi dengan efikasi seperti itu tentu masih sulit dikatakan bisa terwujud herd immunity,” jelasnya.
Variabel selanjutnya yang juga harus diperhatikan sebelum mengklaim herd immunity menurut Hermawan merupakan angka reproduksi efektif (Rt) virus corona. Yakni tingkat potensi penularan virus harus dapat ditekan hingga di bawah 1.
Hanya saja hal ini menjadi sulit lantaran ia menilai sistem pencatatan data serta tracing dan testing di Indonesia masih lemah.
“Boleh jadi memang herd immunity itu bisa terwujud bukan karena vaksin, tapi karena banyaknya masyarakat yang terpapar atau natural herd immunity. Tapi tentu kita tidak mau ini terjadi,” jelasnya.
Selain itu, Hermawan juga menjelaskan tercapainya herd immunity di suatu daerah bisa terwujud apabila ada harmonisasi capaian program dan kebijakan antara daerah di dalam kawasan aglomerasi.
Pasalnya saat ini akses antardaerah masih terbuka lebar. Sehingga meskipun ada daerah yang memiliki capaian vaksinasi tinggi tapi di daerah sekitar masih rendah akan sulit mencapai herd immunity.
“Jadi belum bisa ada suatu daerah atau kota yang mengklaim sudah mewujudkan herd immunity saat ini,” tuturnya.
Sebab itu, pihaknya menyarankan, vaksinasi harus dilakukan secara total oleh seluruh penduduk.
“Terkecuali mereka yang berhalangan karena komorbid atau masalah kesehatan lainnya,” tandasnya.