ZONAUTARA.com – Pernahkah anda tiba-tiba mendengar suara orang lain mengunyah kemudian tiba-tiba anda ingin marah dan memberikan reaksi berlebihan? Kondisi ini dinamakan misophonia.
Tak hanya saat mendengar orang lain mengecap makanannya, bahkan mendengar suara napas orang lain pun bisa jadi bisa membuat orang yang memiliki misophonia memberi reaksi luar biasa. Intinya, ketika mereka mendengarkan suara yang berulang-ulang.
Kondisi misophonia akan mempengaruhi 6 hingga 20 persen dari diri kita. Mungkin anda salah satunya, dan anda selama ini bertanya-tanya mengapa anda begitu marah hanya karena suara kecapan makan orang lain?
Apa itu misophonia?
Misophohonia, yang artinya benci suara, merupakan sebuah kondisi hipersensitivitas terhadap suara tertentu yang dibuat orang lain, termasuk suara makan, minum, bahkan bernapas.
Suara-suara tersebut dapat memicu kemarahan, jijik, hingga kecemasan yang hebat hingga mempengaruhi diri kita.
Apa yang terjadi pada seseorang dengan misophonia?
Sebuah studi dengan judul The Motor Basis for Misophonia yang diterbitkan di The Journa; of Neuroscience, akan menjelaskan apa yang terjadi pada penderita misophonia.
Sebetulnya, yang membuat orang dengan misophonia memberi reaksi berlebihan bukan karena suara yang ditimbulkan oleh orang lain, namun terjadi respon pencerminan yang tidak diinginkan yang tertangkap dalam indra pendengar mereka.
Sukhbinder Kumar, penulis utama dalam penelitian, mengungkapkan bahwa orang dengan misophonia memiliki komunikasi yang abnormal antara daerah pendengaran dengan otak motoriknya.
Penelitian yang didasarkan pada scan fMRI dari 17 subjek dengan misophonia dan 20 subjek kontrol telah dilakukan. Semua peserta diperlihatkan rekaman manusia yang sedang mengunyah.
Hasilnya, semua korteks pendengaran subjek merespon dengan cara yang sama. Namun, terjadi peningkatan komunikasi antara korteks pendengaran dengan area kontrol motoric mulut, tenggorokan, dan wajah bagi orang dengan misophonia. Dan daerah ini diaktifkan oleh suara dalam rekaman.
Hasil lain yang mengejutkan dari penelitian ini adalah pola komunikasi serupa ditemukan antara wilayah visual dan motoric. Hal ini berarti misophonia dapat dipicu oleh sesuatu dalam bentuk visual.
Input sonic dan visual yang memicu kondisi misophonia mendorong peneliti untuk melakukan studi lebih lanjut tentang kesamaan dari kedua respon tersebut.
Komunikasi ini mengaktifkan sesuatu yang disebut dengan “sistem cermin”, yang membantu dalam memproses gerakan yang dibuat orang lain dengan mengaktifkan otak kita sendiri.
Sukhbinder Kumar, penulis pertama jurnal, mengatakan bahwa aktivasi berlebihan yang tidak disengaja dari sistem cermin. Hal itu menyebabkan perasaan bahwa suara yang dibuat oleh orang lain mengganggu tubuhnya. Tentu di luar kendali mereka.