Zonautara
  • HOME
  • PERISTIWA
    • Press Review
    • Kabar Sulut
    • Bencana dan Musibah
    • Ekonomi dan Bisnis
    • Hukum dan Regulasi
    • Lingkungan dan Konservasi
    • Pendidikan
    • Politik dan Pemerintahan
    • Sosial Kemasyarakatan
  • LAPORAN KHAS
    • Insight
    • Indepth
    • Sorotan
    • Tematik
    • Persona
    • ZONA DATA
      • Angka
      • Visualisasi Data
    • TUTUR VISUAL
      • Foto
      • Video
      • Infografis
    • POJOK RONNY
      • Perjalanan
  • CARI TAHU
    • ZONAPEDIA
    • Bagaimana caranya?
    • Daftar
    • Sejarah
    • Hari Ini Dalam Sejarah
  • REHAT
  • Our Network
No Result
View All Result
Zonautara
  • HOME
  • PERISTIWA
    • Press Review
    • Kabar Sulut
    • Bencana dan Musibah
    • Ekonomi dan Bisnis
    • Hukum dan Regulasi
    • Lingkungan dan Konservasi
    • Pendidikan
    • Politik dan Pemerintahan
    • Sosial Kemasyarakatan
  • LAPORAN KHAS
    • Insight
    • Indepth
    • Sorotan
    • Tematik
    • Persona
    • ZONA DATA
      • Angka
      • Visualisasi Data
    • TUTUR VISUAL
      • Foto
      • Video
      • Infografis
    • POJOK RONNY
      • Perjalanan
  • CARI TAHU
    • ZONAPEDIA
    • Bagaimana caranya?
    • Daftar
    • Sejarah
    • Hari Ini Dalam Sejarah
  • REHAT
  • Our Network
No Result
View All Result
Zonautara
No Result
View All Result
Home REHAT Relasi dan Hubungan Sosial

Bagaimana algoritma media sosial memanipulasi kita?

by Redaksi ZU
29 November 2021
A A
Ilustrasi (Sumber: pexels.com)

Ilustrasi (Sumber: pexels.com)

ZONAUTARA.com – Platform media sosial sangat bergantung pada perilaku kita untuk memutuskan konten yang kita lihat. Dengan menyukai, berkomentar, dan berbagi suatu postingan di media sosial, maka akun anda akan selalu terekspos konten-konten serupa.

Filippo Menczer, Profesor di Informatics and Computer Science, Indiana University dalam postingannya di The Conversation menjelaskan bagaimana jebakan substansial yang dilakukan oleh perusahaan media sosial pada penggunanya.

Kebenaran kolektif

Konsep kebenaran kolektif mengasumsikan tindakan, pendapat, dan preferensi orang lain sebagai panduan yang mengarah pada keputusan yang tepat. Misalnya, kecerdasan kolektif digunakan untuk memprediksi pasar keuangan, olahraga, pemilu, dan bahkan wabah penyakit.

Selama jutaan tahun evolusi, prinsip-prinsip ini telah dikodekan ke dalam otak manusia dalam bentuk bias kognitif. Jika semua orang mulai berlari, Anda juga harus mulai berlari. Aturan-aturan ini bekerja sangat baik dalam situasi yang khas karena mereka didasarkan pada asumsi yang kuat.

Teknologi memungkinkan orang untuk mengakses sinyal dari sejumlah besar orang lain, yang kebanyakan tidak mereka kenal. Aplikasi kecerdasan buatan menggunakan popularitas dan konsep “ikut-ikutan”. Mulai dari memilih hasil mesin pencari hingga merekomendasikan musik dan video sesuai dengan yang anda cari sebelumnya.

Baca Pula:

Kominfo putus akses 7 situs dan 5 grup medsos berisi jual beli organ tubuh

14 January 2023
Mahakam Ulu

Tata kelola sampah yang amburadul sebabkan sungai di Indonesia tercemar mikroplastik

30 December 2022

Tidak semua yang viral layak untuk diikuti

Penelitian Menczer menunjukkan bahwa hampir semua platform teknologi web, seperti media sosial dan sistem rekomendasi berita, mengutamakan bias popularitas. Bias popularitas dapat menyebabkan konsekuensi berbahaya yang tidak diinginkan.

Media sosial seperti Facebook, Instagram, Twitter, YouTube, dan TikTok sangat bergantung pada algoritme AI untuk memberi peringkat dan merekomendasikan konten. Algoritme ini mengambil apa yang anda suka, komentari, dan bagikan. Tujuan dari algoritme adalah untuk memaksimalkan keterlibatan dengan mencari tahu apa yang disukai orang dan memeringkatnya di bagian atas umpan mereka.

Sayangnya, penelitian Menczer menemukan bahwa secara umum, bias popularitas cenderung menurunkan kualitas konten. Alasannya adalah bahwa keterlibatan bukanlah indikator kualitas yang dapat diandalkan ketika hanya sedikit orang yang terpapar suatu item.

Apa yang bisa kita lakukan?

Menczer merekomendasikan solusi bahwa perilaku dengan intensitas tinggi seperti suka dan berbagi otomatis dapat dihambat oleh CAPTCHA. Hal ini tidak hanya akan mengurangi peluang manipulasi, tetapi dengan lebih sedikit informasi, orang akan dapat lebih memperhatikan apa yang mereka lihat.

 

Tags: depanmanipulasi mediabias popularitasmedia sosialmediasosial media
ShareTweetSend

Related Posts

management trainee
Relasi dan Hubungan Sosial

Apa keuntungan management trainee bagi perusahaan serta cara menilai kesuksesannya?

29 November 2022

...

flexing
Relasi dan Hubungan Sosial

Apa itu flexing dan bagaimana mengatasinya: belajar dari kasus Indra Kenz dan Doni Salmanan

21 March 2022

...

Discussion about this post

Facebook Twitter Instagram Youtube

Redaksi

Kelurahan Mongkonai, Kecamatan Mongkonai Barat, Kotamobagu.
Email: [email protected]
[email protected]

  • Tentang Kami
  • REDAKSI
  • Pedoman Media Siber
  • Kode Etik Jurnalistik
  • Kebijakan Data Pribadi

© 2023 JNews - Premium WordPress news & magazine theme by Jegtheme.

No Result
View All Result
  • HOME
  • PERISTIWA
    • Press Review
    • Kabar Sulut
    • Bencana dan Musibah
    • Ekonomi dan Bisnis
    • Hukum dan Regulasi
    • Lingkungan dan Konservasi
    • Pendidikan
    • Politik dan Pemerintahan
    • Sosial Kemasyarakatan
  • LAPORAN KHAS
    • Insight
    • Indepth
    • Sorotan
    • Tematik
    • Persona
    • ZONA DATA
      • Angka
      • Visualisasi Data
    • TUTUR VISUAL
      • Foto
      • Video
      • Infografis
    • POJOK RONNY
      • Perjalanan
  • CARI TAHU
    • ZONAPEDIA
    • Bagaimana caranya?
    • Daftar
    • Sejarah
    • Hari Ini Dalam Sejarah
  • REHAT
  • Our Network

© 2023 JNews - Premium WordPress news & magazine theme by Jegtheme.