Zonautara
  • HOME
  • PERISTIWA
    • Press Review
    • Kabar Sulut
    • Bencana dan Musibah
    • Ekonomi dan Bisnis
    • Hukum dan Regulasi
    • Lingkungan dan Konservasi
    • Pendidikan
    • Politik dan Pemerintahan
    • Sosial Kemasyarakatan
  • LAPORAN KHAS
    • Insight
    • Indepth
    • Sorotan
    • Tematik
    • Persona
    • ZONA DATA
      • Angka
      • Visualisasi Data
    • TUTUR VISUAL
      • Foto
      • Video
      • Infografis
    • POJOK RONNY
      • Perjalanan
  • CARI TAHU
    • ZONAPEDIA
    • Bagaimana caranya?
    • Daftar
    • Sejarah
    • Hari Ini Dalam Sejarah
  • REHAT
  • Our Network
No Result
View All Result
Zonautara
  • HOME
  • PERISTIWA
    • Press Review
    • Kabar Sulut
    • Bencana dan Musibah
    • Ekonomi dan Bisnis
    • Hukum dan Regulasi
    • Lingkungan dan Konservasi
    • Pendidikan
    • Politik dan Pemerintahan
    • Sosial Kemasyarakatan
  • LAPORAN KHAS
    • Insight
    • Indepth
    • Sorotan
    • Tematik
    • Persona
    • ZONA DATA
      • Angka
      • Visualisasi Data
    • TUTUR VISUAL
      • Foto
      • Video
      • Infografis
    • POJOK RONNY
      • Perjalanan
  • CARI TAHU
    • ZONAPEDIA
    • Bagaimana caranya?
    • Daftar
    • Sejarah
    • Hari Ini Dalam Sejarah
  • REHAT
  • Our Network
No Result
View All Result
Zonautara
No Result
View All Result
Home KABAR SULUT ZONA DAERAH Zona Sulut

Belasan jurnalis dan aktivis Indonesia Timur ikut kelas menulis naratif

by Neno Karlina Paputungan
A A
Belasan jurnalis dan aktivis ikut kelas menulis naratif di Tomohon.

Belasan jurnalis dan aktivis ikut kelas menulis naratif di Tomohon.

ZONAUTARA.COM,TOMOHON – Sebanyak 15 peserta dari sejumlah daerah di Indonesia timur mengikuti kelas Narrative Journalism Tour (NJT) 2022 yang diadakan Yayasan Pantau bersama Universitas George Washington dan Kedutaan Amerika Serikat di Tomohon, Sulawesi Utara pada 7-11 November.

Peserta terdiri dari jurnalis, aktivis, dan minoritas penghayat kepercayaan, dari Manado, Kendari, Makasar, Maluku Utara hingga Papua. Di Tomohon kelas diampu oleh Janet Steele, guru besar di Universitas George Washington dan Andreas Harsono, pendiri Yayasan Pantau juga Peneliti Senior Human Rights Watch.

“Sebagai dua negara demokrasi terbesar dan paling dinamis di dunia, Amerika Serikat memiliki komitmen yang sama dengan Indonesia untuk melindungi kelompok-kelompok rentannya,” ujar Michael Quinlan, Juru Bicara dan Atase Pers Kedutaan Besar Amerika Serikat di Jakarta.

Quinlan mengatakan Amerika Serikat mendukung upaya Indonesia untuk menegakkan dan menggalakkan perlindungan bagi minoritas.

“Media memainkan peran penting dalam menyuarakan suara dan pandangan yang termarjinalisasi – dan pelaporan dengan jurnalisme yang baik dapat membentuk opini dan mempengaruhi perilaku dan pengambilan keputusan. Untuk mencapai tujuan ini, kami bangga dapat bermitra dengan Yayasan Pantau, yang sangat memahami kebutuhan di lapangan. Kami juga senang bekerja sama dengan Universitas George Washington, untuk berbagi tentang praktik terbaik jurnalisme dari perspektif AS. Kami menantikan untuk membaca kisah-kisah menarik yang dihasilkan pelatihan ini, dan berharap kisah-kisah ini dan para peserta akan menginspirasi yang lain untuk melakukan yang sama,” ujarnya.

Pendiri dan penasihat Yayasan Pantau, Andreas Harsono mengatakan Tomohon adalah tempat khusus dalam sejarah Minahasa, maupun Indonesia, baik karena ia adalah tempat pergolakan kalangan Kristen, maupun gereja berbagai suku di Indonesia, sekaligus kesulitan dalam mengelola perbedaan dalam Gereja Masehi Injili di Minahasa.

“Tomohon menunjukkan bahwa liputan agama dan kepercayaan, dari Kristen sampai Islam, dari Parmalim sampai Kejawen, adalah kerja sangat penting yang harus dimengerti mereka yang belajar jurnalisme,” kata Andreas.

Di Tomohon, Yayasan Pantau bekerja sama dengan Pusat Kajian Kebudayaan Indonesia Timur (PUKKAT). Denni Pinontoan, Direktur PUKKAT menilai kelas narasi ini sangat baik sekali untuk peningkatan pengetahuan dan keterampilan menulis yang lebih dalam dan memikat.

Di era banjir informasi ini, kata Denni, butuh kemampuan yang lebih untuk memberitakan fakta secara menarik.

“PUKKAT sangat beruntung karena boleh dilibatkan untuk program NJT bersama Embassy of the United States (Jakarta-Indonesia) – Institute for Public Diplomacy & Global Communication – The George Washington University dan Yayasan Pantau,” kata Denni.

Neno Karlina Paputungan, jurnalis zonautara.com beranggapan kursus ini sangat membantu para peserta terutama jurnalis untuk menyajikan liputan-liputan yang selama ini penuh data dan susah dipahami, menjadi lebih mudah.

“Selain itu, laporan yang dikemas secara naratif, mudah menarik pembaca untuk berempati, membuat penulis bisa memberi emosi dalam tulisan sehingga pembaca tetap tertarik membaca hingga akhir, terutama untuk tulisan mendalam,” kata Neno.

Neno berharap Yayasan Pantau bisa terus membuka kursus seperti ini di semua daerah di Indonesia, agar lebih banyak lagi orang yang bisa menulis naratif, dan menghasilkan karya yang tidak hanya berkualitas, tetapi juga menarik.

Iswan Sual, Ketua organisasi penghayat kepercayaan terhadap Tuhan yang Maha Esa, Lalang Rondor Malesung (Laroma) yang menjadi salah satu peserta kelas, berharap kelas narasi bisa mendidik masyarakat lebih baik soal penghayat kepercayaan termasuk Laroma.

“Artinya, cara penyampaiannya berorientasi pada kebenaran tapi menyejukkan,” kata Iswan.

Secara personal, bagi Iswan, kelas narasi ini memberikan pengalaman dan pengetahuan baru.

“Saya punya pengalaman menulis tapi ada banyak hal yang baru yang memberi sumbangan pada kemampuan menulis saya. Saya berharap nanti akan saya terapkan dalam media kami, yang akan jadi penyambung lidah komunitas penganut agama lokal,” ujarnya.

Selain Iswan, kelas ini juga diikuti Disha Natalia Sayori, seorang tenaga kesehatan dari Medis Frontline Papua.

“Pelatihan ini membantu aktivitas kerja saya selanjutnya sebagai seorang tenaga kesehatan di pelosok Papua untuk siap menyuarakan apa yang sedang terjadi di daerah. Saya harap saya bisa mewakilkan suara-suara yang selama ini tak bisa disuarakan. Janet dan Andreas berhasil membuat peserta pelatihan menulis kelas Manado (Tomohon) menjadi lebih excellent,” ujar Disha.

Yayasan Pantau telah memulai kelas-kelas Jurnalisme Narasi maupun Jurnalisme Sastrawi, sejak 2001. Materi dalam kelas ini mengikuti gerakan Tom Wolfe yang menggabungkan disiplin jurnalisme, riset dan daya pikat sastra.

Tags: TomohonmenulisJurnalisYayasan PantauNJT
ShareTweetSend

Related Posts

Suasana saat Bupati Bolsel, Iskandar Kamaru, mengunjungi stand-stand di lokasi acara Festival Maleo, (Foto: Syaiful Tontoli).
Zona Sulut

Dirangkai dengan Desa Expo, Festival Maleo Bolsel berlangsung meriah

23 November 2022

...

Atlet Karate, Ratu Montol (Foto: Laras Dondo).
ZONA DAERAH

Wakili Bolmong di Porprov Sulut 2022, Ratu Montol bercita-cita masuk Tim Indonesia

18 November 2022

...

Discussion about this post

Facebook Twitter Instagram Youtube

Redaksi

Kelurahan Mongkonai, Kecamatan Mongkonai Barat, Kotamobagu.
Email: [email protected]
[email protected]

  • Tentang Kami
  • REDAKSI
  • Pedoman Media Siber
  • Kode Etik Jurnalistik
  • Kebijakan Data Pribadi

© 2023 JNews - Premium WordPress news & magazine theme by Jegtheme.

No Result
View All Result
  • HOME
  • PERISTIWA
    • Press Review
    • Kabar Sulut
    • Bencana dan Musibah
    • Ekonomi dan Bisnis
    • Hukum dan Regulasi
    • Lingkungan dan Konservasi
    • Pendidikan
    • Politik dan Pemerintahan
    • Sosial Kemasyarakatan
  • LAPORAN KHAS
    • Insight
    • Indepth
    • Sorotan
    • Tematik
    • Persona
    • ZONA DATA
      • Angka
      • Visualisasi Data
    • TUTUR VISUAL
      • Foto
      • Video
      • Infografis
    • POJOK RONNY
      • Perjalanan
  • CARI TAHU
    • ZONAPEDIA
    • Bagaimana caranya?
    • Daftar
    • Sejarah
    • Hari Ini Dalam Sejarah
  • REHAT
  • Our Network

© 2023 JNews - Premium WordPress news & magazine theme by Jegtheme.