Pameran seni di St. Petersburg yang menampilkan lebih dari 150 replika karya seni Banksy telah menjadi salah satu pameran yang paling banyak dikunjungi di kota tersebut, meskipun sang seniman menentang invasi Rusia ke Ukraina. Koleksi tersebut sebelumnya telah dipajang di Moskow sebelum dipindahkan ke St. Petersburg.
Setelah dipamerkan di Moskow, 150 replika karya seni Banksy kini dipamerkan di St. Petersburg. Menurut panitia, pameran itu menjadi salah satu yang paling banyak dikunjungi di kota itu selama libur Tahun Baru.
Berjudul “To Find Banksy,” pameran disiapkan sebelum invasi Rusia. Mila Kyuri dari panitia pameran mengatakan, dengan tetap digelarnya pameran, panitia ingin menekankan bahwa fokus mereka bukanlah politik.
“Sorotannya adalah patung-patung berukuran penuh dan seluruh ruang yang diubah menjadi ruang pamer. Kami tidak hanya memajang replika lukisan, tetapi menghadirkan sepenuhnya suasana yang ingin disampaikan Banksy. Kami mencoba semaksimal mungkin ‘membenamkan’ orang ke dalam atmosfer Banksy,” kata Kyuri.
Kyuri menambahkan bahwa banyak orang mengerjakan replika-replika itu, tetapi memutuskan untuk tetap anonim sesuai ‘konsep Banksy’.
Banksy telah mendapatkan pengakuan internasional atas gayanya yang khas dalam seni satir jalanan dan grafiti sablon. Dia secara terbuka aktif dalam mendukung Ukraina. Ia mengunggah apa yang tampaknya adalah salah satu karya seninya, di reruntuhan bangunan di dekat Kyiv.
Dalam pameran ini, tidak ada replika dari kreasi terbaru tersebut. Kirill Kovalev, seorang pengunjung pameran, mengatakan, “Saya malah bertanya-tanya apakah karya terakhirnya yang menentang operasi militer khusus akan ada di sini. Menurut saya, akan benar untuk bertanya pada diri sendiri apakah kita membutuhkan semua ini sehingga kita memikirkannya. Banksy menyampaikan banyak hal kepada kita, terutama dalam karyanya yang baru. Menurut saya, karya terbarunya seharusnya ada di sini. Replika karya-karya itu bisa saja ditambahkan.”
Pengunjung lain, Maria Potapova mengatakan, “Sejujurnya, saya tidak mencampur pandangan politik dengan seni. Menurut saya, itu harus dibedakan. Jadi, adalah pilihannya untuk menentang operasi militer khusus di Ukraina.”
Pameran tersebut akan berlangsung hingga 13 Mei 2023. [ka/jm]
Jika anda merasa konten ini bermanfaat, anda dapat berkontribusi melalui DONASI. Klik banner di bawah ini untuk menyalurkan donasi, agar kami dapat terus memproduksi konten yang bermanfaat
Artikel ini terbit atas kerjasama afiliasi Zonautara.com dengan Voice of America (VOA) Indonesia