Seorang mantan wali kota Yekaterinburg, kota terbesar keempat Rusia, ditahan Kamis (16/3) atas tuduhan yang dapat menjebloskannya ke balik jeruji besi, sebagai bagian dari upaya pihak berwenang untuk membungkam perbedaan pendapat.
Yevgeny Roizman, kritikus vokal Kremlin, adalah salah satu tokoh oposisi yang paling menonjol dan karismatik di Rusia. Ia menikmati popularitas yang luas saat menjabat sebagai wali kota Yekaterinburg, kota berpenduduk 1,5 juta orang di Pegunungan Ural.
Tahun lalu, Roizman, 60, yang menjadi wali kota dari 2013 hingga 2018, menghadapi tuduhan mendiskreditkan militer Rusia dan dilarang menghadiri acara publik, menggunakan internet, telepon atau surat, dan berkomunikasi dengan siapa pun selain pengacara dan keluarga dekatnya.
Polisi menangkap Roizman pada hari Kamis dengan tuduhan memposting ulang materi mengenai organisasi terlarang yang dipimpin oleh pemimpin oposisi Rusia yang dipenjara, Alexei Navalny. Pengacara Roizman membantah tuduhan itu, dan mengatakan bahwa mantan wali kota itu bahkan tidak terdaftar di jejaring sosial itu dan pengiriman ulang dilakukan oleh anggota salah satu dari banyak kelompok pendukungnya.
Jika terbukti bersalah, Roizman bisa ditahan selama 15 hari atau, berpotensi, menghadapi tuntutan pidana baru terkait dengan dugaan pelanggaran ketentuan hukumannya tahun lalu.
Pengadilan berulang kali mendenda Roizman tahun lalu atas tuduhan mendiskreditkan militer, sehingga membuka jalan bagi pemrosesan kasus pidana atas pelanggaran berulang.
Beberapa hari setelah Presiden Rusia Vladimir Putin mengirim pasukan ke Ukraina tahun lalu, parlemen Rusia menyetujui undang-undang yang melarang penghinaan terhadap militer Rusia atau penyebaran “informasi palsu” tentang operasi militer negara itu di Ukraina.
Pengadilan-pengadilan di berbagai penjuru negara itu semakin sering menjatuhkan hukuman penjara kepada para pengkritik tindakan Moskow di Ukraina.
Roizman tetap menjadi salah satu dari sedikit tokoh oposisi yang terlihat di Rusia yang belum pernah dipenjara atau melarikan diri dari negara itu di bawah tekanan pihak berwenang.
Seorang politisi oposisi terkemuka, Ilya Yashin, dijatuhi hukuman 8½ tahun penjara atas tuduhan mendiskreditkan militer, sementara tokoh oposisi lainnya, Vladimir Kara-Murza, dipenjara atas tuduhan yang sama dan kini menghadapi persidangan. [ab/uh]
Jika anda merasa konten ini bermanfaat, anda dapat berkontribusi melalui DONASI. Klik banner di bawah ini untuk menyalurkan donasi, agar kami dapat terus memproduksi konten yang bermanfaat
Artikel ini terbit atas kerjasama afiliasi Zonautara.com dengan Voice of America (VOA) Indonesia