Hakim Mahkamah Agung Amerika Serikat, Clarence Thomas, selama lebih dari dua dekade diketahui menerima sejumlah hadiah perjalanan mewah hampir setiap tahun dari penyumbang dana besar bagi Partai Republik Harlan Crow, dan tidak melaporkan perjalanan tersebut di formulir pengungkapan finansial, demikian dilaporkan oleh ProPublica.
Dalam sebuah berita yang diterbitkan pada Kamis (6/4), organisasi jurnalisme invetigasi nirlaba itu menyusun daftar dari berbagai perjalanan yang dilakukan Thomas di atas kapal yacht milik Crow dan juga pesawat pribadinya dan menginap di resor privat milik Crow di Adirondacks. Sebuah perjalanan pada 2019 ke Indonesia dapat menelan biaya lebih dari $500,000 jika Thomas menyewa pesawat dan yacht khusus untuk dirinya, ungkap laporan tersebut.
Hakim Mahkamah Agung seperti hakim federal lainnya wajib menyerahkan sebuah laporan pembeberan finansial tahunan yang mengharuskan mereka untuk menyebutkan hadiah yang mereka terima. Tidak jelas mengapa Thomas tidak menyebutkan sejumlah trip tersebut.
Seorang juru bicara Mahkamah Agung telah menerima permintaan komentar dari The Associated Press mengenai hal tersebut namun tidak memberikan informasi apapun. ProPublica mengatakan Thomas tidak merespons daftar pertanyaan yang mereka ajukan.Â
Bulan lalu, pengadilan federal meningkatkan daftar hal-hal yang harus diungkapkan oleh semua hakim, termasuk hakim peradilan tinggi, walaupun daftar tersebut tidak mencantumkan liburan pribadi di tempat yang dimiliki oleh teman dalam hal yang harus diungkap dalam laporan finansial para hakim.
Pada tahun lalu, pertanyaan tentang etika Thomas mencuat ketika ia diketahui masih mengurusi kasus pemilu 2020 walaupun istrinya, aktivis konservatif Virginia Thomas, telah menghubungi anggota DPR dan Gedung Putih untuk mendesak mereka menolak hasil pemilu. Kasus terbaru ini tampaknya akan meningkatkan seruan bagi para hakim untuk mengimplementasikan kode etik yang dibuat dan mengungkap daftar perjalanan dan hadiah yang mereka terima.
Dalam sebuah pernyataan, Crow mengatakan kepada ProPublica ia dan istrinya telah berteman dengan Thomas dan istrinya sejak 1996, lima tahun setelah Thomas bergabung dengan pengadilan tinggi. Crow mengatakan “keramahan yang mereka lakukan terhadap keluarag Thomas sejauh ini tidak berbeda dengan keramahan yang kami tawarkan pada teman-teman baik kami yang lain” dan pasangan tersebut “tidak pernah meminta balasan atas keramahan yang mereka berikan.”
Crow mengatakan ia “tidak pernah meminta penundaan atau pembatalan kasus di pengadilan, dan Hakim Thomas tidak pernah berdiskusi soal kasus apapun, dan kami tidak pernah berniat untuk mempengaruhi Hakim Thomas pada urusan hukum dan politik apapun.”[jm/lt/rs]
Jika anda merasa konten ini bermanfaat, anda dapat berkontribusi melalui DONASI. Klik banner di bawah ini untuk menyalurkan donasi, agar kami dapat terus memproduksi konten yang bermanfaat
Artikel ini terbit atas kerjasama afiliasi Zonautara.com dengan Voice of America (VOA) Indonesia