Rusia baru-baru ini mendapatkan “momentum” dalam pertempuran untuk Bakhmut, kata Kementerian Pertahanan Inggris pada Jumat (7/4) dalam keterangan intelijen hariannya terkait invasi Rusia ke Ukraina.
Laporan itu menyatakan bahwa pasukan Rusia “kemungkinan besar telah maju” hingga ke pusat kota Bakhmut dan merebut tepi barat Sungai Bakhmutk. Selain itu, dilaporkan juga bahwa pasukan Wagner dan para komandan Kementerian Pertahanan Rusia “telah menghentikan sementara perseteruan mereka dan meningkatkan kerja sama.”
Presiden Prancis Emmanuel Macron telah mendorong Presiden China Xi Jinping untuk menggunakan hubungan Beijing dengan Moskow untuk membantu mengakhiri perang Rusia di Ukraina.
Macron mengatakan kepada Xi dalam pertemuan mereka di Beijing hari Kamis (6/4) bahwa agresi Rusia di Ukraina telah merusak stabilitas internasional.
“Saya tahu saya dapat mengandalkan Anda untuk mengajak Rusia kembali berunding dan membawa semua pihak kembali ke meja perundingan,” kata Macron.
Xi mengatakan kepada wartawan bahwa “bersama Prancis, kami memohon semua pihak untuk menahan diri dan bermusyawarah” dalam konflik selama 14 bulan terakhir itu. Ia menambahkan bahwa China sedang mengupayakan “perundingan damai dalam upaya penyelesaian politik, dan pembangunan arsitektur Eropa yang seimbang dan langgeng.”
Pemimpin China itu mengatakan, pemerintahannya “meminta perlindungan warga sipil. Senjata nuklir tidak boleh digunakan dan perang nuklir harus dihindari.”
Namun belum jelas apakah Xi akan menekan Presiden Rusia Vladimir Putin untuk bernegosiasi, seperti yang diminta Macron, atau apakah ia akan berdialog dengan Presiden Ukraina Volodymyr Zelenskyy, yang pada bulan lalu mengatakan bahwa China dapat menjadi “mitra” dalam upaya perdamaian.
China telah mengusulkan rencana perdamaian bagi Ukraina yang mencakup seruan untuk menegakkan kedaulatan dan integritas wilayah semua negara, tetapi tidak meminta Rusia untuk menarik pasukannya dari Ukraina.
Para pejabat Ukraina mengatakan mereka hanya akan terlibat dalam perundingan damai apabila Rusia menarik seluruh pasukannya, sementara Rusia bersikeras agar Ukraina mengakui wilayah yang diklaim Moskow telah dicaploknya. Belum ada perundingan damai yang diketahui telah dilakukan sejak April tahun lalu.
Zelenskyy di Polandia
Zelenskyy mengunjungi negara tetangganya, Polandia, Rabu (5/4), untuk menyampaikan informasi terbaru tentang perang di negaranya dan bertemu dengan para pengungsi Ukraina yang melarikan diri setelah Rusia melancarkan invasi skala penuh ke Ukraina.
Zelenskyy mengatakan bahwa situasi bagi pasukan Ukraina di kota Bakhmut, di sisi timur Ukraina, masih sulit dan bahwa “keputusan yang sesuai” harus diambil apabila pasukan Ukraina berisiko dikepung oleh pasukan Rusia.
Zelenskyy membahas keadaan perang dengan Presiden Polandia Andrzej Duda dan Perdana Menteri Mateusz Morawiecki, serta mengenai dukungan dan kerja sama internasional bagi Ukraina. Zelenskyy berterima kasih kepada Polandia atas apa yang dianggapnya sebagai bantuan bersejarah bagi pemerintah Kyiv.
Dua mengatakan, Rusia telah melakukan kejahatan perang yang harus dihukum di Ukraina.
“Hari ini kami mencoba mendapatkan jaminan tambahan, jaminan keamanan bagi Ukraina, yang dapat memperkuat potensi militer Ukraina, kata presiden Polandia itu.
Polandia telah menjadi sekutu utama Ukraina. Badan pengungsi PBB mengatakan terdapat 1,5 juta pengungsi Ukraina yang telah mendaftarkan diri untuk memperoleh status perlindungan sementara di Polandia.
Polandia juga berfungsi sebagai penghubung utama bagi mitra Ukraina lainnya untuk mengirimkan bantuan militer dan kemanusiaan. [rd/ab]
Beberapa materi dalam laporan ini berasal dari The Associated Press, AFP dan Reuters.
Jika anda merasa konten ini bermanfaat, anda dapat berkontribusi melalui DONASI. Klik banner di bawah ini untuk menyalurkan donasi, agar kami dapat terus memproduksi konten yang bermanfaat
Artikel ini terbit atas kerjasama afiliasi Zonautara.com dengan Voice of America (VOA) Indonesia