Presiden Prancis Emmanuel Macron memulai kunjungan kenegaraan dua hari ke Belanda, Selasa (11/4), dan akan menyampaikan pidato tentang visinya untuk masa depan Eropa.
Pidato pada Selasa sore di sebuah teater di Den Haag akan disampaikan setelah Macron sempat membuat banyak pihak terkejut, terutama AS, karena komentarnya tentang Taiwan setelah kunjungannya ke China.
Dalam sebuah wawancara yang diterbitkan Minggu di surat kabar Prancis Les Echos dan Politico Europe, presiden Prancis itu berargumen bahwa Eropa tidak boleh terjebak dalam konfrontasi AS dengan China atas Taiwan.
Ia menambahkan bahwa “hal terburuk” yang dilakukan Eropa adalah “mengambil petunjuk dari agenda AS” yang ditujukan untuk membela Taiwan.
Pernyataan Macron itu menimbulkan pertanyaan tentang apakah pandangannya sejalan dengan posisi Uni Eropa dan apakah blok 27 negara itu mampu menjadi “adikuasa ketiga” yang menurut Macron ingin dibangunnya dalam “beberapa tahun”.
Wawancara itu dilakukan pada hari Jumat, sebelum China memulai latihan tempur skala besar di sekitar Taiwan yang mensimulasikan pengepungan pulau itu sebagai tanggapan atas perjalanan presiden Taiwan ke AS minggu lalu.
Macron dan Presiden Komisi Eropa Ursula von der Leyen mengunjungi Beijing pekan lalu untuk melakukan pembicaraan dan mendesak pemimpin China Xi Jinping untuk “menyadarkan Rusia” atas perangnya di Ukraina.
Ia menekankan konsep “otonomi strategis” untuk Eropa yang telah digembar-gemborkannya selama bertahun-tahun. Ia memperingatkan tentang apa yang ia sebut “jebakan” yang akan menyebabkan blok tersebut “terkurung dalam krisis yang bukan milik kita”.
China dan Taiwan terpisah pada 1949 setelah perang saudara, dan pemerintah di Beijing mengatakan pulau itu wajib bergabung kembali dengan daratan, jika perlu dengan paksa.
Perjalanan Macron ke Amsterdam dan Den Haag adalah kunjungan kenegaraan pertama oleh seorang pemimpin Prancis sejak Jacques Chirac 23 tahun lalu dan menegaskan hubungan erat antara Belanda dan Prancis serta kedua pemimpin tersebut.
Setelah tiba di Amsterdam, Macron dijadwalkan meletakkan karangan bunga di monumen nasional dekat istana kerajaan di jantung kota yang bersejarah itu. Ia kemudian melakukan perjalanan ke Den Haag untuk bertemu dengan para pemimpin dari kedua majelis parlemen Belanda sebelum menyampaikan pidatonya.
Sore harinya, Macron dan istrinya Brigitte menghadiri jamuan makan di Amsterdam yang diselenggarakan oleh Raja Willem-Alexander. [ab/uh]
Jika anda merasa konten ini bermanfaat, anda dapat berkontribusi melalui DONASI. Klik banner di bawah ini untuk menyalurkan donasi, agar kami dapat terus memproduksi konten yang bermanfaat
Artikel ini terbit atas kerjasama afiliasi Zonautara.com dengan Voice of America (VOA) Indonesia