Peristiwa peringatan Memorial Day atau Hari Pahlawan di Israel biasanya berlangsung khidmat. Namun, upacara peringatan pada hari Senin (13/5) diliputi oleh kesedihan dan kemarahan publik atas apa yang mereka anggap sebagai kegagalan pemerintah pasa tanggal 7 Oktober, 2023 ketika Hamas dari Gaza menerobos masuk ke Israel selatan dan membunuh sekitar 1.200 warga Israel, aksi yang memicu perang.
Dalam pidatonya pada upacara peringatan itu, Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu mengatakan: “Kami tidak akan pernah melupakan pembantaian keluarga, pembantaian bayi, anak-anak, orang dewasa, orang tua, perempuan dan laki-laki. Kami tidak akan melupakan penganiayaan yang mengerikan, pemerkosaan, penculikan, mutilasi tubuh, perusakan dan pembakaran, kejahatan terhadap rakyat kami, kejahatan terhadap kemanusiaan.”
“Kami tidak akan lupa dan kami juga tidak akan membiarkan siapa pun di dunia ini melupakan hal ini. Kami tidak melupakan, bahkan untuk sesaat, para korban penculikan. Kami terus berupaya untuk membebaskan semua sandera, baik yang hidup maupun yang sudah tewas, untuk memulangkan semua sandera. Kami telah memulangkan sekitar setengahnya, dan kami akan memulangkan semuanya,” imbuhnya.
Tidak lama setelah menyelesaikan pidatonya di pemakaman Mount Herzl, seorang pria di antara kerumunan terdengar meneriakkan kata “sampah” dalam bahasa Ibrani ke arah pemimpin Israel itu.
Selama berminggu-minggu, ribuan warga Israel melakukan unjuk rasa setiap minggu di kota pesisir Tel Aviv. Mereka menyerukan agar perdana menteri itu mundur.
Banyak yang percaya bahwa Netanyahu harus berbuat lebih banyak untuk menjamin pembebasan puluhan orang yang masih disandera oleh Hamas sejak 7 Oktober.
Nir Galon adalah salah seorang di antara hadirin yang berpendapat demikian. Dia menegaskan: “Dia (Netanyahu) pergi ke Qatar dan meminta Qatar membayar jutaan dolar kepada Hamas setiap bulan selama bertahun-tahun, agar Hamas tetap berkuasa. Jadi dialah orang pertama yang harus disalahkan dan dia menolak bertanggung jawab atas hal itu. Di tidak meminta maaf kepada keluarga yang kehilangan orang yang mereka cintai. Dia tidak meminta maaf untuk orang-orang yang diculik dan hingga sekarang belum pulang. Dan dia mencoba untuk menormalkan peristiwa mengerikan ini.”
Netanyahu telah menolak permintaan Hamas untuk mengakhiri perang, dengan alasan bahwa langkah itu akan memungkinkan kelompok tersebut untuk tetap menguasai Gaza dan pada akhirnya melancarkan serangan lagi seperti yang terjadi pada 7 Oktober tahun lalu. [lt/jm]
Jika anda merasa konten ini bermanfaat, anda dapat berkontribusi melalui DONASI. Klik banner di bawah ini untuk menyalurkan donasi, agar kami dapat terus memproduksi konten yang bermanfaat
Artikel ini terbit atas kerjasama afiliasi Zonautara.com dengan Voice of America (VOA) Indonesia