ZONAUTARA.com – Indonesia Data Journalism Netwrook (IDJN) menggelar Data Journalism Forest Hackathon (DJH) 2024, sebuah wadah kolaborasi antara jurnalis, desainer grafis/programer serta organisasi masyarakat sipil yang bergerak di isu lingkungan.
Dalam event tersebut, Tim Zonautara.com terpilih sebagai salah satu kolaborator yang akan menggarap liputan berbasis data bertema lingkungan khususnya tentang kebakaran hutan dan lahan.
“Kami meyakini kolaborasi yang kuat akan menghasilkan narasi efektif untuk menyadarkan masyarakat dan pemangku kepentingan agar terjadi perubahan yang lebih baik.” ujar Wan Ulfa Nur Zuhra, Executive Director IDJN.
IDJN mengkolaborasikan masing-masing tim jurnalis dengan organisasi masyarakat sipil yang selama ini melakukan advokasi isu hutan dan masyarakat adat.
Masing-masing lembaga memaparkan persoalan utama dari lima subtopik yang telah ditetapkan dan berbagi data-data yang dapat diolah menjadi sebuah produk jurnalistik. Organisasi masyarakat sipil yang dipasangkan dengan tim jurnalis kemudian menajamkan ide-ide liputan berbasis data yang telah dirumuskan dalam proposal liputan.
Sukses melewati tahapan seleksi ketat dari 45 proposal yang diseleksi IDJN, Tim Zonautara.com terpilih menjadi satu dari 10 peserta DJH 2024. Demi memperdalam pengetahuan sebelum proyek liputan, Tim Zonautara.com yang terdiri dari Ronny Buol dan David Sumilat mengikuti program Bootcamp DJH 2024 yang digelar di Jakarta pada akhir Mei dan awal Juni 2024.
Tim Zonautara.com mengambil subtopik mitigasi kebakaran hutan dan lahan (karhutla), dengan judul porposal, “Membangun model prediktif berbasis data untuk memperkirakan kemungkinan terjadinya karhutla di wilayah Bolaang Mongondow, untuk memperkuat upaya mitigasi berbasis komunitas lokal”.
“Topik liputan mengenai mitigasi karhutla sangat jarang dibuat oleh media di Sulawesi Utara, apalagi liputan jurnalisme data. Sehingga fellowship ini akan menjadi kesempatan bagi kami untuk mengingatkan stakeholder dan publik mengenai pentingnya mitigasi bencana karhutla di masa mendatang,” ujar Ronny Buol dari Zonautara.com.
Selain Zonautara.com, tim lainnya yang menerima fellowship pada DJH 2024 ini adalah, tim dari Tempo, Harian Kompas, Detik.com, Narasi TV, Mongabay, Digdata.id, Deduktif.id, dan beberapa tim freelance lainnya. Liputan jurnalisme data ini diharapkan sudah terpublikasi pada awal Agustus 2024.
Perlindungan Hutan
Program Data Journalism Hackhaton sudah menjadi agenda rutin tiap tahunnya yang digelar oleh Indonesian Data Journalism Network sejak tahun 2020. Dan pada 2024 ini, DJH mengusung tema “Kebijakan Perlindungan Hutan”.
Dengan estimasi emisi karbon dioksida sebanyak 729 juta ton pada 2022, Global Carbon Project menempatkan Indonesia sebagai negara penyumbang gas rumah kaca terbesar keenam di dunia.
Namun, bukan hanya bahan bakar fosil sumber masalah utamanya. Sebanyak 55% emisi karbon di negara ini justru bersumber dari sektor pertanian dan kehutanan, antara lain akibat pembukaan lahan dan pembakaran jutaan hektare hutan dan lahan gambut demi pengembangan pertanian monokultur.
Selain emisi karbon, deforestasi juga berdampak pada lebih dari 30 ribu desa yang
menggantungkan hidup pada hutan. Tak adanya kejelasan mengenai hak atas tanah dan kehadiran korporasi membuat jutaan masyarakat adat semakin tergeser dari sumber penghidupan mereka.
Indonesia memerlukan pendekatan baru dalam mengelola tutupan hutan di negara ini yang mencapai 51.2%. Tata kelola yang kuat, supremasi hukum, hak atas tanah, dan perlindungan hak asasi manusia yang tepat harus diprioritaskan untuk memastikan pengelolaan hutan yang berkelanjutan, dan pada gilirannya mengurangi sumbangan emisi karbon Indonesia pada dunia.
Isu kebijakan perlindungan hutan inilah yang akan menjadi perhatian utama dalam Data Journalism Forest Hackathon 2024, dengan pembagian fokus tentang mitigasi karhutla; konservasi lahan gambut; deforestasi akibat kebijakan transisi energi; percepatan target hutan adat dan pengelolaan hutan adat oleh masyarakat adat.
Jurnalisme data jadi metode yang dapat diandalkan untuk mengangkat polemik lingkungan dan keberlanjutan yang saat ini masih kurang mendapat perhatian di Indonesia.
“Ketersediaan banyak data memang dapat membuka mata publik dan pembuat kebijakan tentang isu-isu tersebut. Namun, perlu pemahaman dan keterampilan memadai untuk mengubah data itu menjadi sebuah cerita,” jelas Wan Ulfa.
Kombinasi keterampilan jurnalisme data dan pengetahuan tentang masalah keberlanjutan hutan dapat membantu jurnalis menghasilkan berita yang lebih akurat, mendalam, dan lebih berdampak.
“Data Journalism Forest Hackathon dan Bootcamp ini diharapkan dapat menjadi bekal bagi para jurnalis untuk menghasilkan produk jurnalistik yang mampu meningkatkan kesadaran publik dan mendorong pembuatan kebijakan yang mendukung kelestarian hutan,” kata Wan Ulfa.