KOTAMOBAGU, ZONAUTARA.com – Pelatih Pasukan Pengibar Bendera Pusaka (Paskibraka) di Kota Kotamobagu, Kurniawan Mokodompit, memberlakukan larangan keras terhadap pengambilan foto proses latihan calon Paskibraka tanpa izin di ruang publik.
Kebijakan ini berlaku bagi siapa saja, termasuk wartawan yang ingin meliput persiapan Paskibraka untuk peringatan Hari Kemerdekaan Republik Indonesia pada 17 Agustus 2024.
Insiden ini terjadi ketika dua wartawan media online, yakni Sajidin Kandoli dari ZONAUTARA.com dan Alfrieda Tinneke Serang dari Detotabuan.com tiba di Lapangan Alun-Alun Boki Hontinimbang, lokasi latihan Paskibraka Kotamobagu, Selasa, 16 Juli 2024 sekitar pukul 14.11 Wita.
Dikarenakan lokasi latihan yang berada di ruang publik, kedua wartawan langsung menggambil beberapa foto dokumentasi yang berakhir dengan adu mulut.
Adu mulut dengan Pelatih
Adu mulut tidak dapat dihindari setelah pelatih Paskibraka, Kurniawan Mokodompit, menghampiri dan menanyakan identitas keduanya serta memprotes tindakan keduanya yang mengambil dokumentasi latihan tanpa meminta izin terlebih dahulu.
“Bapak dan ibu dari mana? Sebelum mengambil foto harusnya minta izin lebih dulu, tahu sopan santun kan? Saya ada di sana (sambil menunjuk tempat duduknya semula) harusnya izin dulu,” ucap Kurniawan Mokodompit dengan raut wajah tidak senang.
Kendati, pengambilan dokumentasi dilakukan tetap menjaga jarak, dengan harapan tidak mengganggu fokus calon anggota Paskibraka dan jalannya latihan.
Selain itu, kedua wartawan pun sudah berkali-kali menjelaskan maksud dan tujuan kedatangan mereka, namun Kurniawan Mokodompit tetap bersikeras bahwa pengambilan foto harus seizinnya.
“Saya Pelatih Paskibraka, nama saya Kurniawan Mokodompit, Ketua PPI Kotamobagu, seharusnya kalian minta izin dulu, kan tahu sopan santun,” ucapnya.
Sikap pelatih dipertanyakan
Sikap Kurniawan Mokodompit yang berusaha membatasi kerja jurnalistik di ruang publik ini mendapat perhatian dari Ketua Persatuan Wartawan Indonesia (PWI) Kotamobagu, Junaidi Amra.
Junaidi menyayangkan tindakan Kurniawan yang dianggap berlebihan dan bertentangan dengan Undang-Undang Pers Nomor 40 tahun 1999 Pasal 18 Ayat 1, tentang Perlindungan dan Kebebasan Pers.
“Apa yang dilakukan oleh pelatih Paskibraka kali ini dengan mencoba menghalang-halangi pengambilan gambar saat latihan Paskibraka, justru telah mencederai peran dan tugas pewarta,” terangnya.
Junaidi meminta Pemerintah Kota Kotamobagu, khususnya Kesbangpol, untuk mengevaluasi sikap pelatih Paskibraka tersebut.
“Kami justru curiga, ketika pelatih Paskibraka mencoba menghalang-halangi pengambilan gambar saat pelatihan, jangan sampai ada yang ingin disembunyikan dalam proses pelatihan itu, sampai-sampai wartawan ditegur keras saat akan melakukan pengambilan gambar,” tukasnya.
Terpisah, wartawan Detotabuan.com, Alfrieda Tinneke Serang, mengaku terkejut dengan sikap Kurniawan, yang mempertanyakan etika dan sopan santun di ruang publik.
“Itu ruang publik yang artinya bisa diakses siapa saja. Kami tidak wajib meminta izin untuk berada di sana. Kecuali jika bukan ruang publik, kami juga ada etika dan tahu bagaimana harus berhadapan dengan narasumber. Jadi jangan pertanyakan etika dan sopan santun kami,” katanya.
Tak hanya itu, ia menekankan jika wartawan menjadi salah satu pilar demokrasi yang berfungsi untuk mencerdaskan dan menjadi penyambung lidah. Sehingga, sudah sewajarnya jika sebagai wartawan pihaknya meliput proses perkembangan latihan Paskibraka yang sejatinya menggunakan anggaran daerah.
Sementara itu, saat dihubungi ZONAUTARA.com, Rabu, 17 Juli 2024, Kurniawan Mokodompit berkilah. Menurutnya, ia tidak melarang dan bermaksud membatasi kerja-kerja jurnalistik.
“Tidak seperti yang saya baca diberita yang tayang itu. Apalagi di sana ada banyak saksi termasuk ada para purna juga,” ucap Kurniawan.
Lebih lanjut Kurniawan mengatakan, ia bersedia bertemu dengan pihak-pihak, termasuk Ketua PWI untuk meluruskan apa yang terjadi. Ia mengaku jika alasan dari responnya terhadap kedua wartawan media online tersebut terdorong dari kekhawatirannya pada ulah netizen.
“Dulu, ada orangtua yang datang dan langsung main ambil foto, karena potensi rolling anggota paski bisa saja terjadi, dan posisi belum ditentukan, jadi saya hati-hati, sebab dulu itu langsung diposting di media sosial (facebook) dan langsung dikomentari macam-macam, dipertanyakan posisi saat latihan dan ketika sudah bertugas pada hari H,” ujar Kurniawan.