Pemerintah Inggris mengecewakan warganya dengan membiarkan negaranya tidak siap menghadapi pandemi COVID-19.
Demikian kesimpulan sebuah penyelidikan terbuka dalam sebuah laporan kritis yang disampaikan pada hari Kamis (18/7).
Mantan Hakim Heather Hallett mengetuai penyelidikan tersebut.
“Saya tidak ragu untuk menyimpulkan bahwa proses, perencanaan dan kebijakan struktur darurat sipil di seluruh Inggris telah mengecewakan seluruh warganya.”
Mantan Perdana Menteri Inggris Boris Johnson memerintahkan dilakukannya penyelidikan pada Mei 2021.
Poin pertama dalam laporan tersebut sangat memberatkan, di mana isinya menyatakan bahwa jika saja persiapannya lebih baik, maka kerugian finansial maupun jiwa selama pandemi mungkin lebih sedikit.
Jumlah kematian akibat COVID-19 di Inggris mencapai lebih dari 230.000 jiwa, dengan tingkat kematian yang sama dengan AS dan Italia, tapi lebih tinggi daripada daerah lainnya di Eropa Barat.
Hallett mengatakan, “Pada 2019, ada keyakinan yang meluas di Inggris dan di luar negeri bahwa Inggris bukan saja cukup siap, tapi juga salah satu negara yang paling siap di dunia untuk menanggapi pandemi. Keyakinan ini sangat keliru.”
Sementara itu, keuangan negara itu masih terpuruk hingga kini.
Laporan yang disusun Hallett dan timnya menunjukkan “minimnya kepemimpinan yang memadai” di mana “pemikiran kelompok” justru mengaburkan saran para ahli.
Strategi yang salah dan ketinggalan zaman dari tahun 2011 mendasari persiapan Inggris menghadapi keadaan darurat tersebut, akan tetapi strategi itu hanya bertujuan untuk mempersiapkan satu jenis pandemi, yaitu influenza.
Inggris juga gagal mempertimbangkan dampak ekonomi dan sosialnya, menurut laporan tersebut.
Strategi itu pada hakikatnya ditinggalkan saat kasus pertama COVID terdeteksi.
Hallet lantas menyusun 10 rekomendasi, yang menyebut bahwa persiapan keadaan darurat sipil harus diperlakukan sama seperti adanya ancaman dari negara musuh.
“Jika kita tidak belajar dan melakukan perubahan mendasar, kerugian dan pengorbanan manusia dan finansial akibat pandemi COVID-19 akan sia-sia.”
Kelompok Keluarga COVID-19 yang Berduka untuk Keadilan Inggris menyambut baik rekomendasi Hallet, meski mengatakan bahwa mantan hakim itu tidak cukup dalam mengulas masalah kesenjangan kesehatan yang membuat Inggris menjadi lebih rentan. [rd/uh]
Jika anda merasa konten ini bermanfaat, anda dapat berkontribusi melalui DONASI. Klik banner di bawah ini untuk menyalurkan donasi, agar kami dapat terus memproduksi konten yang bermanfaat
Artikel ini terbit atas kerjasama afiliasi Zonautara.com dengan Voice of America (VOA) Indonesia