Tentara Bangladesh berpatroli di jalan-jalan Dhaka yang sepi pada Sabtu (20/7) selama jam malam, berusaha meredakan demonstrasi mahasiswa terkait kuota pekerjaan pemerintah. Protes tersebut berujung pada tewasnya lebih dari 100 orang dalam minggu ini.
Penangguhan layanan internet dan pesan teks masih berlaku sejak Kamis, mengakibatkan Bangladesh terputus dari dunia luar saat polisi menindak protes yang terus berlanjut meskipun ada larangan pertemuan publik.
Bentrokan yang disertai kekerasan telah menewaskan sedikitnya 105 orang dan melukai ribuan lainnya minggu ini, menurut data dari rumah sakit di seluruh Bangladesh. Pada hari Jumat, Rumah Sakit Perguruan Tinggi Kedokteran Dhaka menerima 27 jenazah antara pukul 17.00 hingga 19.00.
Kerusuhan nasional bermula dari kemarahan mahasiswa terkait kuota baru pekerjaan pemerintah, yang mencakup 30% untuk keluarga yang berjasa dalam perjuangan kemerdekaan dari Pakistan.
Tindakan tersebut telah memicu perpecahan politik yang lama dan sensitif antara pihak-pihak yang memperjuangkan kemerdekaan Bangladesh dari Pakistan pada 1971 dan mereka yang dituduh bekerja sama dengan Islamabad.
Selama lima hari terakhir, polisi menggunakan gas air mata dan granat suara untuk membubarkan pengunjuk rasa dalam kerusuhan nasional, sementara para pengunjuk rasa bentrok dengan petugas keamanan, melemparkan batu bata, dan membakar kendaraan.
Ketika jumlah korban tewas meningkat dan polisi gagal mengendalikan protes kekerasan, pemerintahan Perdana Menteri Sheikh Hasina memberlakukan jam malam nasional dan mengerahkan militer pada Jumat (19/7).
Jam malam akan dilonggarkan selama dua jam mulai pukul 00.00 pada Sabtu (20/7), memungkinkan warga untuk berbelanja dan menyelesaikan tugas-tugas lainnya, lapor saluran TV.
Jam malam akan berlangsung hingga pukul 10.00 pada Minggu (21/7). Pada saat itu pemerintah akan mengevaluasi situasi dan memutuskan tindakan selanjutnya, tambah laporan tersebut.
Demonstrasi tersebut juga dipicu oleh tingginya tingkat pengangguran di kalangan generasi muda, yang mencakup seperlima dari total populasi 170 juta jiwa. Protes ini juga menjadi demonstrasy terbesar sejak Hasina terpilih kembali menjadi perdana menteri masa jabatan keempat berturut-turut pada tahun ini. [ah/ft]
Jika anda merasa konten ini bermanfaat, anda dapat berkontribusi melalui DONASI. Klik banner di bawah ini untuk menyalurkan donasi, agar kami dapat terus memproduksi konten yang bermanfaat
Artikel ini terbit atas kerjasama afiliasi Zonautara.com dengan Voice of America (VOA) Indonesia