Brazil telah mencatat kematian pertama di dunia yang disebabkan oleh virus Oropouche, ungkap kementerian kesehatan negara tersebut pada Kamis (25/7), setelah dua perempuan meninggal dunia akibat penyakit yang ditimbulkan oleh lalat dan nyamuk yang terinfeksi itu.
Kedua perempuan tersebut berasal dari negara bagian Bahia di bagian timur laut Brazil. Keduanya “berusia di bawah 30 tahun, dan tidak memiliki penyakit bawaan, namun menderita gejala yang mirip dengan kasus demam berdarah yang parah,” tulis pihak kementerian dalam pernyataannya.
Situs Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit AS (CDC) menyebutkan saat ini perebakan virus Oropouche diketahui terjadi di sejumlah wilayah di Bolivia, Brazil, Kolombia, Kuba dan Peru.
Kementerian kesehatan Brazil mencatat terdapat 7.236 kasus infeksi virus Oropouche yang tercatat pada 2024, di mana mayoritas terjadi di negara bagian Amazonas dan Rondonia.
Menurut CDC, gejala Oropouche biasanya dimulai empat sampai delapan hari setelah individu mengalami gigitan nyamuk yang terinfeksi.
Gejalanya biasanya bertahan selama tiga hingga enam hari, ujar pihak kementerian, dan gejalanya mirip dengan demam berdarah seperti demam, nyeri otot, sendi kaku, sakit kepala, muntah, mual, menggigil atau sensitivitas terhadap cahaya.
Kasus yang parah dapat berujung pada komplikasi berbahaya seperti meningitis.
Oropouche pertama kali terdeteksi di Brazil pada 1960, menurut pihak kementerian.
Kebanyakan kasus dilaporkan terjadi di wilayah Amazon di Brazil namun wabah dan sejumlah kasus laiinya dilaporkan pula terjadi di wilayah lain di Amerika Latin. [rs]
Jika anda merasa konten ini bermanfaat, anda dapat berkontribusi melalui DONASI. Klik banner di bawah ini untuk menyalurkan donasi, agar kami dapat terus memproduksi konten yang bermanfaat
Artikel ini terbit atas kerjasama afiliasi Zonautara.com dengan Voice of America (VOA) Indonesia