Mediator Mesir, Qatar dan Amerika Serikat (AS) akan bertemu dengan para perunding Israel di ibu kota Italia pada Minggu (28/7) dalam upaya terbaru untuk gencatan senjata di Gaza. Rencana pertemuan itu dilaporkan oleh media yang terkait dengan pemerintah Mesir.
“Pertemuan empat arah antara para pejabat Mesir dan rekan-rekan mereka dari Amerika dan Qatar, di hadapan kepala intelijen Israel, akan diadakan di Roma pada Minggu untuk mencapai kesepakatan mengenai gencatan senjata di Gaza,” Al-Qahera News, yang bertautan dengan intelijen Mesir, melaporkan Jumat (26/7), mengutip seorang “pejabat senior” yang tidak disebutkan namanya.
Mesir, bersama Qatar dan Amerika Serikat, telah terlibat dalam upaya mediasi selama berbulan-bulan yang bertujuan mengakhiri perang Israel-Hamas yang berkecamuk di Jalur Gaza selama lebih dari sembilan bulan.
Kesepakatan gencatan senjata yang diusulkan akan dikaitkan dengan pembebasan sandera yang ditahan oleh militan Gaza dengan imbalan tahanan Palestina yang ditahan di Israel.
Media pemberitaan AS, Axios, secara terpisah melaporkan bahwa Direktur Badan Intelijen Pusat AS (Central Intelligence Agency/CIA) Bill Burns diperkirakan akan mengadakan pembicaraan mengenai masalah ini di Roma pada Minggu dengan para pejabat Israel, Qatar dan Mesir.
Pejabat yang dikutip oleh Al-Qahera News mengatakan Mesir bersikeras untuk melakukan “gencatan senjata segera” sebagai bagian dari perjanjian tersebut, yang juga harus “menjamin masuknya bantuan kemanusiaan ke Gaza” dan “menjaga kebebasan bergerak” warga sipil di Gaza. wilayah Palestina.
Kairo juga ingin melihat “penarikan penuh [Israel] dari penyeberangan Rafah” yang menghubungkan Gaza ke Mesir, pejabat itu menambahkan.
Upaya mediasi baru-baru ini berfokus pada kerangka kerja yang disampaikan Presiden AS Joe Biden pada akhir Mei, dan menyebutnya sebagai proposal Israel.
Pada Kamis (25/7), Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu berpidato di depan Kongres AS, memohon dukungan AS yang berkelanjutan, sebelum bertemu dengan Biden dan Wakil Presiden Kamala Harris.
Harris, yang kemungkinan besar akan menjadi calon dari Partai Demokrat dalam pemilihan presiden AS akhir tahun ini, mengatakan setelah pertemuan tersebut bahwa dia tidak akan “diam” atas penderitaan di Gaza dan bahwa sudah waktunya untuk mengakhiri konflik yang “menghancurkan” tersebut.
Perang Gaza dimulai setelah serangan Hamas pada 7 Oktober di Israel selatan yang mengakibatkan kematian sekitar 1.200 orang. Dari sekitar 250 orang yang disandera hari itu, lebih dari 100 orang masih ditahan di Jalur Gaza, termasuk 39 orang yang menurut militer Israel sudah tewas.
Israel melancarkan kampanye pembalasan terhadap penguasa Gaza, Hamas, yang menewaskan lebih dari 39.000 orang di wilayah tersebut, menurut Kementerian Kesehatan Israel, yang tidak membedakan antara kematian warga sipil dan militan. [ft]
Jika anda merasa konten ini bermanfaat, anda dapat berkontribusi melalui DONASI. Klik banner di bawah ini untuk menyalurkan donasi, agar kami dapat terus memproduksi konten yang bermanfaat
Artikel ini terbit atas kerjasama afiliasi Zonautara.com dengan Voice of America (VOA) Indonesia