ZONAUTARA.com – Di balik ramainya aktivitas di Tempat Pelelangan Ikan (TPI) Tumumpa Dua, Kecamatan Tuminting, Kota Manado, tersimpan kisah perjuangan para nelayan yang harus bertarung nyawa di lautan demi membawa pulang hasil tangkapan.
Jun Guanau, Anak Buah Kapal (ABK) KM Sukkot, membagikan kisah pahit getir selama melaut. Ia mengungkapkan, tidak jarang mereka kembali ke pelabuhan tanpa membawa satu ekor ikan pun.
“Kalau tantangan di tengah laut, yang paling utama itu ombak. Kalau ombak sudah terlalu besar, tergantung keputusan kapten, apakah singgah dulu di pulau terdekat atau tetap lanjut berlayar,” kata Jun, Rabu (14/5/2025).
Menurutnya, durasi melaut bisa mencapai seminggu, tergantung dari ketersediaan logistik seperti beras, rempah-rempah, dan yang paling penting air minum. Bila persediaan habis tapi belum ada tangkapan, mereka tetap harus pulang.
“Kami pernah sampai di tempat pelelangan ini tanpa membawa ikan. Di sini sistemnya bagi hasil dengan bos kapal. Kalau mau berangkat, semua kebutuhan ditanggung bos dulu,” tambahnya.
Ia juga menjelaskan bahwa wilayah penangkapan ikan semakin jauh. Tidak hanya di sekitar Manado, mereka bahkan harus mencari ikan hingga ke Sangihe dan Halmahera. Ikan buruan utama biasanya malalugis dan cakalang.
Sementara itu, Ratna, salah satu penjual ikan di TPI Tumumpa Dua, mengatakan bahwa ketersediaan ikan sejauh ini masih relatif normal.
“Ketersediaan ikan masih seperti biasa. Malah kadang lebih banyak. Tapi ada juga masa-masa tidak ada ikan sama sekali selama beberapa hari karena cuaca buruk,” ungkap Ratna.
Ratna menyebutkan beberapa jenis ikan yang paling dicari pembeli, antara lain tuna, oci, dan cakalang.
“Ikan yang paling mahal itu tuna, harganya Rp35 ribu per kilogram,” jelasnya.