Memahami fenomena bahasa Gen A seperti Skibidi dan Rizz

Neno Karlina Paputungan
Editor: Redaktur
Ilustrasi, (Foto: Pixabay.com).

ZONAUTARA.com – Fenomena bahasa di kalangan Gen Alpha (Gen A) atau generasi yang lahir mulai tahun 2010 ke atas, menjadi perhatian baru dalam perkembangan budaya digital. Salah satu contohnya adalah penggunaan istilah-istilah seperti “Skibidi” atau “Skibifi” yang viral di berbagai platform media sosial.

Istilah “Skibidi” muncul dari tren video absurd dan humor visual di YouTube, TikTok, dan Instagram, seperti serial Skibidi Toilet yang menampilkan tokoh-tokoh aneh bernyanyi “Skibidi Dop Dop Yes Yes.”

Meski secara harfiah tidak bermakna, kata ini menjadi bentuk ekspresi spontan yang melambangkan kesenangan, kelucuan, atau bahkan sekadar pengisi obrolan santai di kalangan anak-anak dan remaja.

Selain “Skibidi,” ada pula istilah seperti “Rizz” yang berarti “karisma” atau “daya tarik,” sering dipakai untuk menggambarkan seseorang yang pandai memikat lawan jenis. Istilah ini lahir dari hasil kreatif budaya meme dan gaya bahasa informal khas Gen A.

Penggunaan kata-kata ini menunjukkan ciri khas generasi digital dengan kecenderungan bahasa yang cair, penuh kreativitas, dan sering tak terikat makna formal.



Mereka menciptakan kosakata baru dari video viral, permainan daring, atau bahkan suara unik yang menjadi tren di internet.

Sosiolog menyebut fenomena ini sebagai bagian dari bahasa permainan (play language), di mana kata dipakai bukan untuk arti literal, melainkan untuk membangun identitas kelompok, rasa kebersamaan, atau sekadar bercanda.

Bagi Gen A, bahasa seperti “Skibifi” menjadi sandi sosial, penanda keanggotaan dalam budaya digital global yang terus berkembang.

Namun, bagi generasi lebih tua, istilah-istilah ini bisa membingungkan atau bahkan dianggap “tidak jelas.” Padahal di balik kelucuan itu, tersembunyi proses kreatif, kritik sosial, bahkan bentuk pelepasan dari rutinitas dunia nyata.

Pemahaman atas bahasa Gen A ini penting, bukan untuk menertawakan atau menganggap remeh, tapi untuk memahami cara mereka membangun dunia sendiri, yang penuh warna, imajinasi, dan kebebasan berekspresi.

Suka berkelana ke tempat baru, terutama di alam bebas. Mencintai sastra fiksi dan tradisi. Berminat pada isu-isu ekofeminisme, gender, hak perempuan dan anak. Beberapa kali menerima fellowship liputan mendalam. Tercatat sebagai anggota AJI.
Leave a Comment

Leave a Reply

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.

WP2Social Auto Publish Powered By : XYZScripts.com