Mengapa akhir pekan tidak selamanya menjadi waktu rehat bagi perempuan?

Neno Karlina Paputungan
Penulis: Neno Karlina Paputungan Editor: redaktur
Ilustrasi, (Foto: Pixabay.com).

ZONAUTARA.com – Akhir pekan sering dipandang sebagai waktu untuk beristirahat dan menikmati momen santai setelah hari-hari kerja yang padat. Namun, kenyataannya, bagi banyak perempuan, akhir pekan bukan berarti berhenti dari berbagai tanggung jawab.

Sebaliknya, hari-hari yang seharusnya menjadi waktu untuk rehat justru dipenuhi dengan pekerjaan rumah tangga, pengasuhan anak, hingga kewajiban sosial.

Fenomena ini mencerminkan bagaimana beban domestik masih banyak dilimpahkan kepada perempuan, meskipun mereka juga aktif di dunia kerja.

Beban ganda perempuan

Bagi perempuan yang bekerja, akhir pekan sering kali menjadi waktu untuk menyelesaikan tugas-tugas domestik yang tidak sempat dilakukan selama hari kerja.

Mulai dari mencuci pakaian, membersihkan rumah, hingga menyiapkan makanan untuk keluarga, semua tugas ini sering dianggap sebagai tanggung jawab perempuan.

Bahkan dalam keluarga di mana pasangan berbagi tugas, penelitian menunjukkan bahwa perempuan tetap cenderung menghabiskan lebih banyak waktu untuk pekerjaan rumah dibandingkan laki-laki.

Pengasuhan anak yang tidak mengenal libur

Bagi ibu, akhir pekan adalah waktu untuk lebih banyak bersama anak-anak. Namun, ini tidak selalu berarti waktu istirahat. Mengasuh anak, membantu mereka belajar, atau menemani mereka beraktivitas sering kali menjadi tanggung jawab utama perempuan.

Meski kegiatan ini memberikan kebahagiaan, tetap saja membutuhkan energi fisik dan emosional yang besar.

Tuntutan sosial dan keluarga

Akhir pekan juga sering diisi dengan acara keluarga atau kegiatan sosial. Perempuan, terutama yang sudah menikah, sering kali diharapkan untuk menjadi “penggerak” dalam menjaga hubungan sosial dan keluarga, seperti menghadiri acara kumpul keluarga, memasak untuk tamu, atau membantu mengurus acara tertentu.

Semua ini, meskipun dilakukan dengan kasih sayang, tetap menyita waktu dan tenaga yang seharusnya bisa digunakan untuk beristirahat.

Kurangnya waktu untuk diri sendiri

Salah satu dampak dari beban akhir pekan ini adalah kurangnya waktu bagi perempuan untuk merawat diri sendiri.

Padahal, istirahat dan waktu untuk melakukan aktivitas yang disukai sangat penting untuk menjaga keseimbangan mental dan fisik.

Ketika akhir pekan dihabiskan untuk memenuhi kebutuhan orang lain, banyak perempuan merasa kehilangan momen untuk memulihkan diri dari kelelahan.

Perlu dukungan dan kesadaran bersama

Masalah ini mencerminkan pentingnya pembagian tugas yang lebih adil di dalam rumah tangga. Dukungan dari pasangan dan keluarga menjadi kunci agar perempuan juga dapat menikmati akhir pekan sebagai waktu rehat.

Selain itu, masyarakat perlu memahami bahwa pekerjaan domestik dan pengasuhan anak bukanlah tanggung jawab perempuan semata, melainkan tanggung jawab bersama.

Mengubah perspektif tentang waktu rehat

Untuk mengatasi ini, perempuan perlu belajar untuk memberikan prioritas pada kebutuhan diri sendiri. Tidak ada salahnya untuk meminta bantuan pasangan, anggota keluarga, atau bahkan memanfaatkan jasa profesional untuk meringankan beban.

Mengatur waktu untuk kegiatan pribadi, seperti membaca, berolahraga, atau sekadar bersantai tanpa gangguan, adalah hal yang penting untuk dilakukan.

Akhir pekan idealnya menjadi waktu untuk mengisi ulang energi, tidak hanya bagi laki-laki tetapi juga perempuan.

Namun, kenyataan bahwa perempuan masih sering terbebani dengan tanggung jawab ganda menunjukkan bahwa kesetaraan dalam pembagian peran di rumah tangga masih perlu diperjuangkan.

Dengan kesadaran kolektif dan dukungan bersama, akhir pekan bisa menjadi waktu yang lebih adil dan menyenangkan bagi semua.



Jika anda merasa konten ini bermanfaat, anda dapat berkontribusi melalui DONASI. Klik banner di bawah ini untuk menyalurkan donasi, agar kami dapat terus memproduksi konten yang bermanfaat



Share This Article
Suka berkelana ke tempat baru, terutama di alam bebas. Mencintai sastra fiksi dan tradisi. Berminat pada isu-isu ekofeminisme, gender, hak perempuan dan anak. Beberapa kali menerima fellowship liputan mendalam. Tercatat sebagai anggota AJI.
Leave a Comment

Leave a Reply

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.