bar-merah

Setumpuk Agenda, Sederet Masalah, Sedingin Air Danau Tondano

Catatan Redaksi

 

ZONAUTARA.COM – Ada setumpuk agenda yang digelar di Sulawesi Utara (Sulut) sepanjang tahun 2017. Tak hanya Kota Manado sebagai ibukota Sulut saja yang menjadi tempat pelaksanaan berbagai event, yang berskala lokal, nasional, dan internasional. Namun tempat pelaksanaannya hampir merata dan tersebar di semua Kabupaten/Kota yang ada di Sulut.

Pada Januari, kita dihadapkan dengan helat Figura Manado, Festival Tulude dan lomba budaya Masamper. Februari ada Perayaan Cap Go Meh dan Festival Kuliner. Maret ada Paragliding Accuracy Word Cup (PGAWC) 2017 seri I dan Festival Ogoh-Ogoh. Pada April  ada Manado Easter Show dan Festival Teluk Tomini.  Mei ada Manado Cantate International, International Choir Festival, Manado Extreme Adventures Tourism, dan International Trail Running. Sedang pada Juli ada Festival Katupat dan Festival Pulau Sara’a.

Pada Agustus ada Festival Danau Tondano, Tomohon International Flower Festival, dan Festival Geothermal 2017. September ada Festival Pesona Sangihe, Festival Bantik, dan Manado Fiesta 2017. Oktober ada Festival Danau Cinta Makalehi 2017 dan Hasher International. Pada November ada International Trail Running dan Miss Scuba International. Desember ada Christmas Festival dan Pisah Taong.

Kegiatan-kegiatan tersebut nyaris selalu menyisahkan berbagai masalah. Mulai dari kurangnya sosialisasi dan publikasi kegiatan, kurangnya anggaran, kurangnya peserta, dan sederet permasalahan yang lain. Domino effect yang diharapkan dari pelaksanaan berbagai helat tersebut jauh dari yang diharapkan dan terkesan hanya sekedar isapan jempol instansi teknis pelaksana event.

Syahdan, arus kedatangan wisatawan mancanegara (wisman), terutama dari Tiongkok, tidak dipengaruhi oleh setumpuk agenda yang dilaksanakan di Bumi Nyiur Melambai. Catatan yang bisa ditemukan tentang kedatangan wisman melalui event itu terbanyak merupakan peserta kegiatan dari luar negeri, bukan yang pelancong murni yang ingin berwisata ke Sulut.

Siapakah yang sesungguhnya diuntungkan dari pelaksanaan berbagai agenda tersebut? Apakah konsep pengembangan ekonomi kreatif, peningkatan usaha pariwisata, dan peningkatan sumber daya manusia di Sulut yang sungguh disasar dari kegiatan-kegiatan itu?

Minggu pertama Agustus ini, seiring dengan pelaksanaan Tomohon International Flower Festival (TIFF), zonautara.com melakukan collaborative reporting bersama beberapa jurnalis media nasional. Selama sepekan para jurnalis tersebut mendatangi berbagai pihak di Tomohon untuk melihat sejauh mana TIFF yang digelar sejak 2008 itu memberi dampak, terutama bagi petani bunga di Tomohon. Walau, ada yang mengakui TIFF memberi kemajuan, namun secara garis besar pelaksanaan festival yang selalu menghabiskan anggaran milyaran rupiah itu masih jauh dari harapan untuk mensejahterakan warga Tomohon.

(Baca: TIFF, Siapa Meraup Rupiah)

Sembari merenungkan masalah-masalah tersebut, sayup-sayup penggalan lirik lagu yang berjudul Danau Tondano ciptaan Jansen Patiro tiba-tiba saja memberikan inspirasi: “…Sedingin air danau Tondano”.

Ya, seumpama air danau Tondano. Seharusnya kegiatan-kegiatan yang dilaksanakan di Sulut mampu memberikan kesejukan, menjadi sumber penghasilan, sekaligus hiburan bagi masyarakat.

Editor: Ronny A. Buol



Jika anda merasa konten ini bermanfaat, anda dapat berkontribusi melalui DONASI. Klik banner di bawah ini untuk menyalurkan donasi, agar kami dapat terus memproduksi konten yang bermanfaat



Share This Article
WP2Social Auto Publish Powered By : XYZScripts.com