bar-merah

Pesan Kepada Kaum Fanatisme, Dari Keluarga Korban Terorisme

MANADO, ZONAUTARA.com – Yahya (17), begitu nama yang diberikan orang tuanya Muhammad Yaqub dan Aqila. Dia adalah anak ketiga dari lima  bersaudara. Dia dan keluarganya mencari suaka dari Afganistan dan telah puluhan tahun tinggal di Rumah Detensi Imigrasi (Rudenim) Manado.

Yahya mengatakan, “Tidak boleh orang Islam memaksa orang lain untuk mengikuti keyakinannya. Islam tidak seperti itu. Jangan seperti ISIS menindas sana sini.”

Siswa yang kini duduk di bangku kelas tiga Sekolah Menengah Atas (SMA) Negeri 4 Manado menuturkan perjalanan keluarganya hingga tiba di Manado.

Menurutnya, dia dan keluarganya ke Manado akibat konflik dan perang di Afganistan. Saat itu, Afganistan dikuasai kelompok ekstrimis Islam Sunni, Taliban. Keluarganya beretnis Hazara, etnis yang menjadi bulan-bulanan penindasan oleh rezim yang mendapat dukungan dari Organisasi Besar Teroris Dunia, Al-Qaedah.

“Saya sudah tidak tahu pasti permulaanya, karena saya waktu itu belum lahir. Kakak saya juga masih kecil. Tapi yang jelas saya lahir di tengah-tengah pelarian keluarga saya. Di atas kapal saat berada di laut Maluk, Sumbawa,” ujar Yahya kepada wartawan Zona Utara, saat ditemui usai mengikuti ujian semester di sekolahnya, Selasa (5/12/2017).

(Baca: Yahya, Keturunan Hazara Yang Terlahir Di Kapal Pencari Suaka)

Organisasi-organisasi teroris, kata Yahya, hanya menggunakan tameng Islam demi kepentingan mereka. Akhirnya nama Islam jadi buruk di mata dunia, padahal Islam sangat menentang tindakan teror.

“Taliban, Al-Qaedah lalu ISIS, lalu besok-besoknya lagi muncul macam-macam organisasi teroris apalagi? Mereka melakukan kejahatan dan mengatasnamakan Islam. Jika ingin memuliakan Islam cukup berbuat baik kepada sesama,” sebut Yahya.

Sementara itu, ayah Yahya, Muhammad Yaqub saat ditemui di Rudenim Manado, Rabu (6/12/2017), mengisahkan bagaimana kelompok ekstrimis Taliban memperlakukan warga Afganistan.

(Baca: Yaqub Jalan Kaki Satu Bulan Dari Afganistan Ke Pakistan)

“Oleh Taliban, bahkan perempuan tidak diizinkan keluar. Mereka akan ditangkap dan dicambuk. Saya saat Taliban berkuasa keluar dari Afganistan tahun 2000 bersama para pencari suaka lainnya, kita mencari tempat aman,” tutur Yaqub.

 

Editor: Eva Aruperes



Jika anda merasa konten ini bermanfaat, anda dapat berkontribusi melalui DONASI. Klik banner di bawah ini untuk menyalurkan donasi, agar kami dapat terus memproduksi konten yang bermanfaat



Share This Article
WP2Social Auto Publish Powered By : XYZScripts.com