MANADO, ZONASULUT.com – Piala Dunia adalah momen yang selalu dinantikan oleh warga dunia. Event akbar empat tahunan ini seringnya disambut dengan gegap-gempita. Namun dibalik kemeriahannya, terselip beberapa kisah kelam, bahkan berdarah-darah.
Seperti pada Piala Dunia 1994 di Amerika Serikat. Adalah negara Kolombia, salah satu yang menoreh kisah tragis nasib para pemain sepakbola di pentas Piala Dunia. Salah satu pemainnya, Andres Escobar, yang turut merumput di Piala Dunia 1994 tewas diberondong senapan. 6 peluru bersarang di tubuhnya. Ia tergeletak mandi darah. Alasannya, karena Andres Escobar tak sengaja membuat gol bunuh diri yang mengakibatkan Kolombia harus tersingkir dari putaran Pertama Piala Dunia. Miris.
Kolombia yang kala itu lolos ke Piala Dunia 1994 memang lagi dalam kondisi negara yang runyam. Negara itu tengah dilanda kegalauan akibat aksi-aksi kekerasan para kartel narkoba dan perjuadian. Saking berkuasanya para kartel ini, mereka bahkan bisa ikut campur urusan-urusan penting di Kolombia. Termasuk sepak bola.
Kolombia datang ke AS sebenarnya dengan harapan tinggi. Bagaimana tidak? Mereka memperagakan sepakbola indah dan tampil impresif selama babak kualifikasi. Bahkan Argentina dengan mudah dibantai 5-0. Dengan diperkuat Carlos Valderrama, Faustino Asprilla dan Freddy Rincon, Kolombia disejajarkan dengan tim Brasil 1970. Bahkan legenda sepak bola dunia Pele menjagokannya sebagai kandidat juara. Kenyataannya, Kolombia tampil buruk saat Piala Dunia.
Tampil buruknya Kolombia tak lepas dari adanya upaya sindikat perjudian dan kartel narkoba yang ingin mencengkeramkan pengaruhnya di tim. Bahkan pelatih Francisco Maturana mendapat ancaman pembunuhan. Dampaknya, mereka kehilangan fokus dan dipaksa menyerah 3-1 oleh Rumania.
Awal petaka
Empat hari berselang, Kolombia menghadapi partai yang akan menentukan nasib mereka selanjutnya di turnamen paling akbar itu. Teror dari para kartel dan kekecewaan ribuan pendukungnya akibat ditekuk Rumania pada laga pertama memberati mental skuad Kolombia. Meski lawan yang dihadapi adalah Amerika Serikat, tim yang kerap hanya dianggap sebagai penggembira, tetap saja beban Kolombia tak ringan.
Petaka yang dikhawatirkan pun dimulai pada menit ke-34. Umpan silang pemain Amerika Serikat, John Harkes, dipotong Andres Escobar dengan maksud menghalau bola agar keluar lapangan. Naas, bola yang berbelok justru meluncur ke gawang sendiri.
Selanjutnya, skuad Amerika Serikat semakin gencar membongkar pertahanan Kolombia. Hasilnya, di menit ke-52 negeri Paman Sam itu menambah keunggulan lewat gol Earnie Stewart. Kolombia sendiri hanya bisa mencetak gol penghibur di menit ke-90 lewat Adolfo Valencia. Gol di punghujung waktu normal itu jelas tak mampu menolong mereka dari kekalahan.
Dieksekusi di klab malam Kota Madellin
Saat Escobar harus pulang karena timnya tersingkir di babak awal Piala Dunia, Escobar percaya bahwa keselamatan akan tetap berpihak padanya meski ia telah menciptakan gol bunuh diri yang menjadi penyebab kekalahan Kolombia. Dia sebenarnya telah ditawari untuk tinggal lebih lama di AS sampai kondisi Kolombia membaik, namun Escobar bersikukuh ingin pulang segera. Ia merasa percaya diri masih bakal disambut dengan penuh hormat di kampung halamannya.
Pada 2 Juli 1994, Andres Escobar pergi ke klab malam El Indio di Kota Madellin, Kolombia. Pukul 3 pagi saat ia pergi meninggalkan klab malam itu menuju mobilnya, ia diberondong 6 timah panas yang membuatnya tewas bersimbah darah. Seorang saksi mata berujar para pelaku berkata, “Terima kasih atas gol bunuh dirinya” sebelum mereka akhirnya berseru “gol” setiap kali peluru dimuntahkan. Setelah Andres terkapar, mereka melarikan diri.
Bagi dunia sepak bola, Andres Escobar adalah bek berbakat yang dimiliki klub Atletico Nacional dan timnas Kolombia. Bagi keluarganya, Escobar jauh lebih penting. Dia adalah kebanggaan, dan kegembiraan keluargannya. Namun, apa yang terjadi di Kolumbia harus membuat Escobar kehilangan nyawa. Ia menjadi korban dari kekejaman para kartel narkoba. Pembunuhan Escobar tercatat sebagai salah satu tindakan paling brutal yang memengaruhi kancah sepakbola internasional.
Setelah tewasnya Escobar, kepolisian Kolombia menangkap Humberto Castro Munoz, yang merupakan pengawal pribadi salah satu pemimpin kartel besar di Kolombia. Munoz menjadi tersangka utama pembunuhan Escobar. Diketahui, Munoz membunuh Escobar karena kesal kalah taruhan dalam jumlah yang besar.
Meski begitu, sejatinya Gallon Bersaudara—majikan Munoz— yang dianggap sebagai dalang pembunuhan brutal ini. Sebagai gembong narkoba kambuhan dan bandar judi besar, beberapa orang berteori bahwa mereka ingin Escobar mati lantaran kalah besar dalam perjudian.
Escobar telah pergi selama beberapa dekade. Namun, FIFA tetap menghargai keluarga yang ditinggalkan. Pada Piala Dunia 2014, FIFA mengundang keluarga Escobar untuk menyaksikan pertandingan secara langsung di stadion. Pertandingan pembuka antara Brasil versus Kroasia pun sempat membuat perasaan keluarga Escobar bergejolak.