Umbar Foto Vulgar, PSK Di Manado Manfaatkan Aplikasi Online Untuk Cari Tamu

Ronny Adolof Buol
Penulis Ronny Adolof Buol
Screen capture dari salah satu account media sosial yang menawatkan jasa layanan sex. Gambar sengaja dikaburkan di beberapa bagian untuk menyembunyikan identitas. (Dicapture oleh Zonautara.com, pada 9/9/2018)



MANADO, ZONAUTARA.com – Jika dulu para perempuan yang menjual jasa sex atau lazim disebut pekerja sex komersial (PSK) menghindari publikasi, maka saat ini justru sebaliknya.

Tanpa lagi malu-malu, para PSK justru memajang foto diri mereka secara jelas melalui berbagai aplikasi media sosial, yang mereka gunakan untuk menawarkan jasa layanan sexnya.

“Menampilkan foto adalah salah satu kunci keberhasilan kami mendapatkan tamu,” ujar Loredana (nama samaran), salah satu narasumber Zonautara.com yang menelusuri praktek prostitusi online di Manado.

Loredana bahkan memperlihatkan foto-foto dirinya yang dipajang di salah satu aplikasia media sosial. Pada foto yang diperlihatkannya itu, nampak Loredana dengan pose yang vulgar.

“Iya harus begitu, agar calon tamu kami tidak terlalu banyak bertanya spesifikasi tubuh kami,” jelas Loredana.

Istilah tamu yang dimaksud Loredana, adalah pengguna jasa layanan sexnya. Sementara istilah spesifikasi tubuh adalah ukuran-ukuran fisik tubuh yang menjadi acuan para calon tamunya, seperti tinggi badan dan berat badan.

“Mereka juga selalu menanyakan ukuran payudara. Makanya dalam foto-foto itu kami harus menonjolkannya. Semakin besar dan sexy semakin punya peluang mendapatkan tamu,” papar Loredana sambil tertawa.

Lewat foto, tamu juga sudah bisa menilai dengan jelas penampilan fisik Loredana. Oleh sebab itu, Loredana tak sembarang mengupload foto. Dia selalu memilih foto terbaik dan menggoda yang diuploadnya di media sosial.

“Jadi yang dipromosikan itu ya foto yang dipilih. Tidak susah sih membuat foto bagus sekarang, kan camera handphone sudah canggih. Tinggal sediakan baju yang sexy dan selfie saja di dalam kamar,” terang Loredana.

Menurutnya, dia hanya sekali saja meminta tolong jasa fotografer untuk memotret dirinya. Itupun karena tamunya waktu itu adalah seorang fotografer.

“Jadi sekalian saja saya minta tolong foto,” katanya sambil tertawa.

Menurut Loredana, godaan pertama calon tamu itu memang datang dari foto. Dengan foto yang diolah bagus, tarif mereka bisa lebih tinggi dibandingkan dengan sembarang memasang foto.

“Kalau foto kita sexy, tamu jarang menawar, tapi kalau foto kita asal-asalan biasanya tamu tak segan-segan menawar rendah. Jadi ya sebelum diupload, saya edit-edit dulu. Kan banyak itu aplikasi edit foto, semua sekarang sudah gampang,” jelas Loredana.

Dari penelusuran Zonautara.com di berbagai account media sosial yang digunakan para PSK untuk menjajakan diri, memang foto menjadi salah satu point penting mereka.

Mereka memasang foto profil account dengan foto-foto sexy bahkan vulgar. Begitu juga, postingan yang mempromosikan jasa layanan sex mereka disertai dengan foto-foto vulgar bahkan beberapa diantaranya nekat mengunggah foto telanjang.

Sensor kontent pornografi yang telah diupayakan oleh pemerintah melalui project seharga Rp200 Miliar pun seakan tak berdaya menghadapi fenomena ini. Di Facebook kontent pornografi dan account para PSK memangagak susah ditemui. Tetapi di Instagram dan Twitter, kontent seperti ini dengan sangat leluasa dijumpai, bahkan terkesan tanpa sensor sama sekali.

Apalagi berbagai aplikasi semacam Bee Talk, Line, WeChat, WhatsApp, Telegram dan berbagai aplikasi lainnya ikut digunakan para PSK untuk mendapatkan tamu mereka.

Simak terus Liputan Mendalam Zonautara.com tentang tema ini dalam “Telisik Prostitusi Di Manado”

 

Editor: Ronny Adolof Buol



Jika anda merasa konten ini bermanfaat, anda dapat berkontribusi melalui DONASI. Klik banner di bawah ini untuk menyalurkan donasi, agar kami dapat terus memproduksi konten yang bermanfaat



Share This Article
Follow:
Pemulung informasi dan penyuka fotografi
1 Comment
WP2Social Auto Publish Powered By : XYZScripts.com