MANADO, ZONAUTARA.com – Indonesia menjadi salah satu negara tujuan para pengungsi yang menghindari konflik di Timur Tengah dan negara Asia lainnya. UNHCR, badan dunia yang mengurusi pengungsi mencatat ada 14.425 pengungsi dan pencari suaka di Indonesia per Januari 2017.
Sebagian besar mereka ditampung di berbagai Rumah Detensi Imigran (Rudenim), termasuk di Sulawesi Utara.
Rudenim di Sulut berada di Perkamil, Kota Manado. Salah satu penghuni Rudenim adalah Ali Agha Haidari (16). Dia bersama keluarganya berasal dari Afghanistan.
Banyak warga negara Afghanistan keluar dari negaranya dan mencari suaka ke negara lain. Negara ini terus terlibat konflik peperangan sektarian dan menjadi korban perang melawan teror Amerika.
Ali sudah berada di Rudenim Manado selama sembilan bulan. Kini dia bersekolah di Sekolah Katolik Rex Mundi Manado.
“Saya baru bersekolah di sini selama tiga bulan,” ujar Ali kepada Gita Waloni yang melaporkan untuk Zonautara.com, Senin (6/11/2018).
Walau senang bisa bersekolah, Ali berharap satu saat dia bisa bersekolah di persekolahan Islam.
Ali kini duduk di kelas X IPS 3. Bahasa Indonesianya belum lancar. Dia tidak perlu membayar biaya sekolah.
“Makan dan tinggal juga ditanggung Rudenim. Saya hanya bayar ongkos naik angkot. Minta sama orang tua,” kata Ali.
Ayahnya sudah lebih dulu berada di Manado selama 3,5 tahun. Keempat adik dan ibunya, juga tinggal di Rudenim.
Walau bersekolah di persekolahan Kristen, Ali mengaku senang. Dia merasa diperlukukan dengan baik oleh sesama siswa lainnya.
“Mereka baik semua kepada saya,” kata Ali.
Adik-adiknya bersekolah di SD 6 Manado. Ali tak tahu sampai kapan dia bisa berada di Indonesia.
Dia berharap kehidupannya bisa lebih baik, tidak terus-menerus tinggal di dalam Rudenim dengan segela keterbatasan, sebab orang tuanya tidak bekerja.
Ali hanyalah satu dari persoalan para pengungsi dan pencari suaka yang nasib mereka tidak jelas hingga sekarang.
Berbagai aturan membatasi aktifitas mereka. Tak jarang para penghuni Rudenim melakukan aksi demo meminta Indonesia dan UNHCR menentukan nasib mereka.
Kisah para pengungsi dan pencari suaka ini bak orang buangan. Sedikit saja dari mereka yang bisa diproses menuju negara baru. Yang tak bisa diproses tertahan di Indonesia sebagai negara transit.
Kebanyakan dari pencari suaka ini menjadikan Australia dan Amerika sebagai negara yang dituju. Yang menuju Australia itulah yang banyak tertahan di Indonesia.
Kini nasib mereka semakin tidak jelas, pasca Australia dan Amerika memperketat kebijakan soal pencari suaka. Presiden Donald Trump malah jelas-jelas melarang para imigran dari tujuh negara muslim masuk ke negaranya.
Zonautara.com kembali akan melakukan liputan tematik soal pengungsi dan pencari suaka ini dalam tema besar “keberagaman“.
Editor: Ronny Adolof Buol