Indonesia paling banyak sumbang relawan, Cina didaftar paling bawah

Ronny Adolof Buol
Penulis Ronny Adolof Buol
Petugas penolong sedang bersiap sewaktu bencana di Palu. (Foto: zonautara.com/Ronny Adolof Buol)



ZONAUTARA.com – Lembaga statistik Gallup mempublikasi data hasil survey terhadap 150 responden di 146 negara di dunia. Survei yang dilakukan pada tahun 2017 itu salah satunya mengungkapkan index warga yang memberi diri menjadi relawan.

Indonesia ternyata menjadi negara nomor satu penyumbang relawan di dunia, dengan angka 53 persen. Angka ini mengungguli negara-negara yang terkenal dermawan seperti Amerika serikat yang hanya berkontribusi sebesar 39 persen.

Dibawah Indonesia ada Liberia dengan angka sumbangan relawan 47%, lalu menyusul Kenya sebesar 45%. Sementara negara yang paling sedikit memberi sumbangan relawan adalah Laos (7%).

Selain Albania, negara-negara yang berada paling bawah di daftar itu adalah Cina dan Yunani (7%), Kamboja dan Mesir (6%) serta Bulgaria dan Makedonia (5%).

Laporan Gallup itu menyebutkan bahwa faktor lingkungan dapat mempengaruhi keterlibatan warga sebuah negara dalam kegiatan-kegiatan amal.

Orang Brasil dan Turki punya keramahtamahan yang tinggi, tetapi orang Libya dan Irak punya potensi dua kali lipat memberi pertolongan kepada orang asing.

Secara global, ada sebanyak 2,2 miliar orang dari 7,6 miliar penduduk dunia pernah membantu orang asing. Sebanyak 1,4 miliar pernah memberi sumbangan untuk amal dan 1 miliar lainnya memberi waktu menjadi sukarelawan.

Profesor Peter B. Smith, dari School of Psychology di University of Essex di Inggris dalam jurnal Cross-Cultural Psychology (2015) menulis bahwa pengaruh faktor sosial, ekonomi dan budaya seperti kekayaan, kepercayaan, ketimpangan pendapatan, korupsi yang dirasakan, budaya dari kelompok dan agama memberi pengaruh terhadap tindakan ini.

Sebagai contoh: beberapa masyarakat memiliki budaya yang lebih kolektif, yang lebih menekankan pentingnya kelompok dibanding individu. Tetapi mereka terkadang tidak percaya pada orang luar.

Di negara Barat, faktor ekonomi dapat menjadi pengaruh utama kemampuan orang memberi sumbangan uang. Sementara di Myamnar, ajaran tradisi Budha Theravada menjadikan orang di sana punya kebiasaan memberi derma.

Rilis survei Gallup itu juga menunjukkan negara-negara yang terus menderita akibat pergolakan ekonomi dan politik secara konsisten mendapat skor rendah. Contohnya adalah Yaman, Palestina dan Yunani.

Sementara di Eropa Tengah dan Timur, pembatasan di masyarakat yang merupakan peninggalan era komunis menjadi hambatan keterlibatan masyarakat sipil dalam membantu orang lain.

Dr Robert Levine, seorang profesor Psikologi di California State University di Fresno, dan seorang spesialis dalam mengamati perilaku baik terhadap orang asing, mengatakan orang-orang merasa bahagia setelah memberi bantuan amal dan menjadi relawan.

https://www.youtube.com/watch?v=TpTYDUu21Vc

Editor: Ronny Adolof Buol



Jika anda merasa konten ini bermanfaat, anda dapat berkontribusi melalui DONASI. Klik banner di bawah ini untuk menyalurkan donasi, agar kami dapat terus memproduksi konten yang bermanfaat



Share This Article
Follow:
Pemulung informasi dan penyuka fotografi
Leave a comment
WP2Social Auto Publish Powered By : XYZScripts.com