Pecinta anjing dunia minta warga Sulut berhenti konsumsi daging anjing

Christo Senduk
Penulis Christo Senduk



MANADO, ZONAUTARA.comSejumlah pecinta anjing dari sejumlah negara mengunjungi Sulawesi Utara (Sulut), Jumat (1/3/2019).

Rombongan pecinta anjing yang tergabung dalam Dog Meat Free Indonesia (DMFI) adalah Lola Webber dari Inggris yang adalah pendiri dan direktur Chance for Animals Foundation dan koordinator di DMFI, Peter Egan, artis dari Inggris dan aktivis kesejahteraan hewan, David Acito dari Itali, pendiri dan direktur dari Action Project Animal (APA), Andres Tellings dari Wordpree Media dan Davide Lamonte dari media Italia.

Salah satu yang dikunjungi, yaitu kantor Gubernur Sulut. Dalam kesempatan itu, rombongan diterima oleh Gubernur Sulut Olly Dondokambey yang diwakili Asisten I Edison Humiang.

Dalam pertemuan tersebut, koalisi pecinta anjing yang menamakan diri Dog Meat Free Indonesia (DMFI) tersebut menegaskan, bahwa daging anjing dan kucing bukanlah pangan.

Mereka pun mengeluhkan soal perdagangan anjing dan kucing di pasar-pasar ekstrem di Sulut yang buruk, karena memukul anjing dan kucing sampai membakarnya di depan mata para pembeli di pasar.

Sebastian saat diwawancarai sejumlah wartawan mengatakan, Indonesia khususnya Sulut merupakan daerah yang indah dan banyak dikunjungi wisatawan dari belahan dunia.

Baca juga: Surat Terbuka untuk Gubernur Sulut dan petisi hentikan konsumsi daging anjing dan kucing

Sehingga, kata dia, sungguh tidak pantas memperlihatkan buruknya perdagangan anjing di pasar Sulut. Baginya, perdagangan dan mengonsumsi anjing bukanlah bagian dari budaya, karena budaya adalah sesuatu yang positif.

I think is guilty animal should never be consider as culture. Culture is something positve, something people want to see when come to Indonesia (saya rasa itu salah ketika binatang dikatakan sebagai budaya. Budaya adalah sesuatu yang berbau positif, sesuatu yang ingin dilihat orang saat datang ke Indonesia,” ujarnya.

Indonesia is beautiful country, lot of positive points could see. The extrime market from my perspective definitely things nobody want so see, no Western want to see, no German want to see (Indonesia negara yang indah, banyak hal positif yang dapat kita lihat di sini. Pasar ekstrim menurut saya adalah sesuatu yang tidak ingi dilihat orang-orang, termasuk orang Barat dan Jerman tidak mau melihat hal seperti itu),” ungkap Sebastian.

Koalisi ini pun meminta kerjasama dari Pemerintah Provinsi (Pemprov) Sulut terkait persoalan tersebut

Bahkan, Sebastian pun menawarkan ingin memberikan bantuan untuk menyediakan apa saja yang diperlukan untuk mlaksanakan edukasi dan kampanye bahaya rabies dan kesejahteraan hewan.

Sementara, Lola Webber mengatakan, bahwa banyak anjing rabies yang dijual di pasar ektrim Sulut. Perbandingannya, kata Lola, di antara 10 anjing, ada satu anjing rabies.

Sementara itu, Humiang dalam kesempatan itu memberi apresiasi dan merasa gembira dengan para pecinta hewan yang bukan hanya memikirkan kesehatan manusia, tapi juga hak dari kehidupan hewan-hewan.

Humiang pun bahkan menyatakan menerima tawaran dan bantuan dari koalisi tersebut.

Terkait dengan kampanye, kata Humiang, akan bekerjasama dengan Dinas Kesehatan dan Dinas Pendidikan untuk memberikan edukasi soal bahaya mengonsumsi daging anjing dan kucing.

“Kami akan memberikan edukasi kepada anak muda di sekolah-sekolah untuk stop makan daging anjing dan kucing,” ujarnya.

Menurut Humiang, edukasi kepada masyarakat bukan hanya menjadi tugas pemerintah, melainkan juga tugas semua pihak.

“Karena mengonsumsi daging anjing sudah menjadi kebiasan dan mendarah daging pada masyarakat Sulut, jadi ini membutuhkan waktu dan tidak instan. Jadi kami akan memulai dengan menyosialisasikannya kepada anak-anak didik generasi sekarang,” kata Humiang.

Humiang pun memberikan kesempatan kepada koalisi DMFI untuk bertemu langsung dengan Gubernur Olly Dondokambey untuk pembahasan lebih lanjut.

Di akhir pertemuan, Humiang dan Koalisi DMFI menyerukan ‘End the dog and cat meat trade for Sulut hebat’.

Turut hadir dalam kesempatan itu para pecinta anjing di Manado, Anne Parengkuan Supit pendiri dan Direktur Animal Friends Manado Indonesia (AFMI), Dita Carolina aktivis AFMI, Nicky Kindangen aktivis AFMI dan Billy Gistavo Lolowang program manajer di Tasikoki wildlife and Rescue Center PPST Tanjung Merah.

Editor : Christo Senduk



Jika anda merasa konten ini bermanfaat, anda dapat berkontribusi melalui DONASI. Klik banner di bawah ini untuk menyalurkan donasi, agar kami dapat terus memproduksi konten yang bermanfaat



Share This Article
Penulis Christo Senduk
Editor
5 Comments
WP2Social Auto Publish Powered By : XYZScripts.com