MANADO, ZONAUTARA.com – Kritik dan sorotan yang dialamatkan publik kepada Pemerintah Provinsi (Pemprov) Sulawesi Utara (Sulut) terkait dengan nilai Ujian Nasional Berbasis Komputer (UNBK) SMA/SMK di Sulut yang turun hingga peringkat 32 dari 34 provinsi ditanggapi santai oleh Wakil Gubernur Steven Kandouw.
Dia mengatakan, parameter pendidikan tidak hanya dinilai dari capaian nilai ujian saja. Ada beberapa variabel lainnya, termasuk kehadiran dan keaktifan di kelas.
“Masih ada variabel dari variabel lain. Kalau ditinjau dari nilai ujian kita justru jauh meningkat dari tahun-tahun sebelumnya. Tapi harus diakui, daerah lain juga meningkat jauh,” jawab Steven kepada wartawan usai menghadiri rapat paripurna penetapan LKPJ Gubernur tahun 2018, di DPRD Sulut, Selasa (21/5/2019).
Dia juga mengatakan, dunia pendidikan Sulut belum akan berakhir jika nilai UNBK anjlok.
“Dunia belum kiamat karena nilai ujian anjlok. Buktinya kelulusan kita mencapai 99 persen. Bukan pembelaan, tapi kami memang harus kerja keras,” tandasnya.
Tahun depan, kata dia, pihaknya akan mengawasi langsung UNBK. Jika ada sekolah, baik guru maupun kepala sekolah yang nilainya tidak bagus, dia akan bertindak keras.
“Dapa tampeleng kalau nilai tidak bagus,” ucapnya berkelakar.
Soal evaluasi kepala sekolah, kata dia, banyak faktor yang akan jadi pertimbangan.
“Tak usah dibesar-besarkan. Yang pasti akan ada evaluasi, tapi tak serta merta melakukan penggantian, karena saya yakin semua kepala sekolah juga kerja keras,” pungkas mantan Ketua DPRD Sulut itu.
Sebelumnya, Ketua Fraksi PDIP Teddy Kumaat menyorot capaian dunia pendidikan Sulut itu.
“Minta maaf, ini memalukan sekali,” kata Kumaat.
Dia meminta pemprov untuk menambah dan membayarkan tunjangan guru SMA/SMK.
“Dulu saat SMA/SMK masih berada dalam kewenangan Pemerintah Kabupaten/kota, mereka mendapatkan tunjangan makan Rp500 ribu hingga Rp700 ribu. Sekarang malah dihilangkan,” kata Kumaat. (K-02)
Editor : Christo Senduk