ZONAUTARA.com – Belokan angin (shearline) atau “angin belok” disebut sebagai penyebab banjir bandang yang terjadi di Kampung Lebo, Kecamatan Manganitu, Kabupaten Kepulauan Sangihe.
Dikutip dari Antara Manado, Kepala Seksi Observasi dan Informasi, Stasiun Meteorologi Sam Ratulangi Manado, Carisz Kainama menyebutkan, angin belok terjadi akibat massa udara yang kuat dari arah Timur Laut berbelok tepat di atas wilayah Sulawesi Utara.
Fenomena itu menyebabkan pertumbuhan awan konvektif di sebagian besar wilayah Sulut dan mengakibatkan hujan dengan intensitas sedang hingga lebat disertai kilat/petir dan angin kencang, dalam durasi yang cukup lama di wilayah Sangihe, Talaud dan Sitaro.
Carisz menyebutkan, berdasarkan analisis meteorologi, pola angin pada 3.000 kaki tanggal 3 Januari 2020 jam 00.00 UTC menunjukkan bahwa terdapat tekanan rendah (1009 hPa) di Samudera Hindia sebelah Selatan Pulau Jawa, dan terdapat sirkulasi Eddy (Eddy circulation) di wilayah Laut Sulawesi dan Laut Banda.
Gangguan cuaca tersebut menyebabkan terbentuknya daerah belokan angin sepanjang wilayah Sulut yang menyebabkan pertumbuhan awan konvektif di sebagian besar wilayah Sulawesi Utara.
3 korban meninggal
Sebagaimana informasi dari Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Provinsi Sulut, hujan sedang hingga lebat yang disertai kilat/petir terjadi di Kampung Lebo, Kecamatan Manganitu, Kabupaten Kepulauan Sangihe pada tanggal 3 Januari 2020, pagi hari.
Hingga kini, BPBD Sangihe mencatat setidaknya ada delapan titik terdampak bencana banjir dan tanah longsor. Delapan titik itu tersebar di Kecamatan Manganitu, Kecamatan Tamako dan Kecamatan Kendahe.
Di Manganitu, selain di Lebo bencana juga terjadi di Kampung Sesiwung dan Kampung Belengang.
Bupati Kepulauan Sangihe, Jabes Gaghana memastikan korban selamat dan pengungsi mendapat prioritas penanganan dari pemerintah.
Di Lebo, musibah banjir bandang merenggut tiga korban jiwa, yakni Armando Makanangeng (18), Bartolomeus Mangape (83), Siren Ontak (40). Tercatat ada 29 unit rumah rusak, 13 kepala keluarga mengungsi dan 6 orang dirawat di Puskesmas.
Bencana juga memutus akses ke Kampung Ulung Peliang di Tamako, hingga menyebabkan 174 kepala keluarga terisolasi, 9 rumah rusak dan jembatan rusak.
Kepala Kantor Pencarian dan Pertolongan Manado Gede Darmada, mengatakan bahwa pihaknya bersama semua stakeholder yang terlibat akan terus melakukan pencarian korban di Lebo yang diduga masih tertimbun.
“Kami juga menghimbau masyarakat untuk terus waspada dan hati-hati, sebab curah hujan masih cukup tinggi,” kata Darmada, Sabtu (4/1/2020).
Editor: Ronny A. Buol