MANADO, ZONAUTARA.COM – Isu tentang perdagangan daging anjing dan kucing di Indonesia menggema dalam diskusi Intergroup untuk kesejahteraan dan konservasi hewan di Parlemen Eropa di Perancis, Kamis (16/01/2020) pekan lalu.
Pendiri dan Direktur Forderverein Animal Hope and Wellness e.V Germany, Sebastian Margenfeld, melakukan presentasi di depan forum selama kurang lebih sepuluh menit mengenai kondisi kesejahteraan hewan di Indonesia.
Sebastian menyampaikan mengenai pencurian hewan peliharaan, hewan yang dikurung, hewan yang melewati perjalanan panjang serta pembantaian kejam yang tidak higienis.
Ia juga menyampaikan risiko bagi manusia yang umumnya tentang rabies yang menyebabkan kematian pada manusia.
Rabies tak hanya mengancam masyarakat setempat, namun juga wisatawan yang datang berkunjung di Indonesia.
Hal ini karena status kesehatan hewan yang tidak diketahui.
Selain itu, Sebastian juga menyampaikan soal ilegalitas, soal pencurian hewan peliharaan, serta transportasi ilegal antarprovinsi, kota dan pulau.
“Saya juga menunjukkan dokumentasi satu menit tentang apa yang sedang terjadi di Indonesia dan semua politisi sangat terkejut. Beberapa dari mereka meneteskan air mata,” ujar Sebastian dalam keterangan resminya.
Sebastian juga mendapat pertanyaan para politisi Intergrup, bagaimana suatu negara dan pemerintah membiarkan perdagangan yang begitu berbahaya (hanya ada karena ilegalitasnya) dan kejam.
“Saya mengatakan kepada mereka bahwa itulah yang perlu kita tanyakan kepada duta besar dan Presiden Indonesia,” ujar Sebastian.
Banyak politisi di Intergroup ini yang juga memiliki peran kunci di sektor lain seperti pariwisata, perdagangan dan keamanan pangan.
“Diharapkan masalah ini akan menjadi sorotan Parlemen Eropa dan Indonesia setiap kali ada kerja sama,” ujarnya.
Parlemen Eropa akan membuat konferensi yang lebih besar pada Maret 2020 mendatang untuk membahas perdagangan daging anjing dan kucing Indonesia yang berbahaya dan kejam.
“Di mana kami akan mengundang Duta Besar Indonesia,” ujarnya.
Sebastian sendiri merupakan aktivis hewan internasional yang telah memperjuangkan kesejahteraan hewan di indonesia dengan berbagai program yang ia jalankan.
Sebelumnya, pada Desember 2019 anggota Parlemen Eropa mengunjungi Indonesia untuk melihat langsung perdagangan daging anjing dan kucing di Indonesia.
Mereka di antaranya Sandra Gabrielle yang merupakan representasi dari beberapa Anggota Parlemen Eropa (Member of European Parliament/MEP), yaitu Prof. Dr. Klaus Buchner (MEP), Tilly Metz (MEP) dan Stefan Bernhard Eck (MEP).
Sandra yang juga ditemani oleh Sebastian Margenfeld (Förderverein Animal Hope & Wellness e.V.), Davide Acito (Action Project Animal), Anne Parengkuan Supit (Animal Friend Manado Indonesia) berkunjung di Yogyakarta, Jawa Tengah dan Sulawesi Utara.
Mereka melakukan investigasi lapangan serta bertemu dengan pemerintah daerah, berdiskusi mengenai solusi dari permasalahan ini.
Namun terlebih dahulu, perwakilan Parlemen Eropa ini mengapresiasi upaya pemerintah untuk menghentikan konsumsi daging anjing dan kucing.
Jumlah Perdagangan yang Besar
Adapun perdagangan daging anjing di Jawa Tengah terjadi dalam skala yang cukup besar, selain karena luas wilayah yang besar, jumlah anjing yang diperdagangkan pun cukup besar (berkisar antara 13,000-14,200 ekor per bulan; tergantung pasokan).
Kegiatan perdagangan terbesar terjadi di Surakarta dan sekitarnya (Solo Raya), mencapai 75 persen.
Sementara untuk DIY jumlah anjing yang diperdagangkan mencapai 900-1,400 ekor per bulan.
Pasokan anjing didatangkan sebagian besar dari Jawa Barat (70 persen) juga dari Jawa Timur dan Bali (20 presen) serta dari pasokan lokal di Jawa Tengah (10persen).
Anjing-anjing ini kebanyakan adalah anjing terlantar ataupun hasil curian, dari pasar gelap yang ada di Jawa Barat, serta sebagian juga berasal dari pembiak anjing ras yang menjual anjing cacat atau tidak memenuhi kriteria ras yang bagus kepada pedagang daging anjing.
Daging anjing tersebut kebanyakan dikonsumsi oleh masyarakat lokal dan juga sebagian oleh pendatang (bukan turis mancanegara).
Di Sulawesi Utara, perdagangan daging anjing dan kucing terjadi dalam jumlah yang sangat besar, mencapai 8,700 ekor per minggu untuk anjing dan bahkan kucing lebih banyak lagi.
Anjing dan kucing yang dijual di pasar sebagian besar berasal dari luar Sulawesi Utara dengan asal-usul dan kondisi kesehatan yang tidak jelas. (*)
Editor: Ronny A. Buol