Oleh: Bryan Geraldo Katiandagho *
Hematuria adalah kondisi dimana adanya sel darah merah di urin atau yang biasa kita sebut dengan kencing darah. Darah dalam urin ini disebabkan karena beberapa penyakit seperti infeksi saluran kemih, penyakit ginjal dan kanker prostat.
Hematuria umumnya tidak terasa sakit, tapi jika darah yang muncul berupa gumpalan, dapat menyumbat saluran kemih dan menimbulkan rasa sakit.
Gejala
Gejala utama dari hematuria adalah warna urin yang keluar berubah menjadi warna merah muda, kemerahan atau kecoklatan. Hematuria dapat disertai gejala lain, tergantung pada penyebab utamanya.
Gejala iritasi ditandai sering berkemih, ataupun nyeri pinggang maupun perut bawah yang seringkali mengganggu. Keadaan ini juga dapat menyebabkan keadaan gawat darurat seperti sumbatan bekuan darah pada saluran kemih luar (urethra) yang ditandai dengan tidak bisa berkemih atau retensi urine.
Hematuria merupakan gejala yang timbul akibat penyakit lain, namun penyakit ini dapat disertai oleh gejala lain. Hematuria dapat disertai oleh gejala yang ringan atau parah, tergantung pada penyebab utama penyakit.
Berikut adalah gejala yang umum disebabkan oleh hematuria:
- Apabila hematuria disebabkan oleh infeksi ginjal, gejala yang lain dapat meliputi demam, nyeri pinggang, atau nyeri pada bagian bawah punggung.
- Apabila hematuria disebabkan oleh batu ginjal, pasien biasanya akan mengalami gejala seperti nyeri yang parah pada perut atau panggul.
- Apabila pasien memiliki infeksi saluran kemih, gejala yang umum terjadi adalah rasa perih saat buang air kecil, demam, nyeri pada bagian bawah perut, dan iritasi.
- Lebih banyak prostat (benign prostatic hyperplasia) atau kanker prostat.
- Penyakit bawaan seperti anemia sel sabit dan penyakit ginjal kistik.
- Obat-obatan tertentu seperti aspirin, penisilin, heparin, siklofosfamid dan phenazopyridine.
- Sebuah tumor di kandung kemih, ginjal atau prostat.
- Latihan yang menguras tenaga.
Penyebab Terjadinya Hematuria:
Penyebab kencing berdarah sangat beragam. Ada beberapa kondisi yang dapat menyebabkan hematuria, yaitu:
- Infeksi saluran kemih.
- Batu saluran kemih, termasuk batu kandung kemih.
- Penyakit ginjal, misalnya peradangan (glomerulonefritis) atau akibat penyakit diabetes (nefropati diabetik).
- Pembesaran kelenjar prostat (BPH).
- Kanker ginjal, kanker kandung kemih, atau kanker prostat.
- Kelainan darah, seperti hemofilia dan anemia sel sabit.
- Obat-obatan, antara lain penisilin, cyclophosphamide, dan pengencer darah, seperti aspirin, warfarin, atau heparin.
- Seseorang lebih berisiko mengalami hematuria bila sedang mengalami penyakit infeksi atau setelah melakukan olahraga berat, misalnya sehabis lari maraton.
Pengobatan Hematuria
Setelah melakukan pengobatan, dokter akan memeriksa kembali urine Anda untuk melihat apakah darahnya hilang.
Pengobatan kencing darah dapat dilakukan dengan cara
- Memberikan antibiotik untuk mengobati infeksi saluran kemih.
- Memberikan obat untuk mengatasi pembesaran kelenjar prostat.
- ESWL atau terapi gelombang untuk memecahkan batu saluran kemih.
- Operasi untuk menghilangkan batu ginjal besar
- Pelemas otot, penghambat hormone, dan operasi untuk mengobati masalah prostat
- Operasi, kemoterapi dan radiasi untuk mengobati kanker atau pertumbuhan
Dokter juga dapat melakukan terapi lain, misalnya operasi, tergantung pada kondisi pasien dan penyebab kencing berdarah. Selain itu, penyakit ini pengobatannya tergantung pada penyebab yang mendasarinya.
Pengobatan yang diberikan untuk penderita hematuria tergantung pada hasil diagnosis. Untuk membantu meringankan efek dan gejalanya, biasanya dokter akan meresepkan antibiotik, terutama untuk hematuria yang disebabkan karena infeksi saluran kemih.
Apabila anda menderita batu ginjal atau saluran kandung kemih, dokter akan merekomendasikan terapi gelombang shock. Terapi ini merupakan salah satu cara yang paling efektif dan umum dalam mengangkat batu ginjal dan mengurangi gejala hematuria.
Pencegahan Hematuria:
Beberapa tindakan pencegahan berikut ini dapat dilakukan untuk menghindari penyakit hematuria:
- Menjaga berat badan ideal.
- Berolahraga secara rutin.
- Mengonsumsi makanan dengan gizi seimbang.
- Mengurangi konsumsi makanan asin.
- Mengurangi konsumsi makanan yang banyak mengandung mineral oksalat, seperti bayam atau talas.
- Minum air putih dengan cukup.
- Tidak dapat menahan kencing.
- Mencebok setelah buang air besar atau buang air kecil dari arah depan ke belakang, terutama bagi wanita.
- Berhenti merokok.
Apa saja hal yang meningkatkan risiko untuk terkena hematuria?
Berikut ada beberapa faktor yang meningkatkan risiko kadar sel darah merah berlebih pada urine, yaitu:
1. Usia
Apabila Anda berusia lebih tua dari 50 tahun, Anda lebih berisiko mengalami berbagai komplikasi organ tubuh seperti kelenjar prostat dan masalah pada ginjal, sehingga kemungkinan Anda akan memiliki sel darah merah berlebih dalam urine Anda.
2. Pernah ada infeksi pada ginjal
Faktor risiko lainnya yang menyebabkan Anda terkena hematuria adalah mengalami inflamasi pada ginjal, yang biasanya diakibatkan oleh infeksi bakteri. Kondisi ini juga terkait dengan kemunculan beberapa penyakit, seperti glomerulonefritis dan pielonefritis.
3. Keturunan dari anggota keluarga
Umumnya, penyakit ginjal merupakan kondisi yang diturunkan dari keluarga. Jadi, apabila Anda memiliki anggota keluarga dengan riwayat penyakit ginjal, maka risiko Anda dapat terkena kondisi ini lebih tinggi.
4. Konsumsi obat-obatan tertentu
Sering minum obat-obatan seperti aspirin, obat anti-inflamasi nonsteroid, dan konsumsi antibiotik dalam jangka panjang dapat memicu terjadinya hematuria.
Untuk mengetahui apakah sel darah merah dalam urine Anda normal atau tidak, dokter atau perawat profesional akan mengambil dan memeriksa sampel urine.
Setelah terbukti ada sel darah merah dalam jumlah yang banyak pada urine, dokter akan menanyakan riwayat kesehatan Anda dan keluarga.
Selain itu, dokter juga akan menanyakan gejala-gejala yang dialami, termasuk rasa nyeri dan keseringan ingin buang air kecil.
Sampel urine yang diambil akan diperiksa berapa banyak kadar protein, sel darah putih, dan sel darah merah di dalamnya, untuk mengetahui adanya penyakit yang terkait dengan hematuria, seperti infeksi saluran kemih atau inflamasi ginjal.
Perubahan gaya hidup yang dapat dilakukan untuk mencegah hematuria:
Untuk mencegah munculnya sel darah merah berlebih di dalam urine, Anda dapat mengubah rutinitas dan mencoba gaya hidup sehat.
Berikut adalah berbagai cara yang dapat Anda lakukan untuk mencegah hematuria:
1. Perbanyak minum air putih
Penuhi kebutuhan cairan tubuh Anda dengan rajin minum air putih. Pastikan Anda selalu minum air putih sesuai dengan kebutuhan tubuh Anda, agar Anda dapat terhindar dari penyakit batu ginjal yang bisa menyebabkan adanya sel darah merah di urine. Anda juga sebaiknya mulai sekarang batasi konsumsi alkohol dan minuman berwarna lainnya. Jika minum jenis minuman ini terlalu sering, ginjal akan bekerja lebih keras lagi. Bila terus-terusan terjadi, akan mengganggu fungsi ginjal dan mungkin meningkatkan risiko hematuria.
2.Batasi asupan garam, protein dan makanan yang mengandung oksalat
Sebuah studi menunjukkan bahwa kandungan oksalat yang berlebih dalam makanan, termasuk sodium, potasium, kalsium, dan magnesium, dapat meningkatkan risiko terkena batu ginjal.
3. Pilih produk kewanitaan yang aman
Hindari produk pembersih kewanitaan yang dapat mengiritasi area kewanitaan. Sabun kewanitaan yang beredar di pasaran dapat menyebabkan munculnya bakteri di area vagina dan memicu infeksi saluran kemih.
4. Berhenti merokok
Zat yang terkandung dalam rokok dapat memicu hematuria dan meningkatkan risiko kanker sistem reproduksi dan kemih.
5. Terapkan pola makan sehat
Mengganti menu makanan Anda sehari-hari dengan bahan-bahan yang bergizi dan bernutrisi akan berdampak besar pada kesehatan Anda secara keseluruhan, termasuk mengurangi risiko berlebihnya kadar sel darah merah di urine Anda.
6. Berolahraga secara rutin
Olahraga dapat membantu meningkatkan metabolisme dan menjaga organ tubuh agar selalu berfungsi dengan baik, termasuk proses ekskresi dalam tubuh Anda.
Bila Anda mengalami gejala tertentu atau bingung tentang kondisi kesehatan yang dialami saat ini, sebaiknya segera konsultasikan ke dokter.
Penulis adalah Mahasiswa di Universitas Katolik De La Salle Manado