MANADO, ZONAUTARA.COM – Umat Kristen di Sulawesi Utara, sebagaimana umat Kristen di seluruh dunia akan merayakan Hari Raya Paskah sebentar lagi. Biasanya selebrasi Paskah di Sulut, khususnya di wilayah Minahasa dan sekitarnya berlangsung meriah sebagai bagian dari kegiatan gerejawi saban tahun.
Selebrasi itu juga biasanya melibatkan budaya makang-makang, dimana setiap keluarga, kelompok atau jemaat akan berkumpul dan mengonsumsi menu spesial bersama.
“Dan sangat disayangkan, seringkali masih ada menu olahan daging satwa liar, apalagi yang dilindungi seperti Kelelawar, Babi rusa, dan Yaki (Macaca nigra),” ujar Education Coordinator Program Yayasan Selamatkan Yaki Indonesia, Stephanie Mapilliey, Kamis (9/4/2020).
Menurutnya, kebiasaan konsumsi ini menjadi ancaman bagi populasi satwa liar di Sulawesi Utara, yang menunjukkan grafis menurun setiap tahunnya.
Selamatkan Yaki, sebagai sebuah program konservasi alam, tidak pernah lelah melakukan kampanye untuk keberlangsungan hidup liar endemik, khususnya yang hanya berada di Sulawesi Utara, dan dilindungi oleh undang-undang.
Wabah Covid19 yang sampai saat ini telah menginfeksi lebih dari 200 negara (menurut Worldometers) dengan jumlah kasus sudah diatas 1,5 juta di seluruh dunia, sebagaimana diketahui awal penyebarannya bermula dari pasar satwa liar di Wuhan, China.
“Seharusnya ini jadi pelajaran berharga untuk segera menghentikan konsumsi satwa liar, karena terbukti adanya transfer penyakit dari binatang kepada manusia,” harap Stephanie.
Selamatkan Yaki berharap Paskah serta situasi pandemi covid-19 saat ini menjadi momentum yang tepat untuk membiarkan alam bernafas dan satwa liar bergerak bebas dalam habitatnya yang aman.
“Dibalik semua kesulitan dan adaptasi physical distancing yang harus kita lakukan selama wabah Covid19, masyarakat Sulawesi Utara dapat memaknai Paskah sebagai kebangkitan Juruselamat dan juga momentum untuk lebih mencintai alam dan satwa liar ciptaan-Nya agar alam tetap seimbang,” ujar Stephanie. (*)